"Honey, lusa kita akan pergi ke Singapore, kamu pasti butuh liburan, aku akan mengajakmu kesana? Apa kamu senang mendengarnya?" tanya Ronald saat sarapan pagi bersama dengan Nara. Semenjak tahu Nara tidak pernah menjual tubuhnya, Ronald malah semakin posesif dengan Nara. Bahkan kali ini Nara tidak dibebaskan untuk keluar dari apartemennya.
Semakin Nara merasa hidup dalam penjara. Ronald membuat aturan sendiri untuk Nara, yang Nara sama sekali tidak menyukainya. Setiap malam Nara harus tidur di ranjang yang sama dengan Ronald.
Mereka tidak melakukan apapun, hanya tidur berpelukan. Ronald tidak ingin meninggalkan Nara sendirian.
"Aku ingin ke kantor, sore aku sudah pulang, honey! Kamu ingin dibelikan makanan apa?" tanya Ronald sambil menggenggam tangan Nara dengan sangat lembut dan membawanya ke bibirnya. Ronald sangat suka menggenggam tangan Nara seperti itu sembari mengelus pungguk tangan Nara.
"Aku tidak menginginkan apapun," jawab Nara dengan senyumnya. Saat ini dia sedang sangat bingung bagaimana cara dia keluar dari apartemen Ronald.
Pagi ini tidak seperti biasa, dia mengikuti Ronald dan melihat Ronald menekan sandi apartemennya tetapi sangat cepat sekali, sampai Nara lupa berapa angka-angkanya.
Mungkinkah itu tanggal ulang tahunnya? Nara akan mencobanya ketika Ronald sudah kerja nanti. Yang penting Nara sudah tahu bagaimana caranya.
Setelah kepergian Ronald, Nara mulai mencoba sandi Ronald dan semua salah. Tahukah apa yang dilakukan Nara saat ini, menghidupkan alarm pada ponsel Ronald.
Ronald jelas tahu kalau ada yang berusaha masuk ke dalam apartemennya dan dia pun melihat dari CCTV, Nara yang begitu keras membuka pintunya. Padahal Ronald sedang meeting saat ini dan terpaksa kembali demi memberi pelajaran pada Nara untuk tidak kabur meninggalkannya.
Nara kembali mengingat angka yang berarti untuk Ronald dan menebak tanggal jadian mereka, Nara tanpa ragu menekan tombolnya dan berhasil. Ternyata benar tanggal jadian mereka.
Setelah pintu terbuka, Nara dengan cepat keluar dari apartemen Ronald. Setidaknya dia berusaha mencari pertolongan atau apapun itu. Dia ingin pergi sejauh mungkin dari hidup Ronald.
Ronald mengepalkan tangannya, benar-benar Nara ingin pergi meninggalkannya. Dia bahkan berusaha keras keluar dari pintu itu dan jantung Ronald berdegup kencang saat Nara tahu kombinasi angka yang digunakannya.
Sial!
Kenapa dengan Nara? Tidak bisakah dia menerima kehadirannya saat ini. Apa yang kurang dari perlakuan Ronald padanya.
Sesampainya di apartemen, Nara sudah tidak ada. Dia pergi meninggalkan Ronald tanpa membawa apapun. Ronald menyugar rambutnya frustasi. Pasti Nara tidak jauh, dia pasti masih di area apartemen ini. Apartemen ini sangat luas dan Nara pasti sedang menuju ke depan jalan. Ronald sangat yakin itu.
Berbekal dengan CCTV dari apartemen mewah yang juga merupakan anak perusahaan Ronald. Ronald tahu kalau Nara duduk di taman saat ini. Mungkin Nara bingung mau kemana? Uang, ponsel tidak ada. Bagaimana cara dia pergi meninggalkan Ronald.
Ronald dengan memendam kekesalan pergi mencari Nara yang benar masih duduk di bangku taman. Rambutnya kini berantakan, dasinya sudah tidak dia kenakan lagi dan kemeja yang penuh dengan keringat.
"Kenapa belum pergi?" tanya Ronald dengan sinis. Nara menunduk, dia tidak bisa pergi kalau tidak ada orang yang dia kenal, tidak ada ponsel atau apapun, Ronald menyimpannya dengan sangat rapi sekali. Ronald masih mengatur nafasnya yang naik turun akibat mencari Nara ke sana ke sini. Ronald duduk berjongkok di hadapan Nara yang sedang duduk di bangku kursi taman apartemen mewah di Jakarta ini.
"Sampai kapan kamu ingin seperti ini terus, Nara?" tanya Ronald lesu.
"Sudah aku katakan aku tidak mencintaimu Ronald, kamu mengurungku di apartemenmu, aku tidak bisa keluar dan barang pribadi milikku juga kamu tahan, apa yang kamu inginkan dariku? Kita sudah lama sekali berpisah, dihatiku sudah tidak ada lagi namamu, apa kamu mengerti?"
Nara masih dengan keras kepalanya. Dia memang tidak akan bersama dengan Ronald. Jelas!
Meski dia sangat mencintai Ronald, punya mertua yang kejam itu sangatlah tidak baik untuk hidupnya di masa depan.
"Ikut aku!" Ronald memaksa Nara untuk ikut dengannya. Nara bahkan tidak tahu mau di bawa kemana oleh Ronald.
"Kita mau kemana Ronald?" tanya Nara sangat khawatir. Kelakuan Ronald membuat Nara sangat takut, tatapannya tajam dan sekarang Ronald sedang tidak ingin berbicara dengan Nara. Dia sangat marah!
"Ke rumahku, aku akan meminta untuk menikah denganmu," ucap Ronald yang membuat Nara ketakutan luar biasa. Nara menggeleng, Nara tidak ingin bertemu dengan Monica. Wanita jahat itu!
"Aku tidak mau bertemu dengan orang tuamu," ucap Nara ketakutan.
"Kenapa Nara? Aku punya segalanya saat ini, aku tidak bergantung pada orang tuanku dan aku tidak peduli jika mereka tidak setuju nantinya, aku ingin bersama denganmu," ucap Ronald dengan sangat tegas.
"Aku tidak mau Ronald, apa kamu tidak mengerti kalau aku tidak ingin menikah denganmu," ucap Nara tidak kalah.
Dia tidak ingin hidup dengan Ronald, secara tidak langsung bersama dengan Ronald membuat hidupnya hancur. Cukup satu kali dan tidak ada kedua kalinya. Ya memang Nara mencintai Ronald tetapi dia masih berpikir dengan akalnya.
Hidup itu tidak semua karena cinta. Dia butuh bahagia dan butuh persetujuan dari orang tuanya. Kalau tidak di dapatkan Nara, Ya sudah!
Jangan memaksakan kebersamaan mereka.
"Aku tidak peduli apa yang kamu katakan Nara, sudah cukup tujuh tahun ini kamu menyiksaku dan jika kamu memang ingin menyiksaku, maka hidup denganku! Siksa aku setelah kita menikah," ucap Ronald dengan tegas.
"Kamu gila Ronald! Banyak yang suka denganmu, kenapa harus denganku? Kamu tidak bodoh Ronald, aku tidak ada kelebihan apapun, aku bahkan dari keluarga miskin," ucap Nara menangis.
"Ya karena kamu tidak ada kelebihan aku suka, biarkan aku berbagi denganmu, Nara! Kita hadapi bersama, kamu mau kan?"
Selalu Ronald memohon agar Nara membuka hatinya tetapi Nara tetap keras. Sampai dia matipun, dia tidak ingin hidup dengan Ronald.
"Tidak! Aku tidak mau," ucap Nara masih keras.
"Baiklah! Kamu jelas tidak bisa diajak kerja sama, jika aku tidak bisa mendapatkanmu dengan cara lembut maka aku akan memaksa, kamu tidak mau, itu urusanmu, aku tidak peduli! Kamu tetap akan menjadi istriku, apapun yang terjadi!"
Tidak terasa Ronald sudah masuk ke dalam halaman rumahnya yang besar dan mewah. Begitu ketar-ketirnya Nara karena Ronald sama sekali tidak menyerah.
Bahkan Ronald kembali menggeretnya masuk menemui Monica yang ada di rumah, keluarganya yang lain pasti sedang bekerja semua.
"Mama … Mama!" teriak Ronald setelah masuk dengan Nara yang masih digenggamnya.
"Ronald?" Monica begitu murka melihat Ronald yang membawa Nara bersama dengannya.
"Aku ingin menikah dengan wanita ini, Ma!" tanpa basa-basi Ronald meminta dengan orang tuanya.
"Mama tidak setuju Ronald, wanita ini anak yatim piatu dan seorang wanita miskin, tidak layak untuk keluarga kita, dia bahkan wanita murahan, bagaimana bisa kamu sampai lupa," ucap Monica dengan tegas.
"Aku menghamilinya," ucap Ronald berbohong.
Monica menutup mulutnya. Wanita licik! Pintar sekali dia mendapatkan Ronald dengan cara seperti itu.
To Be Continued ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Arya Bima
km tuh pintar untuk urusan bisnis Ronald ... Tpi bodoh mnyelami n mncari tau ... ada apa Nara bgitu mnolakmu dgn bgitu gigihnya.... bhkn lbh rela khilangan cintamu dri pda harus hidup dgnmu....
2024-05-09
0
Memyr 67
heran dech, ronald bisa punya ibu mak lampir
2022-10-21
0
Nero_Kyrie
iiish lama2 Gregetan juga liatnya Nara terlalu kepala batu banget sih ..kan malah tambah runyam tuh urusannya coba kalo dia mau jujur aja ke Ronald..
Ya gak salah Ronald sih dia tetap maksa Nara Krn dia emang vdah cinta mati sm Nara..
2021-06-25
1