Setelah mengajak Gerald berbicara, pandangan Ronald tidak pernah lepas dari kekasihnya. Kekasih yang selama seminggu ini dirindukannya. Nara bahkan tidak Sudi melihat wajahnya. Bukan karena dia benci dengan Ronald.
Sudahlah! Sudah cukup dia menghindar dari Ronald. Dia tidak ingin bersama dengan Ronald. Sungguh dia tahu batas dirinya, tahu di mana harus meletakkan derajatnya.
"Aku permisi dulu," ucap Ronald pada Gerald dan ketika ingin melalui tubuh Nara. Ronald berhenti sebentar dan berbisik dengan pelannya.
"Aku merindukanmu," ucap Ronald dengan sangat lembut. Bukan malah senang, Nara malah semakin menunduk dan lebih erat lagi memeluk lengan Gerald.
Lebih cepat pulang maka akan lebih cepat membuat Nara lega. Dia takut sekali, apalagi melihat wajah Monica di ujung sana.
Monica langsung menghampiri Ronald dan tatapannya begitu sangat kesal dengan anak laki-lakinya ini.
"Jangan membuat Mama malu Ronald, ada orang tua Rosalinda di sana dan kamu malah menyebut nama wanita murahan itu," bisik pelan Monica pada telinga Ronald.
Ronald membuang nafasnya kasar. Dia sebenarnya malas berbicara dengan Monica. Meski Monica orang tua kandungnya entah kenapa Ronald berharap kalau bukan Monica yang menjadi ibunya.
"Lalu aku harus berterima kasih pada siapa Ma, Rosalinda? Jelas aku tidak mengenalnya dan dia sama sekali tidak penting dalam hidupku!" Ronald kembali menekankan dan mengingatkan Monica kalau saja Monica tidak ingat kalau dia semangat kuliah ke luar negeri dan semangat berhasil itu demi Nara.
"Lihat wanitamu itu, Ronald! Lihat! Dia bahkan sekarang bergelayut pada laki-laki kaya sepertimu, tidak mendapatkan kamu, dia mencari mangsa lain, apa matamu tidak terbuka melihat ini semua, Mama yang wanita saja tahu kalau Nara itu hanya mau harta kamu!" tegas Monica yang membuat Ronald menyunggingkan senyumnya.
"Aku berikan kalau dia mau kembali padaku, aku berikan semuanya! Aku tidak butuh semua ini kalau dia tidak ada di sampingku, dan aku harap Mama jangan lagi menyakitinya, Bukan dia yang terluka Ma tapi aku," ucap Ronald dengan tajam. Dia bahkan tidak peduli saat ini sedang bicara dengan ibu kandungnya sendiri.
"Kamu sudah dibutakan oleh cinta, Ronald! Jangan-jangan Nara memasukkan obat agar kamu menjadi lelaki yang tidak bisa berpikir dengan cerdas!"
Ronald meninggalkan Monica, saat ini bukan perkataan Mamanya yang penting tetapi bagaimana caranya mendapatkan Nara kembali.
"Janu, apa kamu sudah menyiapkan semuanya?" tanya Ronald dengan mata memandang Nara dari kejauhan. Nara masih tidak berani menatap keselilingnya.
Menyebalkan sekali melihat tangan Nara bergelayut mesra di lengan Gerald. Laki-laki itu bagaimana bisa dia menyebut kalau Nara adalah kekasihnya Miranda.
Gerald dan Nara pun akhirnya pulang dari pesta malam ini, semua sudah disiapkan Ronald, para bodyguard Ronald akan mengambil Nara saat waktu yang tepat.
Seperti yang diduga, Nara sebelum pulang meminta izin untuk ke toilet. Ronald bahkan sangat hafal dengan kelakuan Nara yang seperti itu, pergi ke manapun, Nara setidaknya sekali akan mencari toilet.
"Aku tunggu di sini, kamu cepatlah ke toilet," ucap Gerald dengan lembut. Nara pun mengangguk. Nara mencari toilet dengan masih banyaknya tamu yang berlalu lalang ke toilet. Terlihat tulisan toilet di atas langit-langit pada ujung lorong yang Nara sedang lalui.
Suasana juga masih sangat ramai. Nara bahkan sama sekali tidak curiga saat ada dua orang wanita yang mendekatinya. Dia kira hanya tamu biasa sampai kedua wanita itu memepet tubuhnya dan menutup mulutnya dengan sapu tangan. Nara tidak bisa berteriak.
"Lepaskan aku!" Dengan gigihnya Nara berjuang melepaskan diri. Dia tidak tahu siapa kedua wanita ini, mungkin suruhan Monica dan Nara dengan mengerahkan kekuatannya yang ada, menggigit tangan wanita itu dengan keras dan berusaha melarikan diri mencari Gerald.
Sudah cukup!
Belum sampai Nara mencapai Gerald kedua wanita itu sigap mendapatkan Nara kembali dan kali ini Nara dibius dengan suntikan yang menyebabkan Nara tidak sadarkan diri.
Mereka bergerak saat tamu sudah sepi.
Merasa ada yang aneh, Geraldpun menyusul Nara ke toilet dan bertanya pada wanita di dalam.
"Apa masih ada orang di dalam toilet?" tanya Ronald saat ada wanita yang keluar dari toilet wanita itu.
"Tidak ada! Aku sendirian di dalam tadi," jawabnya dengan cepat.
Sial!
Pasti Ronald sudah berhasil mengambil Nara kembali. Sedang Ronald menunggu dengan sabarnya hasil kerja para bodyguard wanitanya. Jika mereka tidak berhasil mendapatkan Nara kembali. Ronald akan memberikan hukuman yang setimpal pada mereka. Mereka di didik bukan untuk menerima kegagalan.
Di dalam mobil Ronald melihat kedua bodyguardnya berhasil mendapatkan Nara kembali. Dengan cepat mereka memasukkan Nara ke dalam mobil dan Ronald tersenyum dengan bahagianya. Dia bahkan memeluk Nara saat sudah ada di pangkuannya.
Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi! Tidak akan pernah! Aku tidak tahu kalau kamu sangat keras ingin pergi meninggalkanku.
Mobil pun bergerak cepat meninggalkan hotel. Kali ini Ronald tidak akan tinggal di apartemennya karena Monica tentu akan meneror Nara dan membuat Nara ketakutan.
Nara masih terlelap begitu lamanya bahkan sampai seharian. Nara tidak sadar sedang berada di mana saat ini dan pertama kali yang dia lihat adalah kamar mewah dan taman bunga. Rumah ini begitu asri, pintu kamar itu bahkan berhembus angin segar yang menerbangkan rambut Nara.
Nara melihat tubuhnya yang sudah berganti pakaian. Apakah saat ini dia sedang di rumah Gerald? Nara juga tidak tahu sampai ada suara yang membuatnya terkejut luar biasa.
"Kamu sudah bangun, honey?" tanya Ronald langsung melesat duduk di bibir ranjang dan membuat Jantung Nara berdegup kencang.
"Kenapa aku ada di sini?" tanya Nara dengan wajahnya yang sangat ketakutan. Dia tidak ingin bersama dengan Ronald.
"Kamu di rumahku," jawab Ronald sambil mengelus rambut panjang Nara.
Di rumahnya berarti ada Monica di rumah ini. Nara tidak ingin bertemu dengan orang tua Ronald, wanita kejam itu pasti akan menyiksanya.
Nara menggeleng dan menggigit jempolnya ketakutan.Tangannya jadi gemetar dan dia langsung beranjak dari ranjang dan berjalan kiri dan kanan.
"Aku ingin pulang ke Bandung, Ronald! Aku berjanji tidak akan mengganggumu, aku tidak mengambil apapun, kamu bisa periksa aku, tidak sedikitpun!" Nara menggeleng ketakutan dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan jika Nara mengambil semua harta Ronald, Ronald bahkan tidak peduli.
"NARA CUKUP!" teriak Ronald membuat Nara berhenti berputar-putar dan mendongak melihat wajah tampan Ronald di pagi hari.
"Ada aku, honey! Aku akan menjagamu, aku tidak akan membiarkan Mama menyakitimu lagi," ucap Ronald yang tahu ketakutan Nara saat ini.
"Tidak! Aku tidak ingin bersama denganmu, apa kamu mengerti? Kamu selalu tidak pernah mendengarkanku, aku tidak ingin bersama denganmu, aku lebih baik tidak memiliki apapun daripada hidup denganmu," ucap Nara sambil menangis.
Nara selalu saja menyakiti hati Ronald tapi kali ini Ronald mengerti. Nara hanya wanita lemah, dia bukan wanita yang tidak ada malu dan tidak ada harga diri yang diperlakukan seperti itu masih menerimanya.
Kali ini Ronald berjongkok menurunkan harga dirinya demi cintanya pada Nara.
"Aku tidak mengerti, memang aku tidak mengerti! Aku hanya mengerti kalau hatiku butuh kamu! Aku juga tidak mau mengerti kamu yang selalu ingin meninggalkanku," ucap Ronald menggenggam tangan Nara dengan lembut. Nara menepiskan tangan Ronald.
"Tidak Ronald! Bersama denganmu, aku hanya akan mendapatkan kesakitan, tolonglah! Biarkan aku pergi," ucap Nara menangis.
Sebenarnya sedalam apa Monica menyiksa Nara sampai Nara seperti ini padanya. Apapun yang dilakukan Ronald tidak berhasil dan Nara tetap saja ingin pergi.
Tidak ada jalan lain selain membuat Nara sah menjadi miliknya.
To Be Continued ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nero_Kyrie
Gaes gimana kalo kita culik Monica terus kirim dia kehutan Amazon sana tuh..
2021-06-26
2
Septiani
bikin sesak napas nih cerita bagus,,,,,ser,,ser,,dag,,dug
2021-06-24
3
unique94
dibikin hamil aja itu si nara biar gc hilang/prgi2 lg
2021-06-02
4