Selama Diandra di rawat di rumah sakit, Aryan tidak pernah menemani istrinya itu bahkan hanya sekedar menanyakan kabar saja tidak. Diandra sendiri juga tidak berharap bahwa Aryan akan menemaninya selama dirumah sakit, sungguh muak setiap kali melihat wajah pria itu.
"Nona, dimana keluarga anda?" tanya suster membuat Diandra terdiam.
"Saya, saya tidak punya keluarga. Memang ada apa sus?" tanya Diandra yang sudah bersiap untuk pulang. Tentu ia melakukan semuanya sendiri tanpa dibantu siapapun.
"Saya hanya butuh tanda tangan Nona," jawab suster membuat Diandra terdiam sejenak.
"Apa boleh saya sendiri saja yang tanda tangan?" tanya Diandra menawarkan diri.
"Tentu, silahkan." Jawab suster memberikan selembaran kertas yang harus di tanda tangani sebelum pulang.
"Baiklah nona, karena semuanya selesai anda boleh pulang sekarang," ucap suster membantu Diandra duduk di kursi roda dan membawanya keluar dari rumah sakit.
"Sus, bisa tolong Carikan taksi untuk saya?" tanya Diandra dan tentu dengan senang hati perawat itu mau membantu nya.
Namun sebelum suster itu keluar dari area rumah sakit, tiba tiba ada mobil hitam yang berhenti di depan mereka. Seorang pria yang tampan keluar dari mobil lalu menunduk sopan pada Diandra.
"Mau apa kau?" tanya Diandra dingin seraya mengalihkan pandangannya dari asisten pria kejam itu.
"Maaf nona, saya di perintahkan tuan Aryan untuk menjemput anda dan mengantar anda pulang ke rumah," jawab Roy masih dengan kepala tertunduk.
"Aku tidak mau kembali ke rumah itu, pergi saja dari sini!" usir Diandra enggan menerima tawaran Roy.
"Maaf nona, saya hanya menjalankan perintah." Balas Roy kekeh dengan tujuannya datang.
"Suster, bantu nona Diandra masuk ke dalam mobil," ucap Roy kemudian suster itu membantu Diandra turun dari kursi roda lalu membantu Diandra masuk ke dalam mobil.
"Terimakasih banyak ya sus," ucap Diandra dibalas anggukan oleh suster yang masih belia itu.
Setalah dirasa beres, Roy segera melesat pergi meninggalkan rumah sakit. Ia sudah ditunggu oleh Aryan pulang bersama Diandra, tentu sebagai asisten ia akan melakukan perintah tuannya.
"Aku tidak mau ikut bersamamu, turunkan aku disini!" seru Diandra namun Roy tidak membalas apapun dan memilih diam.
"Roy?!" panggil Diandra berteriak namun Roy tetap saja diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Karena tidak mendapat balasan, tubuhnya juga terasa lelah. Diandra diam dan pasrah dibawah kembali ke rumah terkutuk itu, entah akan seperti apa kehidupannya kedepannya. Saat ini Diandra tidak lagi memusingkan masa depannya, jika ia bisa memilih maka ia lebih baik mati dan enyah dari dunia ini.
"Silahkan nona," ucap Roy membukakan pintu mobil untuk Diandra.
Diandra turun dengan perlahan, jalannya masih terseok-seok ketika mencoba masuk ke dalam rumah. Saat masuk, ia teringat dengan kejadian malam itu. Benar, kejadian yang membuatnya semakin membenci pria itu.
"Kau sudah pulang?" suara bariton yang begitu di benci Diandra.
"Apa maumu? setelah kau menghancurkan hidupku apa itu masih kurang?" tanya Diandra penuh penekanan di setiap katanya.
"Roy, kau boleh pergi." Ucap Aryan lalu yang diperintah lantas pergi meninggalkan kediaman Aryan itu.
"Duduklah," ucap Aryan pelan.
Diandra tidak menjawab, ia masih tetap berdiri dengan tangan yang terlipat di dada. Tatapan matanya berpindah dari satu barang ke barang lain yang ada disana, ia tidak berniat sama sekali menatap pria tampan di depannya ini.
"Duduk," pinta Aryan lagi namun Diandra tetap pada jalannya.
Aryan yang sudah geram lantas mendekat, mencengkram erat kedua bahu Diandra kemudian memaksanya duduk. Dengan sekuat tenaga, ia memberontak lalu tangannya reflek menampar Aryan.
Plakkk
Dengan nafas memburu Diandra tidak menyesal melakukannya itu, sementara yang ditampar seakan terkena tumpukan semen yang membuatnya tiba tiba menjadi patung.
"Jangan berani kau menyentuhku lagi." Tekan Diandra dengan jari yang menggantung di depan wajah Aryan.
"Aku berhak menyentuhmu." Balas Aryan tak kalah penuh penekanan.
"Heuh, hak apa yang kau bicarakan disini? hak mu sebagai suami, begitu?" tanya Diandra dengan nada dan senyuman meremehkan pada Aryan.
"Tentu aku tidak harus menjawab ucapanmu," balas Aryan mulai geram.
"Ckck, rupanya kepalamu terbentur ya sampai sampai lupa. Apa yang kau katakan padaku? aku bukanlah istrimu dan kau bukanlah suamiku. Jika aku berbicara soal hak, maka sudah di pastikan otakmu tidak bekerja dengan baik," pungkas Diandra dengan begitu berani.
"Jaga ucapanmu!" teriak Aryan sampai memenuhi rumah besar itu.
"Kenapa? apa aku salah mengatakannya?!" tanya Diandra dengan rahang yang naik keatas.
"Aku berhak mendapatkan hak ku sebagai suami karena aku telah menikahi mu secara sah di mata hukum dan agama!" seru Aryan sampai menggertak giginya.
"Lebih baik kau lenyapkan saja aku daripada aku harus menjadi istrimu, anggaplah malam itu tidak terjadi dan biarkan aku tiada dengan tenang," balas Diandra pelan dengan suara yang mulai bergetar.
Kesabaran Aryan sudah sampai ke ubun-ubun, pria itu meraih leher Diandra kemudian mencekiknya dengan keras sampai membuat Diandra tidak dapat bernafas.
"I-iya, lenyapkan.... lenyapkan saja aku seperti ini...," suara Diandra yang terbata-bata membuat kesadaran Aryan kembali lalu melepaskan cekikan nya di leher Diandra sampai wanita itu terbatuk-batuk.
"Sudah aku katakan, penderitaan mu tidaklah cukup hanya dengan tiada!" seru Aryan kemudian pergi meninggalkan Diandra yang meluruh ke lantai dengan tangis yang tak dapat dibendung lagi.
ARYAN GILA YA??
BERSAMBUNG........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Heryta Herman
aryan aryan...disini kau salah..tapi kau bwesikap seolah diandra yg salah...kau mau minta maaf pun terlambat...teruskan rasa dendammu...tapi pastikan jngn menyesal kemudian...
2024-04-27
0
Sernia Nia
sebenarnya aryan tuh udah mau ngajak ngomong baik baik tapi diandranya mancing mancing mulu
2022-07-14
1
Neng Niehan
bener Aryan gila tapi belum tergila gila, biarkan Dara kabur biar kapok ini suami gila
2022-06-29
0