Kini status Diandra sah menjadi istri dari Aryan Brawijaya, baik di mata hukum maupun agama. Awal penderitaannya baru saja dimulai saat ijab qobul dan kata 'sah' terucap dari saksi yang datang.
"Lepas!" sentak Diandra menepis tangan Aryan dari pergelangan tangannya.
Aryan mendongakkan rahangnya sedikit, ia ingin lihat tingkah apa yang akan gadis ini lakukan selanjutnya. Dengan santai Aryan duduk di sofa yang ada diruang tengah rumah itu kemudian mengangkat satu kakinya dan menopangnya dengan kaki yang lain. Pandangannya menatap Diandra dengan tatapan tajam.
"Kau melakukan ini karena ingin balas dendam bukan? apa kau tidak berpikir bahwa aku juga sama denganmu. Kita sama sama kehilangan orang tua dalam kecelakaan itu, dan kau hanya menyalahkan ku disini?" tanya Diandra dengan intonasi yang tinggi.
"Maksudmu aku juga bersalah?" tanya Aryan beranjak dari duduknya mendekati Diandra.
"Akhhh," ringis Diandra saat rambutnya di cengkram kuat oleh Aryan.
"Disini tidak ada yang bersalah selain dirimu. Kedua orangtuamu bertengkar itu karena memperebutkan hak asuh mu hingga akhirnya kecelakaan terjadi. Jadi kau lah yang bersalah." Tekan Aryan kemudian menghempaskan tubuh Diandra sampai gadis itu tersungkur di lantai.
"Jangan pernah berpikir bahwa pernikahan ini akan berakhir dengan bahagia, karena sampai kapan pun aku tidak sudi mengakui mu sebagai pendamping ku," cecar Aryan kemudian pergi meninggalkan Diandra yang menangis sambil memegangi sikunya yang terasa sakit.
Ia menangis dalam diam, sungguh sakit sekali rasanya. Sejak ia kecil, tak pernah sekalipun ia bahagia karena kedua orang tuanya kerap kali bertengkar hanya karena kesibukan masing-masing dan saat mereka memilih jalan perceraian mereka kembali bertengkar soal hak asuh dirinya.
"Kenapa semua ini terjadi padaku, kenapa takdir seakan terus mempermainkan ku. Aku gagal menikah dengan orang yang tulus mencintaiku dan takdir malah membawaku pada pria jahat seperti Aryan," gumam Diandra sambil memukul dirinya berkali-kali. Ia tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan tubuhnya, rasa sakit dihatinya lebih dari apapun.
Diandra beranjak dari posisinya, ia berjalan dengan terseok-seok karena sepertinya kakinya terkilir. Memakai heels saat Aryan menyeretnya tadi dan ditambah lagi dihempaskan dengan kasar.
Dengan susah payah Diandra menaiki anak tangga satu persatu, saat sampai di lantai dua ia melihat Aryan yang sedang berdiri sambil melipat tangannya di dada.
"Kamarmu ada di lantai bawah, jangan berpikir bahwa kita akan tidur di kamar apalagi ranjang yang sama," cicit Aryan memutar bola matanya jengah.
"Lagipula aku tidak pernah bermimpi untuk tidur bersamamu, dalam mimpi sekalipun." Balas Diandra penuh penekanan.
"Dan dengar, jangan coba kau mengadu pada Oma ku jika saat ini kau ada bersamaku. Anggaplah kau sudah tiada, jika kau berani mengadu padanya maka bersiaplah untuk meninggalkan nama saja di dunia ini," ancam Aryan menatap Diandra dengan tatapan penuh kebencian.
"Entah mengapa Tuhan memberikan cucu sepertimu pada wanita baik seperti Oma Vina, aku yakin Tante Alya pun wanita yang baik hanya saja putranya sangat tidak bermoral," ungkap Diandra dengan raut wajah jijik menatap Aryan.
Plakkk
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Diandra, gadis itu memegangi pipinya yang terasa panas bahkan saking kencangnya Aryan menampar, dari sudut bibir Diandra mengeluarkan darah.
"Tampar! tampar aku, bahkan lenyapkan saja aku sekarang. Aku lebih baik tiada daripada harus hidup bersama pria tidak waras seperti mu," tantang Diandra menujuk pipi kanannya yang belum terkena tamparan Aryan.
Aryan mendekat, ia sudah sangat geram pada Diandra yang seakan menantang kesabarannya. Dengan tidak berperasaan, Aryan mencengkram rahang Diandra dengan kuat.
"Jika aku melenyapkan mu sekarang, itu berarti penderitaan mu cukup dan aku tidak mau itu. Aku mau kau memohon untuk kematian mu sendiri. Aku akan buat hidupku terasa sangat menderita sehingga rasanya kau tidak pernah ingin dilahirkan ke dunia," murka Aryan semakin mencengkram kuat rahang Diandra yang enggan mengeluarkan rintihan kesakitan nya.
Aryan menghempaskan wajah Diandra, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya yang habis menyentuh wanita itu, seakan-akan Diandra adalah sebuah kotoran yang bisa menularkan penyakit padanya.
Diandra segera turun ke lantai bawah, ia tidak tahu pasti yang mana kamar tempat ia tidur tapi ia lantas masuk saja ke dalam kamar yang paling pertama. Kamar itu terlihat sangat rapih dengan ranjang putih serta cat tembok putih dan hiasan dinding yang membuat kamar terlihat hidup.
Di samping ranjang Diandra terduduk sambil memeluk lututnya, ia menangis sejadi-jadinya tanpa peduli apakah tangisannya akan terdengar Aryan atau tidak.
"Hiks hiks kenapa seperti ini? kenapa? ya Allah cabut saja nyawaku, aku lelah terus hidup dengan penderitaan. Sejak kecil tak pernah aku merasakan kebahagiaan, dan saat aku besar aku ingin memiliki rumah tangga yang bahagia dan kau tidak memberikan nya padaku," keluh Diandra memukul dadanya yang terasa sesak.
"Cabut nyawaku ya Allah!!!" teriak Diandra penuh kesakitan di dadanya.
NANTI AKU UP LAGI, TAPI BAKAL LOLOS TENGAH MALAM KAYANYA 😐😐
BERSAMBUNG........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yuli Yanti
suka thor aq sma crta nya bgs
2024-04-22
0
Biah Kartika
sedihnya 🤗
2023-09-11
0
جنينة حريزة هاسبوان
🥺
2023-03-24
0