Tekad Membalas

Satu gelas air berhasil keluar dari wadah berpindah ke wajah seorang gadis yang masih terlihat pulas dibawah selimut, dengan terkejut gadis itu terbangun dan langsung mengelap wajahnya yang basah karena disiram air oleh pria yang menyandang status sebagai suaminya.

"Bangun!" bentak Aryan melempar gelas yang ada ditangannya.

Diandra masih mengumpulkan nyawanya, ia menarik dan membuang nafasnya dengan cepat karena terkejut atas perlakuan Aryan yang begitu kasar padanya.

"Enak sekali dirimu, kau bukan nyonya rumah ini jadi sekarang bangun dan buatkan aku sarapan." Perintah Aryan dengan suara yang meninggi.

"Iya," balas Diandra singkat, sungguh bibirnya terasa kelu untuk menjawab perkataan pria di depannya ini. Bukan karena takut, ia muak dan lelah jika harus meladeni Aryan.

Aryan segera keluar dari kamar Diandra, sementara si pemilik kamar bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bodohnya lagi ia lupa jika semua barang miliknya ada di kamar Aryan.

"Bodoh, kenapa aku lupa mengambilnya," sungut Diandra memukul kepalanya.

Dengan handuk kimono yang melilit tubuhnya dan gulungan handuk yang menutupi rambut basahnya, Diandra mengendap-endap menuju kamar Aryan, ia berdoa semoga saja pria itu tidak ada dikamarnya.

"Entah kenapa nasibku sial sekali, dari kecil sampai hari ini dan entah kapan berakhirnya," cicit Diandra melompat-lompat karena geram dengan nasibnya sendiri.

Dengan ragu Diandra mulai membuka pintu kamar Aryan, ia meloloskan kepalanya lebih dulu untuk melihat apakah pria itu ada atau tidak dan ya keberuntungan kecil ada di pihaknya. Aryan tidak ada dikamarnya membuat Diandra dengan cepat masuk untuk mengambil tas pakaiannya.

"Sedang apa kau disini?" suara bariton itu terdengar begitu dingin dan sangat menyeramkan. Diandra menelan gumpalan air liur di tenggorokannya dengan sulit.

"Aku, aku mengambil tas ku yang kau bawakan semalam," jawab Diandra gugup. Bagaimana tidak gugup, saat ini Aryan berdiri di depannya hanya dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Perut kotak dan juga dada bidang terekspos dan menodai mata suci Diandra.

"Lihat apa kau hah?" tanya Aryan menajamkan penglihatan nya pada Diandra.

"Tidak ada, aku permisi." jawab Diandra kemudian pergi Keluar dari kamar Aryan.

Setalah berpakaian rapi, Diandra pergi ke dapur untuk membuat hidangan yang bisa dijadikan pria itu sebagai sarapan. Diandra memilih membuat sandwich dengan segelas susu putih.

"Dimana sarapanku?" tanya Aryan datar seraya membuka kancing jas nya sebelum duduk.

"Ini," jawab Diandra menyodorkan sepiring sandwich dan segelas susu putih.

"Siapa yang mengizinkan mu membuat susu putih?" tanya Aryan penuh penekanan. Ia alergi dengan susu kental manis, jika boleh meminum susu putih maka harus yang full cream tanpa rasa sama sekali.

Cratttt.....

Dengan tanpa rasa kasihan Aryan menyiram Diandra dengan susu yang masih terasa sedikit panas, Diandra mencengkram tangan nya sendiri sambil mengigit bibir menahan tangisnya.

"Kau membuatku sangat muak, dasar wanita pembawa sial," umpat Aryan kemudian pergi meninggalkan rumah untuk pergi ke kantor.

Diandra terduduk lemas di lantai, ia memegang kaki kursi dengan kuat menahan Isak tangis yang terasa ingin keluar. Rasanya saat ini ia ingin berteriak sekencang mungkin dan menangis sejadi jadinya. Rasa panas ditangan sampai perutnya yang terkana siraman susu panas tak bisa mengalahkan rasa panas di dadanya.

"Tidak Diandra, kamu adalah gadis yang kuat. Kau buktikan paa pria itu bahwa semua siksaannya tidak berpengaruh sama sekali padamu, kau kuat dara kau kuat," gumam Diandra menguatkan dirinya. Ia menyeka air matanya kemudian segera bangkit dari duduk keterpurukan nya.

"Mulai hari ini akan ku buat sejarah tante Alya, dimana dia memperjuangkan cinta suaminya. Aku akan berjuang untuk mendapatkan keadilan hidupku, jika aku menderita maka Aryan pun harus merasakan hal yang sama," tekad Diandra dengan semangat yang menggebu-gebu.

Sementara Aryan, ia pulang ke Mansion brawijaya. Oma dan opa nya yang khawatir langsung memeluk cucu mereka yang hilang kabar selama 3 hari ini.

"Kamu kemana saja Aryan? Oma khawatir padamu?" tanya Oma Vina sambil terus memeluk cucunya.

"Aku rindu pada ayah dan bunda, jadi aku pergi kerumah kami dulu," jawab Aryan berbohong.

"Ya sudah, istirahatlah nak. Oma akan buatkan sarapan kesukaan kamu, oke?" cicit Oma Vina membuat Aryan tersenyum bahagia.

"Oke Oma," balas Aryan kemudian pergi ke kamar nya untuk sekedar beristirahat.

Sesampainya di kamar ia merogoh kantongnya. Ditekan nya nomor asistennya Roy.

"Awasi wanita itu dan jangan sampai dia bisa keluar dari rumah," ucap Aryan pada asistennya di sebrang telepon.

" Baik tuan," balas Roy dengan cepat.

"Tuan, saya sudah kirim kan data tentang calon suami nona Diandra melalui email. Silahkan anda cek," lanjut Roy dan Aryan hanya berdehem sebelum sambungan telepon itu terputus.

Aryan mengecek email yang Roy kirimkan padanya, ia membaca sedikit nama dan latar belakang pria itu yang ternyata ada karyawan biasa di kantornya.

"Andi Reynaldi," gumam Aryan menyebut nama pria yang sudah pasti dicintai oleh Diandra.

"Penderitaan mu akan bertambah setiap harinya Diandra, besok kau akan mendapatkan penderitaan yang lebih menyakitkan lagi," desis Aryan tersenyum miring seraya membanting diri ke sofa empuk di kamarnya.

DIANDRA BAKAL BALAS GAK NIH???

BERSAMBUNG......

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

sma aq jga suka novel kya gni

2024-04-22

0

Biah Kartika

Biah Kartika

sering baca yang seperti ini, ujung-ujungnya bucin, 🤭
maaf ya thor 🙏
tapi saya suka❤

2023-09-11

0

🌷Tuti Komalasari🌷

🌷Tuti Komalasari🌷

kejam banget sih Arya...😠

2021-11-30

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!