Tidak terasa waktu begitu cepat dua bulan sudah berlalu, kami sudah terbiasa dengan lingkungan kami yang sederhana ini. Akan tetapi adikku Ghani selalu mengeluh sakit di kepalanya, aku selalu memberikannya obat di warung namun entah mengapa bukan bertambah sembuh malah semakin parah.
Di sinilah sekarang kami berada, di rumah sakit memeriksakan ke adaan Ghani. Sebenarnya aku tidak memiliki uang untuk membayar biaya rumah sakit. Namun Kak Devi memaksaku agar membawa adikku untuk di periksa dirumah sakit, dan Kak Devi lah yang akan membantu membayar pengobatannya.
Awalnya aku menolak, namun Kak Devi memaksaku dan akhirnya aku mau menerima bantuannya dan langsung membawa adikku ke rumah sakit. Aku berjanji kalau aku sudah punya uang aku akan mengembalikan uang pengobatan Ghani kepada Kak Devi meskipun ia tidak meminta uangnya untuk diganti.
Namun sudah sering kali Kak Devi membantu aku dan kedua adikku sehingga aku merasa tidak enak sendiri, ibu Kak Devi juga sering memasak untuk adik-adikku ketika keduanya ku tinggal di rumah dan aku bekerja.
*Di Ruangan Dokter
"Apa dok, tumor otak?" Tanyaku yang terkejut, dan aku tidak percaya ternyata adikku mengalami penyakit separah ini.
"Ini masih tergolong tumor jinak, namun sebaiknya sebelum tumor itu menjadi ganas kita harus segera mengangkatnya" Kata dokter itu berusaha menjelaskan pada ku tentang penyakit Ghani.
Aku tidak mengerti dengan penyakit ini maka dari itu aku meminta dokter menjelaskannya dengan yang mudah aku mengerti saja, dan dokter hanya menjelaskan garis berasnya saja.
"Dan apa operasi" pikirku.
"Lalu berapa biaya operasi untuk adik saya agar bisa mengangkat tumor itu dok?" Tanya ku pada dokter tersebut.
"Untuk masalah biaya itu silahkan kamu datangi ke bagian Administrasi" jawab sang dokter.
"Tapi dok, kira-kira berapa ya dok?" Tanya ku lagi.
"Kira-kira sekitar 70 juta".
"Apa? Tujuh puluh juta?" Ucapku yang syok dan mataku terbelalak.
"Aku tidak tau harus mencari uang ke mana sebanyak ini, harus mencari pinjaman kemana. Sedangkan jika mengandalkan gaji dari pekerjaanku mana mungkin cukup, gajiku saja hanya cukup untuk makan sehari hari" isi pikiranku saat ini.
Aku tertawa tapi mata ku menangis, aku sudah seperti orang gila saat ini.
Dulu waktu orang tuaku masih hidup, banyak sekali saudara. Tapi sekarang orang tua papaku yang masih hidup saja tidak mau menampung kami, miris sekali nasibku dan kedua adikku saat ini.
Aku benar-benar bingung kemana aku harus mencari uang sebanyak itu, kalau dulu sih senyum juga aku dapat uang segitu.
Barang-barang mahal ku saja tidak ada yang boleh ku bawa, aku benar-benar bingung. Sekarang aku dan Kak Devi sedang duduk di kursi taman rumah sakit di mana adik ku di rawat. Kami duduk dalam diam, sibuk dengan pikiran kami masing masing.
"Yas, kakak punya tabungan 15 juta boleh kamu pakai dulu. Kapan kamu punya uang nanti kamu bayar, kakak ngga akan nagih" ucap Kak Devi.
"Kakak.. aku minta maaf aku ngga bisa terus-terusan ngerepotin Kak Devi" jawab ku.
"Engga, sama sekali ngga ngerepotin kok" kata Kak Devi.
"Makasih ya kak, kakak udah baik banget sama aku. Udah mau jadi keluarga aku" ucapku dan langsung memeluk erat Kak Devi.
Kring-kringgg... (Suara telepon berdering)
...🌷🌷🌷...
...Happy Reading...
...Jangan lupa like dan vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 709 Episodes
Comments
hartatik hartatik
Ky pernh bc
2022-04-21
0
Ira Wati
nyimak
2022-04-03
0
Nur Lela
masih menyimak
2022-03-03
0