🍃 Happy reading 🍃
***
Matahari yang bersinar terang dan angkuh terlihat sudah naik dengan sempurna. Sinarnya membuat kulit putih seorang gadis nampak mulai memerah. Kedua matanya sudah mulai merasakan terik. Matanya mengerjap-ngerjap. Bibirnya kelu. Napasnya pelan. Perlahan ia membuka mata.
Yang pertama ia lihat adalah pohon-pohon yang menjulang tinggi mengelilinginya. Keysa juga merasakan semilir angin yang begitu menenangkan. Di tariknya napas secara perlahan, menghirup dengan serakah segala oksigen yang ada di sekitarnya. Sejuk dan damai.
Beberapa saat ia hanya berbaring di padang rumput. Agak bergeser sedikit dengan bayangan pohon besar supaya wajahnya terlindung dari sengatan matahari. Keysa merasakan kepalanya berdenyut. Keluar lagi darah dari hidungnya. Ia segera menyumpalnya dengan sedikit sobekan gaunnya.
Keysa lalu memejamkan mata. Berharap apa yang terjadi hanya mimpi. Mungkin jika ia membuka mata setelah ini semuanya seperti dulu lagi. Entah terbangun ketika Keysa menjadi putri di rumah besar di tengah Hutan. Seorang putri tanpa mahkota atau kekuasaan, atau terbangun ketika ia mendengarkan suara bunda yang mengomel marah karna ia tak kunjung bangun berangkat sekolah.
Perlahan ia membuka mata. Masih tetap sama. Hanya ada pohon di sekitarnya. Telinganya kemudian menangkap suara di tengah sunyinya hutan. Ia bersyukur pingsan dan bangun ketika matahari sudah keluar. Jika terbangun malam mungkin ia akan sangat ketakutan. Bola matanya mulai mengedarkan pandangan.
Perlahan Keysa bangkit, ada sesuatu yang bergerak di balik semak-semak itu. Mengeluarkan suara seperti geraman marah. Sekejap Keysa merasakan hawa dingin, padahal matahari sangat terik di atas sana.
Entah mengapa, rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya. Keysa memang selalu seperti ini. Perlahan kakinya melangkah ke arah suara itu. Matanya tetap mengamati sekitar sembari mendekat. Makhluk apapun di balik semak itu sepertinya tau keberadaan Keysa. Semaknya tidak bergerak lagi.
Apa mungkin sudah lari?
Keysa menelan saliva. Menyadari mengapa pertanyaan itu yang terlontar dari pikirannya. Padahal yang seharusnya lari adalah dia!
Aku harus berani! Jangan takut!
Suara dari dalam dirinya menguatkan dengan semangat membara. Kakinya semakin mendekat dengan rasa keingintahuan yang besar. Di singkapnya semak secara perlahan, yang ia lihat sebuah mata menatapnya tajam. Ada kemarahan di dalam sana. Menyiratkan sebuah perasaan terancam dan ketakutan secara bersamaan.
Keysa terpaku. Ia mengamati makhluk itu secara seksama. Kucing hutan! kakinya seperti mengenai sebuah perangkap. Mengikat salah satu kakinya dengan kuat di tanah. perangkap ini seperti pernah Keysa lihat. Matanya menangkap warna merah di sana. Kaki belakang kucing itu terluka. Dan ia mulai bingung harus bagaimana.
Seekor kucing hutan jelas berbeda seperti kucing rumahan. Dari sorot matanya saja terlihat ia sangat ketakutan dan ada kilat liar di dalam sana. Keysa memutar otaknya. Berusaha mengingat bagaimana cara mengambil kepercayaan kucing itu. Setiap hewan sama. Ketika melihat hal asing ia akan berjaga-jaga untuk melindungi diri dan ada berbagai cara dalam melumpuhkan perasaan terancam dari setiap hewan, termasuk kucing hutan.
Belum sempat mengambil keputusan apapun ia kembali mendengar suara. Seperti suara langkah banyak. Dadanya berdegung kencang. Matanya melihat lagi kucing hutan itu. Matanya seperti memelas, meminta tolong. Keysa menyerah, ia tidak mungkin meninggalkan kucing kecil ini di sini, mungkin saja suara itu dari hewan buas atau apapun yang akan membuat ia atau si kucing dalam bahaya.
Dengan cepat, tangan Keysa melepaskan kaki belakang kucing itu dari sebuah perangkap. Perangkap yang terlihat cukup cerdik dan kuat. Ia merasa sedikit sulit melepaskannya tapi pada akhirnya berhasil juga.
Tepat ketika kakinya terlepas sang kucing mencakar tangannya. Lalu berlari sekuat tenaga ke arah Utara. Keysa merasa suara itu semakin dekat. Tanpa pikir panjang justru ia mengikuti kucing itu.
Keysa terus berlari dengan mata yang terus menatap kucing di depannya. Terlihat kesakitan tapi tetap berlari dengan lincah. Hal itu justru membuatnya terbakar semangat. Jika seekor kucing kecil terluka berlari sekuat itu mengapa ia tidak bisa? Kedua kakinya terus berlari, tanpa berpikir apapun selain ia harus pergi. Suara dari dalam dirinya seperti menegur untuk berhenti tapi ia tidak mampu untuk itu.
Setelah merasa cukup lelah berlari, Keysa berhenti dengan napas tersengal. Ia kembali menghirup aroma hutan. Sejuk sekali. Matanya menangkap kucing itu. Ia tepat beberapa meter di depannya. Masih bergeram marah tapi seperti mengawasi Keysa.
Keysa mendekat dan kucing itu diam tapi dengan posisi waspada dan Sorot mata curiga. kucing itu kemudian menjilat lukanya. Keysa lalu merobek gaunnya lagi, tangannya berusaha menjangkau kaki kucing itu tapi setelah itu justru ia mendapat gigitan.
"Kau tidak tau berterima kasih yaa!"
Keysa menggerutu sembari robekan gaunnya justru ia lilitkan di jarinya yang terluka akibat gigitan kucing itu. Kedua bola mata itu menatap Keysa. Memperhatikan lukanya.
"Nah maksudku itu begini! Harus di ikat agar darah tidak terus keluar."
Keysa berucap sambil merobek gaunnya lagi, tangannya dengan cepat mengikat kaki belakang kucing itu. Tanpa perlawanan. Ia tersenyum. Merasa ternyata indra dan kecerdasan makhluk di depannya begitu tajam.
Kedua bola mata Keysa menangkap ceceran darah di sekitarnya. Lalu melihat ke sekitar. Ada suara air. Ketika Keysa melangkah ia menyadari, bahwa gaunnya sejak tadi sangat merepotkan. Tangannya kemudian dengan cepat merobek gaun itu, menyisakan kain yang menempel pada tubuhnya hanya di bagian tertentu. Kain itu di atas lutut.
Keysa juga merobek kain di bahunya. Sehingga ia sedikit kelihatan seksi. Ia tidak peduli. Yang di pikirkannya hanya kenyataan ia suka dengan baju terbuka seperti ini, memudahkannya dalam melangkah lagi pula ia cukup yakin hanya dia, manusia di sini. Tak ada yang akan melakukan pelecehan terhadapnya.
Kakinya bergerak mengikuti suara itu. Seperti suara sungai yang mengalir pelan dan tenang. Benar saja, ia menemukannya. Sungai yang tidak kecil tapi juga tidak besar. Lalu keysa langsung membersihkan tubuhnya dengan kain dari robekan gaun yang di celupkan ke air.
Setelah selesai, dengan hati-hati ia mendekati tepi sungai. Lalu mencuci wajahnya.
"Aaahh segar sekali," ucap Keysa sembari tersenyum. Ia lalu meminum air sungai itu.
"Tidak buruk," ucapnya lagi ketika merasakan air itu melewati tenggorokannya. Matanya kembali mengamati sekitar, terutama sungai di hadapannya. Sangat tidak terduga sungai yang cukup besar seperti ini ada. Kedua sudut bibirnya terangkat. Keysa berpikir air dari sungai ini dan buah ihau yang di lihatnya cukup untuk menjadi sumber makanannya.
Sembari berpikir dengan mata menatap air sungai di hadapannya ia tidak sengaja menatap pantulan dirinya di sana. Ada yang berbeda. Tidak terlalu jelas karna memang hanya melihat pantulannya di air sungai tapi ia cukup yakin. Warna rambutnya berubah. Menjadi pirang.
Bersambung.
Jangan lupa like dan komentarnya yaa 😗
Kalau ada lebihan poin/koin bisa disumbangin kesini ^_^
Terimakasih atas apresiasi
kalian semua ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
BELLE AME
Wkwkwkwk.. yang penting bukan buceri(bule cet sendiri)
2020-05-23
7
Kenzi Kenzi
kek telaga warna.....
2020-04-27
1
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangat
2020-04-12
0