Setelah permasalahan lamaran selesai, Nana benar-benar disibukan dengan persiapan menghadapi ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri pilihannya.
Hari ini perasaan Nana sedikit was-was, menunggu pengumuman hasil seleksi yang dia ikuti. Dan betapa terkejutnya Nana, saat melihat namanya yang berhasil lolos tetapi dengan jurusan yang dia merasa tidak pernah memilihnya. Ya, dengan nilai 9,5 untuk mata pelajaran kimia pada ujian Nasional di SMA, dia mengharapkan dapat masuk kejurusan teknik kimia. Namun kenyataannya, Nana justru tersesat di jurusan ekonomi manajemen.
" Apa aku salah menandai pilihan jurusan ya? Tapi aku yakin, udah ngeklik jurusan teknik kimia. Tapi kok jadinya kayak gini. Hikks."
Nana merasa frustasi. Dia mencoba mengingat kembali kejadian disaat dia melakukan pendaftaran online, yang Ia lakukan bersama Sholeh disebuah warnet.
Tut... tut... tut... Nana sedang melakukan panggilan dari ponselnya.
" Assalamu'aliakum, Adek..." Ucapan salam dari sebrang telfon.
" Mas... Wa'alaikum salam..." Nana memelas.
" Adek kenapa? Udah ujiannya belum? Yang nganter siapa?" Nana diberondong pertanyaan dari Sholeh, kakak Nana dengan nomor urut dua.
Terakhir mereka berkomunukasi adalah saat Nana mencoba membuat konspirasi untuk menolak lamaran Zen. Dan setelah itu Nana sama sekali tidak mau menerima telfon, bahkan sekedar membalas chat dari Sholeh. Bahkan disaat Nana sakit, Sholeh yang teramat hawatir hanya dapat menanyakan keadaan adik kesayangannya itu lewat Ibu. Dan saat dia merindukan Nana, dia hanya dapat menatap foto dan vidio kebersamaannya dengan Nana yang tersimpan di ponselnya.
" Dianter mas Firman. Mas..."
" Kenapa toh, Dek? Mok dari tadi manggilin terus? Kangen ya sama Mamas?"
" Adek tersesat...Hikks..."
" Lha kok bisa? Emang kamu lagi dimana? Coba aktifkan GPS kamu trus buka aplikasi map." Sholeh sangat hawatir.
" Bukan tersesat kayak gitu."
" Trus tersesat gimana? Ceritanya yang jelas toh, Dek..." Sholah mulai merasa bingung dengan ucapan adeknya.
" Jurusan adek yang tersesat, Mas !" Hanya menambah kebingungan Sholeh. " Hari ini hasil ujian seleksinya udah keluar. Tapi adek keterimanya di jurusan Ekonomi Manajenen."
" Lha kan emang adek pas daftar pilih jurusan itu sih ?"
" Enggak..." Nana tersentak mendengar pertanyaan Sholeh. " Adek kan pilih teknik kimia sama kayak yang Adek pilih dikampus XX waktu itu."
" Ealah... waktu mas buka form pendaftaran kamu buat konfirmasi pembayaran pendaftaran, Mas lihatnya juga ekonomi manajemen."
" Masa iya Adek yang salah? Trus ini gimana, Mas?"
" Gak usah bingung ! Adek nikah aja bareng sama Mas. Soalnya Mas juga udah punya calon di sini. Hahaha."
" Kalau mau nikah, ya nikah aja sana gak usah ngajak Adek ! " Lagi-lagi Nana mengakhiri obrolan tanpa mengucap salam pada kakaknya yang satu itu.
Nana masih merasa bingung. Bukan bingung karna alasan dia bisa diterima di jurusan ekonomi manajemen, karna dia sudah tau kalau itu kesalahan darinya. Namun kali ini dia bingung memilih kuliah di Universitas Negeri XX dengan jurusan yang tidak ia harapkan atau di Universitas Swasta XX yang jurusanny sesuai bidangnya yang dari jurusan IPA di SMA.
Dari segi biaya, pastinya di Universitas Swasta yang besar itu akan membutuhkan biaya kuliah yang lebih besar apalagi dengan jurusannya yang membutuhkan biaya praktek yang tentunya tidak sedikit. Walau orang tua Nana tergolong mampu. Namun Nana merasa tidak tega melihat usia orang tuanya yang sudah tua itu, harus mengumpulkan biaya yang banyak untuk kuliahnya.
Kebetulan guru fisika Nana sekaligus wali kelas Nana saat kelas satu sampai dua di SMA, memberi kabar padanya kalau mau menikah. Nana yang memang dekat dengan gurunya itu meminta saran untuk permasalahannya kali ini.
Nanapun menghubungi gurunya melalui sambungan telfon. Sebelum memberikan saran pada Nana, guru kesayangannya itu memberikan sebuah selogan yang sangat berguna untuk Nana.
Selogan itu berbunyi : " Semua ilmu didunia ini bisa kita kuasai. Asal kita mau berusaha mempelajari dan menyukai ilmu tersebut pasti ilmu tersebut akan lebih mudah dimengerti."
Setelah puas ngobrol dan bertukar kabat, Nana mengakhiri sambungan telfon dengan gurunya. Memikirkan baik-baik pilihannya.
" Iya sih... Ekonomi Manajenen penerapannya juga luas. Dan nggak ada salahnya buat dicoba." Walau masih berat untuk melupakan angan-angan untuk bereksperimen di labortorium kimia yang dia impikan.
Kuatkan hatiku ini Ya Allah... Pinta Nana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Putu Sugianti
iiI
2021-04-15
1
Sisti Yanti
Up dong thor... Yg banyak
2020-03-04
1
Sisti Yanti
Nikah dulu aja na.. Biar ga salah jurusan...
2020-03-02
1