Nana Sakit 2

Nana membuka mata, cahaya matahari yang menerobos masuk melewati kaca-kaca besar yang sudah tidak tertutupi korden terasa menyilauka. Tubuh yang membeku semalam, kini menghangat dibawah selimut tebal bermotif "hello kitty" kesukaannya.

Sejak kapan Ibu tidur disini? Mendapati Ibu tidur sambil memeluk tubuhnya yang berbalut selimut.

" Aku kenapa? Kok badanku rasanya nyeri-nyeri." Mengeluarkan tangannya yang serasa kuku dari dalam selimut.

Ini handuk apalagi? Nana menyingkirkan handuk yang terasa dingin dikeningnya ke meja yang berada disebelah tempat tidur.

Obat siapa ini di meja? Banyak banget.

Lho aku kok demam? Panterasan aja nafasku kerasa panas. Nana memegang kening yang terasa ringan setelah handuknya disingkirkan.

Nana memandang lekat wajah ibu sambil mengingat kembali apa yang telah terjadi. Banyak sekali pertanyaan yang muncul secara beruntun dalam kepalanya. Terasa menyesakan, karna tidak satupun pertanyaan itu dapat Ia jawab sendiri.

" Ya Allah... Alhamdulillah anakku." Ibu terbangung.

Rasa syukur Ibu tidak terkira, melihat Nana sudah membuka mata. Ibu yang merasa hampir kehilangan anak perempuan satu-satunya itu mempererat pelukannya. Dan juga menempelkan ciumnya lama ubun-ubun Nana, dengan air mata yang mengucur karna saking bahagianya karna tengingat kejadian semalam.

" Ada apa toh, Bu?" Nana tidak mengingat apapun. Termasuk amarahnya terhadap Ibu.

" Adek udah bangun ! Alhamdulillah...." Firman mendekat keranjang tidur Nana. " Ini mas bawain bubur ayam." Segera setelah mendapat kabar dari Hafid, Firman datang membawa mobil bak terbukanya. Berjaga-jaga jika dibutuhkan untuk membawa Nana kerumah sakit.

" Mas lebay... adek cuma demam dikit sama hidung mampet sebelah aja. Tapi reaksinya nyampe segitunya." Beranjak bangun menerima bubur ayam dari Firman, karna perutnya terasa lapar. " Aduh ! kepalaku berat banget ya..." Memegangi kepala.

" Bu, sama Bu bidan suruh nyiap-nyiapin yang perlu dibawa kerumah sakit. Bentar lagi Bu bidan kesini bawa ambulan." Ucap Hafid panik sebelum sampai di pintu kamar Nana.

" Alhamdullah adek udah bisa bangun ! " Sesampainya di pintu kamar, Ia elihat adiknya menatap heran padanya.

" Ini sebenarnya ada apaan sih? Lihat adek bangun tidur aja pada di Alhamdulillahin." Heran karna sudah tiga orang yang mengucapkan kalimat syukur itu. " Ngledek ya, karna adek kesiangan?" Firman yang duduk di tepi kasur, reflek mencubit kedua pipi cabby Nana.

" Aaooowww... sakit Mas." Memukul tangan Firman yang mencengkram dipipi seperti cengkraman capitan kepiting hidup.

" Udah bikin semua orang hawatir, tapi bisa-bisanya masih bisa ngelawak." Hafid menaiki kasur, lalu mencubit pipi Nana yang masih terlihat merah bekas cubitan Firman.

" Aaaaaaoooow... punya kakak kok pada jahat banget sih ! Badan adek lemes gini bukannya disayang-sayang malah di siksa." memukuli Hafid dan Firman dengan guling. Yang justru membuat mereka tambah semangat untuk ngusilin Nana.

" Fid, cepetan kamu telfon Bu bidan. Kasih tau kalau adikmu sudah bangun." Ibu mengingatkan. Hafidpun segera mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya, dan menghubungi Bu bidan agar tidak jadi membawa ambulans kerumah ini.

" Kok pake laporan sama Bu bidan sih, Bu? Apa mentang-mentang dia mantanya mas Sholeh?"

" Ya kan semalam Bu bidan yang mriksa kamu. Malah sempet ikut jagain kamu nyampe subuh. Terus sebelum pulang Bu bidan bilang, kalau nyampe siang masih belum bangun nanti dirujuk ke rumah sakit."

" Apa iya?" Nana mengernyitkan keningnya, tidak percaya.

" Ya kan kamunya lagi nggak sadar ! Nyampe Ibu nangis-nangis dikira kamu meninggal. Hahaha." Ketegangan yang mereka lewati, sekarang ini sudah bisa menjadi bahan lelucon untuk Hafid.

" Hust! Nggak boleh ngomong gitu, Fid." Hardik Ibu. Yang ditanggapi dengan suara tawa Hafid.

" Makanya, lain kali kalau mau tidur itu pake selimut. Jangan sok kuat !" Firman mengusap kepala Nana.

" Nih, lihatin mata Mas. Semalam cuma bisa tidur sebentar, gara-gara kamu !" Hafid menjembreng mata pandanya dihadapan Nana.

***

Dihari berikutnya, saat Hafid datang menemuinya. Nana meminta Hafid untuk menceritakan apa yang sebenarnya sudah Ia alami waktu itu. Karna Ayah dan Ibu sama-sama diam tidak mau membahasnya. Terutama Ibu, hanya menitikan air mata saat Ia bertanya.

Setelah mendengar Hafid menceritakan bagaimana kesedihan Ibu saat mendapati tubuhnya membiru dan tidak memberikan respon, dan bagaimana pontang-pantingnya Ayah mendatangi rumah bidan desa yabg berada disebelah rumah Hafid. Yang dengan otomatis membangunkan Hafid yang masih terlelap, karna mendengar suara ribut Ayah di luar rumah. Hati Nana menjadi terasa sakit. Air matanya tak sengaja menetes karna haru.

Episodes
1 Drama Perpisahan
2 Tentang Nana
3 Teman Perjalanan
4 Rumah
5 Zen dan Keluarga
6 Zen dan Keluarga 2
7 Mantan Teridah
8 Konspirasi Penolakan Lamaran
9 Konspirasi Penolakan Lamaran 2
10 Ibu Terjebak
11 Nana Sakit
12 Nana Sakit 2
13 Menerima Lamaran
14 Jurusan Yang menyesatkan
15 Mahasiswa Baru
16 Firasat Zen
17 Mahasiswa Baru 2
18 Jangan diangkat
19 Mendatangi Nana
20 Tidak dikenali
21 Canggung
22 Perpisahan Pertama
23 Saling Mengenang
24 Alasan Lain Kegelisahan Nana
25 Nasi Goreng Made in Nana
26 Senyuman di Wajah Zen
27 Senyuman di Wajah Zen 2
28 Aku Takut... by : Nana
29 Libur Telah Tiba
30 Mimpi Basah ?
31 Hadiah Untuk Nana
32 Bertemu Rif'an
33 Rumah Sakit
34 Rumah Sakit 2
35 Rumah Sakit 3
36 Rumah sakit 4
37 Rumah Sakit 5
38 Merenungkan Sikap Nana
39 Kedatangan Tamu Istimewa
40 Salah Sangka
41 Menjenguk ???
42 Mendatangkan Zen Untuk Nana
43 Mendatangkan Zen Untuk Nana 2
44 Bukan Sedang Berkencan
45 Pikiran Mesum Nana
46 Surat Cinta Dari Zen
47 I Love You Calon Imamku
48 Sayang dan Cinta
49 Menengok Keponakan Baru
50 Takbir Mursal ( Takbir Keliling )
51 Syawalan
52 Kekecewaan Nana
53 Kekecewaan Nana 2
54 Cari Pacar Lagi
55 Bidadari Vs Bidadari
56 Dia Aisyah
57 Rumah Kost
58 Sakit Karna Menahan Rindu
59 Ratunya Bidadari
60 Yank, Hujan Turun Lagi
61 Susu dan Jahe
62 Berpisah Itu Menyakitkan
63 Si Manis Jembatan Ancol
64 Memilih Hadiah Untuk Mamam
65 Susah Tidur
66 Meminta Pertanggungjawaban
67 Gayung Baru Ibu
68 Nana vs Ayah Ibu
69 Kejutan Untuk Zen
70 Ciuman Di Jari Nana
71 Kejutan Untuk Zen 2
72 Tanggal Pernikahan
73 Perdebatan
74 Pelampiasan Nana
75 Over Dosis?
76 Malam Itu...
77 Rumah Calon Mertua
78 Merasa Minder
79 Akad Nikah
80 Kapan Nikahnya?
81 Voicenote
82 Mencari Nana
83 Batal Berbaikan Dengan Masa Lalu
84 Teman Sekelas Nana
85 Tisu Gulung
86 Pengganggu
87 Perang Batin
88 Mumum Tak Tahan
89 Pasangan Dholim
90 Penasaran
91 Kehebohan Keluarga Zen
92 Ngajak Gelut
93 Pesan Berantai Zen
94 Kejantanan Zen
95 Mengecat Kamar Tidur
96 Puskesmas
97 Puskesmas 2
98 Puskesmas 3
99 Menunda
100 Nana-Nana Lain
101 Presentasi
102 Hamil Duluan
103 Rumah Mantan
104 Nana Dan Ibu Mertua
105 Menuju Hari 'H'
106 Menuju Hari 'H' 2
107 Hari 'H'
108 Hari 'H' 2
109 Kedatangan Sang Mantan
110 Sudah Sah
111 Nana Ketagihan
112 Drama Sang Pengantin
113 Menuntut Hak-nya (Zen)
114 Membuka Kado
115 Mumum Ikhlas
116 Menyesal
117 Pecel Terong
118 Siaran Langsung Author
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Drama Perpisahan
2
Tentang Nana
3
Teman Perjalanan
4
Rumah
5
Zen dan Keluarga
6
Zen dan Keluarga 2
7
Mantan Teridah
8
Konspirasi Penolakan Lamaran
9
Konspirasi Penolakan Lamaran 2
10
Ibu Terjebak
11
Nana Sakit
12
Nana Sakit 2
13
Menerima Lamaran
14
Jurusan Yang menyesatkan
15
Mahasiswa Baru
16
Firasat Zen
17
Mahasiswa Baru 2
18
Jangan diangkat
19
Mendatangi Nana
20
Tidak dikenali
21
Canggung
22
Perpisahan Pertama
23
Saling Mengenang
24
Alasan Lain Kegelisahan Nana
25
Nasi Goreng Made in Nana
26
Senyuman di Wajah Zen
27
Senyuman di Wajah Zen 2
28
Aku Takut... by : Nana
29
Libur Telah Tiba
30
Mimpi Basah ?
31
Hadiah Untuk Nana
32
Bertemu Rif'an
33
Rumah Sakit
34
Rumah Sakit 2
35
Rumah Sakit 3
36
Rumah sakit 4
37
Rumah Sakit 5
38
Merenungkan Sikap Nana
39
Kedatangan Tamu Istimewa
40
Salah Sangka
41
Menjenguk ???
42
Mendatangkan Zen Untuk Nana
43
Mendatangkan Zen Untuk Nana 2
44
Bukan Sedang Berkencan
45
Pikiran Mesum Nana
46
Surat Cinta Dari Zen
47
I Love You Calon Imamku
48
Sayang dan Cinta
49
Menengok Keponakan Baru
50
Takbir Mursal ( Takbir Keliling )
51
Syawalan
52
Kekecewaan Nana
53
Kekecewaan Nana 2
54
Cari Pacar Lagi
55
Bidadari Vs Bidadari
56
Dia Aisyah
57
Rumah Kost
58
Sakit Karna Menahan Rindu
59
Ratunya Bidadari
60
Yank, Hujan Turun Lagi
61
Susu dan Jahe
62
Berpisah Itu Menyakitkan
63
Si Manis Jembatan Ancol
64
Memilih Hadiah Untuk Mamam
65
Susah Tidur
66
Meminta Pertanggungjawaban
67
Gayung Baru Ibu
68
Nana vs Ayah Ibu
69
Kejutan Untuk Zen
70
Ciuman Di Jari Nana
71
Kejutan Untuk Zen 2
72
Tanggal Pernikahan
73
Perdebatan
74
Pelampiasan Nana
75
Over Dosis?
76
Malam Itu...
77
Rumah Calon Mertua
78
Merasa Minder
79
Akad Nikah
80
Kapan Nikahnya?
81
Voicenote
82
Mencari Nana
83
Batal Berbaikan Dengan Masa Lalu
84
Teman Sekelas Nana
85
Tisu Gulung
86
Pengganggu
87
Perang Batin
88
Mumum Tak Tahan
89
Pasangan Dholim
90
Penasaran
91
Kehebohan Keluarga Zen
92
Ngajak Gelut
93
Pesan Berantai Zen
94
Kejantanan Zen
95
Mengecat Kamar Tidur
96
Puskesmas
97
Puskesmas 2
98
Puskesmas 3
99
Menunda
100
Nana-Nana Lain
101
Presentasi
102
Hamil Duluan
103
Rumah Mantan
104
Nana Dan Ibu Mertua
105
Menuju Hari 'H'
106
Menuju Hari 'H' 2
107
Hari 'H'
108
Hari 'H' 2
109
Kedatangan Sang Mantan
110
Sudah Sah
111
Nana Ketagihan
112
Drama Sang Pengantin
113
Menuntut Hak-nya (Zen)
114
Membuka Kado
115
Mumum Ikhlas
116
Menyesal
117
Pecel Terong
118
Siaran Langsung Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!