Dua minggu sudah dia berada dirumah. Berkumpul dengan kedua orang tuanya. Karna Sholeh udah berangkat ke Lampung atas permintaan kakak pertama, Rahmad.
Setelah aktivitas pagi seperti hari-hari sebelumnya, Nana menikmati tontonan kegemarannya. Kali ini dia ditemani Embah uti satu-satunya yang tersisa. Dan tiduran dipangkuan ibu sudah menjadi aktivitas wajib Nana, setelah berada di rumah.
" Gambar wayang kok di tonton sih Genduk? Ganti lho ganti." Protes Embah Nana sedari tadi. Karna tidak menyukai film kartun yang digemari Nana.
" Ini namanya kartun, Mbah... Lucu." Nana mendongakan kepalanya melihat si Embah yang duduk menekuk kedua lututnya kedada disamping Ibu.
Embah yang sudah tua renta karna usia, untuk jalan ke rumah orang tua Nana memerlukan banyak waktu. Walau jika dilihat dari jaraknya, tidaklah jauh dari rumahnya. Namun semenjak Nana di rumah, Embah selalu berkunjung kerumah orang tua Nana. Karna sehari saja tidak melihat Nana, Embah merasa sudah kangen.
Ibu hanya diam, menjalankan aktivitas yang diwajibkan oleh si bontot kepadanya. Mengelus kepala yang ditumbuhi rambut panjang dan lebat milik Nana.
Nana cukup bersantai dalam menghadapi ujian masuk universitas, bukan karna dia malas. Tapi karna tes penerimaan mahasiswa baru di universitas negeri masih sebulan lagi.
selain itu, dia juga sudah berhasil diterima di salah satu universitas swasta terbesar di kota Semarang.
" Assalamu'alaikum..." Suara tamu memasuki rumah, karna pintu utama sudah terbuka sedari pagi.
" Wa'alaikum salam..." Jawaban kompak dari trio generasi (Nana, Ibu dan Embah).
Nana bangun dari pangkuan Ibu, kaget melihat tamu sudah memasuki ruang tempatnya memonton TV. Terlebih lagi Nana sedang tidak memakai hijabnya.
" Bulek..." Sapa Nana pada tamu, sambil menunggu giliran bersalaman.
" Lho, kok ternyata Genduk dirumah." Genduk yang dimaksud adalah Nana.
" Iya. udah seminggu Bulek..." Sambil tersenyum manis bukan karena dimanis-manisin, tapi memang udah bawaan dari bayi.
" Mbakyu, aku mau ada perlu. Tapi bicaranya didepan aja ya?" Pinta Bulek pada Ibu.
Ibu yang diminta Bulekpun berjalan bersama menuju sofa tamu. Meninggalkan Nana dan si Embah yang diglayuti rasa penasaran. Apa yang mereka bicarakan hingga harus menjauh darinya.
" Mau ngomongin apa toh ? Kok pake rahasia-rahasiaan."
" Gak tau, Mbah... biarin itu urusan orang tua." Lupa kalau disini yang paling tua adalah si Embah. " Kalau ngobrolnya disini nanti keganggu sama suara TV, Mbah." Embah mengangguk, membenarkan perkataan Nana.
Nana tidak memperdulikan obrolan dua orang yang ada di ruang tamu. Dia memilih menjembreng kasur busa yang terlipat membentuk sofa di ruangan itu.
" Naik sini, Mbak. Tak kelonin." Sambil menata bantal diatas kasur.
" Lha kok kayak bocah pake dikelonin." Tapi si Embah tetap menurut menaiki kasur yang sudah disiapkan Nana.
Nana memang sengaja menyiapkan kasur itu untuk istirahat Embah. Sedangkan dirinya sendiri memilih duduk bersandar, diatas kasur. Kemudian kembali menikmati film kartun yang tadi Ia tonton sambil cekikikan sendiri. Tak memperdulikan Embah yang entah tertidur atau tidak di sampinya.
Dia juga sampai tidak menyadari kehadiran Ibu yang sudah duduk di lantai, disebelah Embah sambil senyam-senyum tak jelas. Sampai memdengar Embah membuka pembicaraan.
" Ono opo (Ada apa) ?"
" Lho, Bulek udah pulang tah, Bu?" Nana menyelah pertanyaan Embah. Ibu mengangguk, mengiyakan.
" Biasa... Lamaran lagi untuk Nana, Mbah..."
Duuuaaaaaaaarrrrrr..... Duaaarrrrr..... Ddduuuaarrr....
Seketika mata Nana melotot dan mulutnya mengangga untuk beberapa detik karna merasa ada bledek bersaut sautan di dadanya. Pada hakikatnya Nana adalah gadis yang ekspresif.
Badannya menjadi lemas, deretan film yang menggambarkan aktivitas kampus yang menyenangkan dalam pikirannya, berubah menjadi garis hitam putih bagai motif baju tahanan di film kartun yang sedang Ia tonton. Kemudia mengeluarkan suara "tiiittt" tanda bahwa kebahagiannya telah berakhir.
" Tapi udah di tolak seperti biasanya juga kan, Bu?" Mencoba menyadarkan diri dengan kemungkinan yang ada.
Nana mengedip-ngedipkan mata cantiknya, menanti jawaban yang benar-benar Ia diharapkan. Namun Ibu hanya menjawab dengan senyuman yang tidak dapat diartikan oleh Nana.
**Note :
Kaweruh bahasa jawa** :
- Genduk \= Sebutan untuk adek perempuan, atau gadis yang lebih muda.
- Bulek \= Sebutan untuk adek perempuan dari Ayah atau Ibu
- Mbakyu \= Sebutan untuk kakak perempuan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments