Zevana menggeliat dari tidurnya, bau yang luar biasa menyengat memenuhi indra penciumannya dan membuatnya bangun dari tidur sepenuhnya. Setelah merenggangkan tubuhnya Zevana bangkit dari tidurnya dan bergerak mengikuti bau luar biasa yang membangunkannya itu.
Kini langkahnya terhenti tak jauh dari dapur dan di sana ia disuguhkan pemandangan punggung lebar milik pria yang akan menjadi suaminya, pria itu sangat terampil bahkan dari belakang saja ia terlihat sangat profesional seperti koki hotel bintang lima.
Dan tentu saja tak hanya keterampilan memasaknya yang membuat Zevana terpesona melainkan yang sebelumnya ia lihat punggung lebarnya karena pria itu kini sedang memasak tanpa atasan. Ah jika terus seperti ini ia akan terbiasa dengan pemandangan indah di pagi hari.
Tidak ingin berlama di sana dan tentunya sebelum ketahuan memperhatikan punggung lebar pria itu Zevana pun membalikkan tubuhnya namun terlambat karena pria itu berbicara kepadanya.
“Kau ingin pergi setelah menatap intens tubuhku seperti itu?” tanya pria itu tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.
Zevana menepuk jidatnya tanpa bersuara dan tetap mencoba untuk pergi dari sana diam-diam namun sia-sia ia tetap tertangkap basah karena kini pria itu berbalik badan menghadap ke arahnya.
Sialnya sekali lagi bukannya pergi dari sana Zevana justru dibuat ternganga melihat kotak-kotak yang tercetak pada perut pria itu, itu gila! Pemandangan langka yang sangat meresahkan. Ia bahkan tak bisa mencegah matanya untuk menelusuri tubuh indah pria di hadapannya itu, mulai dari dadanya yang pasti akan sangat keras jika ia menyentuh itu hingga bagian bawah. Arghh! Ini gila ia baru sadar jika pria itu hanya mengenakan celana boxer pendek, ia belum pernah melihat pria seseksi ini di dunia nyata.
“Aku akan memberimu waktu untuk mengambil ponselmu dan memotret tubuhku” ucap Maxime membuat Zevana tersadar kembali dari kegiatan menatap tubuhnya itu.
“Aku tidak sedang menatapmu” elak Zevana
“Benarkah? Seharusnya kau hapus dulu air liurmu itu sebelum kau mengatakannya” goda Maxime lagi.
Dengan cepat Zevana menggerakkan tangannya menuju sudut bibirnya namun nihil tak ada sedikit pun jejak air liur yang menetes dan kini ia pun menatap horor Maxime yang tengah tertawa karena berhasil mengerjainya.
“Aku benar-benar tidak memperhatikan tubuhmu itu bahkan tidak ada yang bisa diperhatikan dari tubuhmu” ucap Zevana.
Maxime menyeringai ia merasa jika Zevana sangat menggemaskan “Kau ingin menyentuhnya dan merasakan betapa kerasnya otot-oto perutku?” goda Maxime
“Hah, apa kau punya sikat gigi ekstra?” tanya Zevana mengubah topik pembicaraan, ia harus segera pergi dari hadapan pria ini sebelum ia berubah pikiran dan benar-benar membawa tubuhnya bergerak menyentuh perut pria itu.
“Kau bisa menemukannya di laci wastafel, semua keperluan ada di sana” ucapnya kemudian berbalik kembali menyibukkan diri dengan masakannya.
“Kau perlu sesuatu lagi?” tanya Maxime lagi.
“Tidak, terima kasih” ucap Zevana sembari melangkah pergi menuju kamar.
Setelah sampai di dalam kamar yang ia tempati tadi malam ia pun melangkah menuju sebuah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, ia berniat berendam karena tadi malam ia hanya mandi biasa tanpa berendam karena sudah terlalu mengantuk.
Begitu berada di dalam sana ia menuju wastafel membasuh wajahnya terlebih dahulu kemudian tangannya bergerak membuka laci dan mencari sikat gigi dan pasta gigi, ia segera menyikat gigi kemudian berendam.
Setelah sekitar dua puluh menit berendam Zevana menyudahi kegiatannya itu kemudian berdiri di bawah shower membiarkan air dingin membasahi tubuhnya sebentar setelahnya barulah ia mengeringkan tubuh dan melilitkan handuk ditubuhnya berjalan menuju ruang tidur.
Zevana berjalan menuju nakas samping tempat tidur dan meraih tas belanjaan Maxime yang tadi malam ia dapatkan untuk dikenakan hari ini. Pertama ia menarik keluar sebuah bra renda biru tua dengan satu set ****** ***** yang senada, jika di lihat sekilas itu benar ukurannya dan saat ia mencobanya itu sangat pas untuknya.
Zevana bergidik ngeri “Bagaimana mungkin dia bisa mengetahui ukuranku? Pria mesum itu memang menakutkan” gumamnya.
Ia membentangkan gaun biru tua di kasurnya dan ia mengagumi gaun itu selera pria itu tidak terlalu buruk karena gaun ini sangat cantik, namun tidak untuk yang tadi malam ia kenakan itu terlalu vulgar untuknya.
Tanpa menunggu lama Zevana pun menggunakan gaun itu dan itu sangat pas ditubuhnya dengan sepatu hak berwarna silver yang ia kenakan tadi malam, Zevana duduk di depan meja rias menata rambutnya sebelum akhirnya keluar dari kamar tidur tersebut.
Zevana berjalan menuju dapur untuk menemukan Maxime sedang duduk di dekat bar sarapan yang tentunya sedang sarapan dengan telepon di tangannya, ia terlihat mengenakan setelan jas biru tua.
Dia masih terlihat seksi mau itu dengan kemeja atau tanpa kemeja “Bukankah sudah kukatakan ambil gambarku, kau akan puas melihatnya jika seperti ini kau akan malu karena tertangkap basah” ucap Maxime menyeringai sembari meletakkan teleponnya di atas meja.
Maxime mendongak menatap Zevana dan kemudian pria menatapnya menelusuri mulai dari atas kepala hingga ujung kakinya, jujur saja Zevana sedikit bergidik ngeri saat tatapan Maxime tertuju pada kaki mulusnya yang terbuka itu.
Zevana menggerak-gerakkan kakinya canggung dan berdehem sebelum akhirnya ia mengambil posisi duduk di samping Maxime “Um... Di mana sarapanku?” tanya Zevana yang tak menemukan piring lain di sana selain piring makan pria itu.
“Kau bisa menggunakan dapurku jika kau ingin sarapan” ucap Maxime membuat Zevana terperangah.
“Bukankah kau tadi memasak sesuatu?” tanya Zevana
“Ya itu untukku” ucap Maxime tak merasa bersalah sedikit pun atas situasi ini.
“Wow, itu sangat kasar. Bukankah seharusnya kau menyisakan sedikit untukku terlebih kau tau jika ada orang lain di rumahmu” ucap Zevana
“Ya aku memang kasar” ucap pria itu tak memperdulikan perkataan Zevana dan kemudian kembali fokus pada ponselnya yang ternyata sambungan teleponnya tadi belum terputus.
Ya dia benar, dia sangat kasar entah apa yang Zevana harapkan dari pria itu. Zevana beranjak menuju mesin kopi dan membuat secangkir kopi untuknya setelah selesai ia pun duduk di tempat semula di samping Maxime yang tengah fokus pada sarapan dan ponselnya itu.
“Um... Tentang pakaianku apa kau yang memilihnya?” tanya Zevana dan mendapat anggukan dari Maxime “I-itu t-tentang pakaian dalamku, bagaimana bisa kau mengetahui ukuranku?” tanya Zevana penasaran.
Maxime menyeringai kemudian berkata “Aku memiliki bertahun-tahun pengalaman dengan beberapa wanita sayang, untuk mengetahui hal kecil seperti itu sangat mudah untukku. Percayalah” ucapnya yang di akhir kalimat berbisik tepat di samping telinga Zevana.
Tidak tahu harus berkata apa atau bereaksi bagaimana atas perkataan Maxime, Zevana pun meraih cangkirnya dan menyesap kopinya nikmat untuk menyembunyikan pipinya yang menyemburat kemerahan.
“Hubungi orang tua dan keluargamu untuk datang ke acara dinner malam ini” ucap Maxime yang memecah keheningan di antaranya.
Zevana melirik ke arah Maxime kemudian menunjuk ke arah lantai “Di sini?”
Maxime menganggukkan kepalanya membenarkan pertanyaan Zevana “Bukankah lebih baik lagi jika mengadakan pertemuan seperti itu di sebuah restoran? Tapi terserah padamu saja jika inginnya di sini” usul Zevana.
“Hem baiklah aku akan memesan ruangan di restoran favoritku” ucapnya sembari berjalan menuju wastafel membawa piring makannya kemudian mencucinya bersih.
“Setelah selesai dengan kopimu bersiaplah kita akan pergi berbelanja” ajak Maxime pada Zevana
“Aku tidak perlu itu”
“Kau memerlukannya”
Zevana menatap Maxime penuh tanda tanya ia sudah memiliki banyak barang dan ia benar-benar tidak perlu sesuatu yang baru.
“Kau memerlukannya karena kau sebentar lagi akan menjadi salah satu Nyonya Abiezer. Karena itu jadilah istri yang baik dan bergayalah layaknya nyonya yang berasal dari keluarga besar Abiezer” ucap Maxime.
Maxime mengatakan itu sembari menatap tajam matanya entah kenapa tatapan pria itu terlihat seperti sangat merendahkannya. Asal tahu saja ia juga bergaya sangat keren dan modis hanya saja Maxime tak pernah melihatnya karena selama ini mereka hanya bertemu di kantor dengan pakaian formal dan malam ini berada di luar dengan pakaian yang dipilihkan Maxime.
Meskipun pakaiannya tak begitu banyak yang seksi namun ia bisa jamin jika semua pakaiannya sangat keren dan modis, tak akan kalah dengan wanita-wanita dari keluarga kaya raya lainnya.
Setelah perdebatan panjang akhirnya di sinilah mereka akhirnya, di dalam sebuah mal mewah karena sifat keras kepala Zevana tidak dapat mengalahkan sifat mengatur dan tak terbantah seorang Maxime Abiezer.
Maxime membawanya ke sebuah toko yang bahkan dari luar saja sudah tampak sangat mahal “Halo selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?” kata wanita itu sembari mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga menampakkan payudaranya kepada Maxime.
“Ya kami ingin membeli beberapa pakaian”
Zevana memutar malas bola matanya melihat tingkat wanita itu dan tentunya pada Maxime juga, ia yang berada di samping pria itu saja dapat melihat payudara wanita itu dengan jelas apalagi Maxime yang berada di hadapan wanita itu yang tentunya juga sedang memperhatikan payudara wanita tersebut.
“Saya akan membawa Anda ke private room” ucap wanita berdada besar itu.
Dia menahan pintu terbuka saat mereka berdua telah masuk dan menyuruh mereka duduk sambil menunggu peraga datang untuk membawa beberapa pakaian.
...***...
Mereka menghabiskan lima jam berbeli pakaian, Zevana merasa sangat lelah. Ia telah menghabiskan lima jam hanya untuk berganti pakaian terus-menerus sementara Maxime duduk di sana dengan teleponnya baik berbicara dengan seseorang atau hanya melakukan sesuatu di teleponnya dan selalu memintanya untuk berganti mencoba hampir semua baju yang bawakan.
Sebelum memutuskan kembali ke rumah mereka sempat berhenti untuk makan siang dan di sana mereka berdua pun memutuskan untuk menghubungi keluarga mereka masing-masing untuk mengundang mereka ke acara dinner malam ini di restoran yang sudah Maxime pesan untuk mereka.
“Oke, kau punya waktu satu jam untuk bersiap gunakanlah sebaik mungkin. Jangan terlambat” ucap Maxime berjalan menuju kamarnya.
Zevana mengambil satu tas pakaian dan sepatu kemudian pergi ke kamar untuk bersiap-siap, saat tiba di kamar ia merasakan sesuatu yang aneh dan ternyata semua pakaian dari apartemennya sudah sampai dan ada di kamar ini dan baju masa depan yang baru saja Maxime belikan untuknya akan segera tiba.
Ia segera melepas pakaiannya dan melompat menuju kamar mandi, tak butuh waktu lama kini ia sudah selesai dengan kegiatan mandinya dan tengah mengenakan salah satu pakaian yang tadi ia beli bersama Maxime.
Karena hanya memiliki waktu satu jam Zevana melakukan semuanya dengan cepat. Merias wajah dengan cepat, mengeriting rambut dan memakai aksesoris kemudian sepatu haknya.
Ia keluar dari kamarnya dan di depan sana sudah ada Maxime yang menunggunya dengan setelan kemeja yang selalu membuatnya terlihat hot dan tampan.
“Siap berangkat?” tanya Maxime melihat Zevana yang tiba-tiba menjadi gugup “Ah sebelum itu, kita memerlukan ini” ucapnya lagi sembari mengeluarkan sebuah kotak beludru biru tua sari saku jasnya.
Saat kotak itu terbuka terlihatlah sebuah cincin indah bermata berlian di tengahnya, ini akan menjadi momen yang sangat romantis jika ini lamaran sungguhan.
“Untuk apa ini?” Tanya Zevana, ia tahu cincin itu hanya saja entah kenapa ia bertanya seperti itu.
Maxime menatap Zevana “Karena kita sedang memainkan peran cinta dan bertunangan jadi kita memerlukan ini sebagai bukti kuat atas cinta kita” jelas Maxime sejelas-jelasnya.
Mereka bergerak meninggalkan penthouse Maxime dan melaju menuju restoran yang sudah di pesan Maxime sebelumnya dan kini mereka berada di dalam lift restoran tersebut dengan seorang pelayan yang memandu mereka menuju ruangan mereka.
Di sana kedua belah pihak keluarga sudah hadir dan hanya menunggu kehadiran mereka, Zevana menghela nafasnya pelan dan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin agar tidak gugup dan membuat kesalahan. Maxime bergerak ke arahnya dan menarikan kursi untuk ia tempati dan Zevana pun berterima kasih untuk itu secara alami seperti sepasang kekasih pada umumnya.
Zevana kembali menghela nafasnya yang hanya bisa di dengar oleh Maxime “Huh, kau bisa melakukannya Zee! Semangat!” yakinkannya dalam hati.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yati Yati
moga aja mexim jdi bucin akut
2022-12-02
1
Adiba Shakilla Ramdani
ngselin sii max maksa kehendaknya troos 😏
2021-04-15
1
Jungkook wife
like
2021-03-16
0