Maxime terperangah wanita di depannya ini benar-benar kehilangan akalnya bahkan ia sampai tidak tahu harus mengatakan apalagi saat ini. Bukankah di saat seperti ini ia seharusnya mendengar pujian dari mulut wanita itu tapi apa ini? Dia pikir siapa dirinya bisa mengatakan hal seperti itu tentangnya terlebih ini pertama kalinya mereka bertemu.
“Apa yang baru saja Anda katakan itu semua tentang diriku?” tanya Max tak habis pikir
Lihatlah wanita ini bahkan saat diberi kesempatan untuk menarik perkataannya ia hanya diam tak berkilah yang justru membuat Maxime menjadi bertambah kesal.
Maxime berdiri dari duduknya secara kasar sembari berkacak pinggang dan berbicara dengan nada membentak “Sialan! Kau kesini untuk melamar pekerjaan bukan? Apa kau pikir akan diterima setelah mendengar omong kosongmu itu?! Bahkan aku tidak yakin akan ada perusahaan yang menerimamu jika omonganmu tidak bisa disesuaikan seperti itu” kesalnya.
“Apa-apaan Anda, bukankah Anda ingin saya jujur? Saya sudah mengatakannya dan lagi pula pekerjaan ini bukan satu-satunya untuk saya masih banyak yang ingin memperkerjakan saya di perusahaan mereka” ucap Zevana sedikit bergetar
Ia menghancurkannya bahkan setelah tadi ia bisa meminta maaf dan menarik kembali omongannya tapi karena mendapat bentakan dari pria itu ia pun menjadi tak terkendali, ia sangat benci ketika seseorang membentaknya tak terkecuali siapa pun itu.
Perlawanan seperti ini pertama kalinya di alami oleh Maxime karena biasanya para karyawannya takut bahkan hanya untuk menatapnya saja. Ia kembali menatap wanita itu yang sorot matanya seakan bertekad akan menelannya hidup-hidup, setelah tadi pagi dan sekarang apa U.K sudah dipenuhi dengan wanita-wanita keras kepala?
”Emma, jadwalkan interviu lagi untuk besok” ucap Maxime mengabaikan Zevana
Emma mengabaikan perkataan atasannya itu dan menjabat tangan Zevana “Um... Saya akan mengabari Anda lebih lanjut tentang pekerjaan ini dan yah untuk saat ini kita akhiri sampai di sini saja. Terima kasih karena Anda sudah meluangkan waktu untuk hari ini” ucapnya tersenyum ramah yang juga disambut hangat oleh Zevana.
Setelah Zevana pergi dari sana Emma mendapat tatapan tajam dari Maxime “Kau masih berniat untuk memperkerjakannya setelah melihat perilaku buruknya itu?” tanya Maxime kesal
“Dia hanya mengatakan kejujuran Tuan, bukankah dia sangat bisa dipercaya tak hanya pintar ia juga wanita yang jujur” ucap Emma
“Sebenarnya kau berada dipihak siapa ha? Apa kau bekerja untuknya?”
“Tentu saja saya berada di pihak Anda Tuan dan menurut saya tidak ada yang salah dari ucapan Ms. Afsheen karena ia hanya mengatakan kejujuran” jawabnya dengan tenang.
Maxime menghela nafasnya kasar “Lakukan interviu lagi dan rekrut sebanyak mungkin. Di dunia ini bukan hanya dia wanita yang pintar”
“Untuk itu saya tidak bisa Tuan, kita tidak punya banyak waktu karena sekarang saya hanya punya waktu beberapa minggu untuk melatih sekretaris pribadi Anda yang baru” jelasnya
Maxime kembali menatap tajam ke arah sekretarisnya itu tapi tetap saja wanita itu tak bergeming, entah siapa di sini yang atasan “Hah, terserah kau saja. Lakukan apa pun yang kau inginkan” kesalnya.
“Baik Tuan, saya akan menghubungi Ms. Afsheen secepatnya”
Sepertinya mulai sekarang hari-harinya di kantor tidak akan menyenangkan lagi, padahal kantor adalah salah satu sarana untuknya melepaskan stres dan sekarang di kantor pun ia akan bertambah stres karena harus berhadapan dengan wanita gila itu. Wanita gila itu benar-benar mempengaruhi moodnya saat ini, apa ia sungguh harus bekerja bersama wanita itu?
...***...
Pada awalnya Zevana sama sekali tidak berniat menghancurkan wawancaranya hari ini bahkan setelah mengatakan pendapat gamblangnya itu ia merasa bersalah karena sudah mengatakan hal itu. Namun saat mendengar pria itu berteriak kepadanya entah apa yang ada di pikirannya ia justru balik meneriaki pria itu, memang benar ia tak menyukai jika seseorang berteriak kepadanya namun tadi bukan waktu tempat yang pas untuknya yang mencari pekerjaan berteriak seperti itu terlebih sebelum ia menyatakan pikirannya tanpa saring itu bisa di bilang semuanya berjalan dengan mulus.
Harinya benar-benar hancur, Zevana menghancurkan semuanya sendiri. Kini ia sedang di perjalanan entah ke mana sehingga akhirnya ia pun memutuskan untuk menghubungi sahabat prianya yang juga bisa di bilang sudah seperti saudara lelakinya karena pria itu sangat dekat dan selalu ada untuknya.
Justin Avenue pria yang ia kenal melalui kakak laki-lakinya yang kini juga bersahabat dengannya, yang selalu setia mendengar keluh kesahnya. Justin Avenue nama yang sangat tidak asing untuk orang-orang U.K terlebih para perempuan, jika hanya melihatnya dari jauh mungkin yang terkesan darinya adalah pria sombong, seorang player dan sudah pasti digilai banyak wanita. Namun jika mengenalnya lebih dekat kalian pasti akan tahu betapa lembut dan manisnya seorang Justin Avenue itu.
Tanpa pikir panjang Zevana mulai menghubungi Justin dan tak lama kemudian sambungan itu pun terhubung.
-In Call-
“Justinnnnn..... Aku rasa aku akan segera hancur” keluhnya saat panggilan itu baru tersambung.
Terdengar suara tawa kecil di seberang sana “Apalagi kali ini, hem?” tanya Justin lembut.
“Aku mengacaukan interviuku hari ini, aku menghina bahkan meneriaki seorang Maxime Abiezer” keluhnya dengan nafas panjang “Justin, aku ingin mati saja”
“Tidak perlu mati segala, aku akan bicara dengannya dan meminta maaf untukmu jadi jangan mati” ucapnya sembari tertawa kecil
“Kenapa kau tertawa? Aku benar-benar berpikir untuk mati” kesalnya
Tanpa Zevana ketahui pria itu kini sedang menahan tawanya di balik ponsel yang menghubungkan mereka itu “Ya baiklah jika itu maumu aku bisa apa, aku bahkan tidak berhak atas pilihan tentang kehidupanmu”
“Hey! Kau yang benar saja” ucap Zevana yang tambah kesal “Ya sudah, akan kuakhiri panggilan ini”
“Baiklah maafkan aku, kau tidak perlu khawatir aku akan mengatakannya nanti kan sudah kukatakan jika aku dan Max berteman” ucap Justin mencoba mengembalikan mood sahabatnya itu.
“Tidak perlu lakukan itu, aku tidak ingin mendapatkan pekerjaan karena ada seseorang di belakangku” ucap Zevana menghela nafasnya berat “Chicken or Pizza?” tanyanya lagi.
“Pizza, jangan lupa cola” ucap Justin
“Baiklah, pesanan Anda akan tiba kurang lebih tiga puluh menit lagi Tuan” ucap Zevana mengundang tawa untuk keduanya sebelum akhirnya ia mengakhiri panggilan tersebut.
-End Call-
Zevana memutar balik arah mobilnya menuju tempat biasanya ia membeli Pizza home-made yang sangat terkenal di U.K. Setelah sekian lama akhirnya ia pun sampai di tempat yang ditujunya, mungkin karena belum jam makan siang restoran Pizza ini tidak terlalu ramai dan tidak mengharuskannya untuk mengantre.
“Halo, saya ingin stuffed crust ukuran large satu dan colanya juga yang ukuran large” ucap Zevana memesan pizzanya.
Kasir itu menerima pesanannya “Baik, itu saja?” tanyanya dan Zevana pun menganggukkan kepalanya “Baiklah, totalnya tiga puluh dua GBP" sambung kasir itu.
Zevana menyerahkan kartu banknya dan menyelesaikan transaksinya “Silahkan di tunggu, nona” ucap kasir itu lagi.
Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit akhirnya pesanannya pun jadi tanpa basa-basi ia mengambil pesanannya itu dan kembali melajukan mobilnya menuju ke kantor Justin.
Kini ia berada di dalam lift menuju ke lantai atas bangunan itu, saat pintu lift itu terbuka ia dapat melihat sekretaris Justin yang menatap ke arahnya. Jujur saja Zevana sedikit takut dengan sekretaris sahabatnya itu karena sejak pertama kali ia datang kemari wanita itu tidak pernah tersenyum kepadanya, apa semua sekretaris perusahaan besar memang harus memasang wajah poker face seperti itu?
Ia hanya menundukkan kepalanya dan tersenyum sopan kepada sekretaris itu saat ia menyampaikan pesan kepada Justin bahwa ia telah tiba dan menyuruhnya untuk segera masuk, tanpa mengetuk terlebih dahulu Zevana langsung membuka pintu ruang kerja Justin.
Saat pintu itu terbuka saya dihalangi oleh sosok pria bertubuh besar “Ooo, Tuan Avenue kenapa di kawal apa kau membuat masal...” ucapnya terhenti
Saat ia masuk ia melihat dua orang pria menoleh ke arahnya bahkan keduanya sangat tidak asing untuknya, salah satunya adalah Justin yang tersenyum menyambut kedatangannya dan satunya pria yang membuatku takut bahkan hanya dengan melihatnya saja.
Apa yang pria itu lakukan di sini, dia adalah Maxime Abiezer apa mereka ada urusan penting?
“Ah maaf... aku akan masuk nanti” ucap Zevana hendak berbalik menuju pintu
“Tidak perlu, ayo kemarilah” cegah Justin
Zevana hanya tersenyum canggung dan menuruti perkataan sahabatnya itu, ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak melirik ke arah Maxime. Ia tahu kalau mereka berteman tapi mengapa dia harus datang hari ini dan jika dia ada di sini mengapa Justin tidak mengatakan apa-apa kepadanya bahkan sekretarisnya pun tidak mencegahnya untuk masuk.
Padahal ia kemari untuk menumpahkan semua keluh kesahnya tapi apa yang harus ia lakukan sekarang? Bahkan untuk memandang ke arah pria itu saja sangat mengerikan apalagi untuk menumpahkan keluh kesahnya langsung di hadapan pria itu.
“Kesialan macam apalagi ini?” batinnya
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Adiba Shakilla Ramdani
jodoh emg ga kmana wwkwkw
jan mw kalaj dong zee
2021-04-14
0
Trisnawati Ilyas
seru ceritanya
2021-04-02
0
Caca Cabita
UK bukannya pondsterling ya thor? kok dolar sih?
2021-03-20
1