“Selamat Siang Ms. Afsheen, sebuah kebetulan yang indah bukan bisa bertemu lagi” sapa Maxime memecahkan keheningan.
Maxime menyapanya dengan suara biasa tapi entah kenapa sapaan itu terdengar menyeramkan untuk didengarnya “Ah iya h-halo, s-selamat siang Tuan”
Maxime hanya menganggukkan kepalanya, Zevana melirik ke arah Justin yang berusaha menahan tawanya karena ia sangat paham bagaimana keadaannya saat ini.
“Buruan, di mana pizzaku? Duduklah” ucap Justin
Zevana duduk di sofa berseberangan dengan Maxime, ia mengeluarkan pizza dan cola serta gelas plastik yang juga ia dapatkan dari restoran pizza itu. Zevana menata meja dengan baik, ia mengisi gelas tersebut dengan cola dan memberikannya kepada dua pria yang ada bersamanya saat ini.
“Silahkan Tuan” ucapnya saat memberikan gelas berisi cola tersebut kepada Maxime.
“Terima kasih, um Anda tidak perlu bicara formal padaku cukup panggil namaku saja” ucap Maxime
Zevana sedikit bingung kenapa ia harus memanggilnya dengan nama? Lagi pula ia memintanya untuk berbicara informal sedangkan dirinya saja berbicara formal, Zevana melirik ke arah Justin dengan wajah kebingungan dan pria itu malah tersenyum sembari menaikkan bahunya.
Maxime yang menyadari itu pun kembali bersuara “Ah, haruskah aku memanggilmu Zevana atau Zee?”
“Zee? Tidak-tidak, Anda bisa memanggil saya Zevana” ucapnya
Hampir saja ia tersedak, siapa dia tiba-tiba ingin memanggilnya dengan sebutan Zee padahal baru satu jam yang lalu pria itu meneriakinya.
“Baiklah Zevana, kau juga bisa mulai membiasakan diri untuk memanggilku dengan nama”
“Saya tidak mengerti kenapa saya harus memanggil Anda seperti itu”
Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menjangkau gelasnya “Emma sangat menyukaimu karena kau wanita yang pintar dan jujur karena itu untuk ke depannya kita akan bekerja sama” jelas Maxime
“Apa maksud Anda saya mendapatkan pekerjaan ini?” tanyanya dan diangguki oleh Maxime.
Jujur ia senang mendengar itu tapi apakah ini masuk akal padahal ia dengar dengan jelas sebelum meninggalkan ruangan pria itu mengatakan bahwa akan melakukan interviu lagi. Zevana melirik ke arah Justin dan menatapnya horor, apa pertemuan tidak terduga ini semua ulah sahabatnya itu?
“Apa ini perbuatanmu?” tanya Zevana menatap tajam sahabatnya itu.
Justin menghela nafasnya kasar “Oh sayang ayolah, aku tidak melakukannya bukankah kau juga sudah melarangku” ucapnya terus terang dan tidak ada kebohongan di sana.
“Mungkin kehadiranku di sini menimbulkan kesalahpahaman tapi semua ini tidak ada hubungannya dengan Justin. Setelah mendiskusikannya dengan Emma sepertinya kau cocok untuk pekerjaan itu, jadi aku memutuskan untuk memperkerjakanmu” jelas Maxime
“Aneh” batin Zevana
“Um baiklah, sepertinya aku sudah harus pergi karena sebentar lagi aku ada pertemuan” ucapnya lalu menghabiskan minumannya “Nikmati makan siang kalian berdua, aku pergi dulu” pamitnya.
Maxime memberikan pelukan selamat tinggal kepada Justin dan Zevana hanya tersenyum canggung ke arah Maxime sebelum pria itu menghilang dari ruangan tersebut.
Sekiranya Maxime telah menjauh dari ruangan tersebut Zevana pun menghela nafasnya kasar dan membuat Justin menertawainya “Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanyanya.
“Hah, apa kau pikir aku masih bisa mengatainya di saat seperti ini? Dia akan menjadi atasanku, kau harus ingat itu”
Justin masih tertawa kecil “Kau gadis yang menakutkan, bagaimana bisa Zevana satu jam yang lalu berbeda dengan Zevana yang sekarang”
Zevana menyantap pizzanya “Karena aku lahir di tempat seperti ini jadi aku juga harus bertahan hidup seperti itu” jawabnya santai.
Justin tertawa “Itu sangat cocok untukmu”
Setelah makan siang bersama Justin tadi ia pun memutuskan untuk kembali ke rumah karena ia merasa gerah menggunakan pakaian formal seperti itu dan juga ia tak ingin menyita banyak waktu sahabatnya itu yang sudah pasti memiliki pekerjaan yang menumpuk secara Justin adalah CEO di perusahaannya tersebut.
Dan kini Zevana tengah bersantai di ranjang besarnya dengan handuk kecil yang masih berada di kepalanya sembari menonton film bergenre romantis komedi. Saat tengah asyik menonton tiba-tiba ponselnya berdering dan di sana tertera sebuah nomor yang tak ia kenali, mungkin saja itu Ms. Emma pikirnya dan ia pun menjawab panggilan tersebut.
-In Call-
“Halo, selamat sore” ucap seorang wanita dari seberang sana
“Halo, sore” sapa Zevana ramah
“Apa ini benar dengan Ms. Zevana Afsheen?”
“Ah ya benar, saya sendiri”
“Baiklah, Ms. Afsheen ini saya Emma Julian sekretaris pribadi Tuan Maxime Abiezer” ucapnya memperkenalkan dirinya
“Saya ingin memberitahukan jika Anda di terima bekerja di perusahaan Maxmillions Company dan mulai besok Anda dapat datang ke perusahaan untuk menjalani masa pelatihan dan Saya akan melatih Anda, jadi Anda bisa memulainya sekitar jam tujuh pagi karena Tuan Maxime selalu datang lebih awal”
“Ya itu tidak masalah, terima kasih” ucap Zevana gembira
“Sama-sama, besok katakan saja pada resepsionis bahwa Anda akan dilatih untuk jadi sekretaris Tuan Maxime yang baru”
“Baiklah, sekali lagi terima kasih”
-End Call-
Wanita itu menjelaskan dengan panjang lebar dan sangat detail sehingga membuat Zevana dapat memahaminya dengan mudah. Jangan di tanya lagi bagaimana keadaannya karena sekarang ia benar-benar semangat dan senang, kalian tidak akan percaya bahwa kini ia sudah berada di depan kacanya dan tengah mencoba beberapa pakaian formal untuk ia kenakan besok.
...***...
Keesokan harinya pagi-pagi sekali di sebuah kamar yang hening terdengar suara pintu yang terbuka dan di sana terlihat sosok Zevana yang baru saja keluar dari kamar mandinya dengan tubuh yang gemetar sedikit menggigil. Ia menyetel alarmnya pukul lima pagi, ia bangkit setelah sekitar sepuluh menit bermalas-malasan di kasurnya dan setelahnya karena ingin menyegarkan diri ia pun mandi dengan menggunakan air dingin.
“Huh dingin sekali” serunya
Zevana mengenakan setelan kerja yang sudah ia siapkan sejak sore kemarin kemeja blouse berwarna krim yang ia padukan dengan rok span berwarna merah tua, ia juga memoles tipis riasan di wajahnya dan lipstik mate berwarna nude yang ia mix dengan liptint pink serta sedikit blush on di pipinya dan eyeshadow berwarna coklat di kelopak matanya.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6.25 pagi ia masih memiliki empat puluh lima menit lagi, merasa cukup dengan penampilannya dan tak ingin terlambat di hari pertamanya ia pun memutuskan untuk segera menuju ke perusahaan Maxmillions Company tempat ia mengadu nasib mulai sekarang.
Tak butuh waktu lama ia pun sampai di depan sebuah gedung mewah menjulang tinggi yang masih sedikit orang yang berdatangan, perjalanannya lancar sehingga hanya butuh dua puluh menit untuknya sampai ke tempat tujuan.
Zevana berjalan mendekat ke arah meja resepsionis untuk memperkenalkan dirinya seperti yang di arahkan sekretaris Emma kemarin di telepon.
“Halo, selamat pagi” sapa Zevana pada resepsionis berambut pirang itu.
“Halo selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu ramah.
“Saya Zevana Afsheen mulai hari ini saya akan dilatih untuk menjadi sekretaris tuan Maxime dan saya di minta untuk mengabari meja resepsionis” jelas Zevana
Tujuan Emma meminta Zevana memperkenalkan dirinya di meja resepsionis untuk memudahkan akses masuknya agar tidak di curigai.
“Mohon maaf sebelumnya tapi saya tidak mendapat berita apa pun dari lantai atas jadi Anda bisa menunggu terlebih dahulu”
Zevana melirik jam tangannya dan kini hanya lima belas menit lagi menjelang jam tujuh, ia mengerti maksud wanita ini tapi ia tak mempunyai banyak waktu lagi.
“Tapi saya diminta Miss Emma untuk menyampaikan hal itu sebelum naik ke atas” jelas Zevana lagi.
Resepsionis itu menganggukkan kepalanya “Iya saya mengerti, tapi karena kami tidak mendapat kabar apa pun dari lantai atas sangat di sayangkan saya tidak bisa mengizinkan sembarang orang naik ke sana” jelasnya.
Sembarang orang? Wah, ini pertama kalinya ia disebut seperti itu. Saat hendak mengatakan sesuatu Zevana mengernyitkan keningnya saat melihat wanita di depannya itu sedikit salah tingkah dan menundukkan kepalanya hormat dan tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.
“Pagi Molly, ada apa?” tanya seseorang dengan ramah
“A-anu Tuan, nona ini...” belum sempat wanita berambut pirang yang bernama Molly itu menyelesaikan ucapannya seorang pria yang ada di belakang Zevana memiringkan kepalanya untuk melihat dengan jelas wanita di hadapannya itu.
“Dia sekretarisku Molly, apa ada masalah lain?” tanya Maxime.
“T-tidak Tuan”
“Mulai hari ini ingatlah wajahnya Molly” ucap Maxime masih dengan nada ramahnya.
Zevana membatu, entah bagaimana bisa tapi ia tak mengatakan sepatah kata pun bahkan bergerak dari tempatnya sekedar menyapa pun tidak. Sesuatu mengalihkan perhatiannya yang memenuhi pikirannya saat ini, apa pria ramah yang ada di belakangnya saat ini orang yang sama dengan pria arogan kemarin?
Sebuah tangan melingkar di pinggang Zevana yang sukses memecahkan lamunannya, tangan itu menarik tubuhnya untuk bergerak dan membuat kakinya melangkah sesuai arahan dari pria dengan tangannya yang melingkar di pinggang Zevana. Bahkan saat sampai di lift pria itu masih melingkarkan tangannya di pinggang Zevana dan parahnya lagi entah kenapa ia hanya bisa membatu saat ini.
APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI SINI?!!!
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Jungkook wife
semangat
2021-03-10
1