"Assalamu'alaikum" ucap seseorang yang berdiri di depan pintu.
Semua yang berada di ruang tamu menoleh dan melihat pada orang yang baru saja datang ke rumah tersebut.
"Wa'alaikum salam" jawab Haniyah mewakili.
"Silahkan masuk ! Kak, buatkan minum !" lanjut Haniyah dan mempersiapkan orang tersebut masuk ke dalam rumah nya.
Sementara itu, Mahda segera pergi ke dapur sesuai perintah Yemma nya.
Zein dan Haniyah duduk di berdampingan, sang tamu pun masih berdiam diri dan belum berkata apapun.
"Silahkan di minum, mba!" ucap Mahda pada tamu tersebut.
Mahda pun ikut bergabung duduk di ruangan tersebut. Suasana serasa mecekam melihat Zein yang masih memasang wajah kesal dan tamu tersebut masih diam, seperti terintimidasi.
"Kenapa Ahmad tidak ikut mba?" tanya Zein dengan menurunkan sedikit oktav nada bicara nya. Sebisa mungkin menyimpan kekesalan di hati nya.
"Ma'af sebelum nya, saya mewakili Ahmad dan keluarga meminta ma'af yang sebesar-besar nya. Saya sadar, sangat tidak sopan datang seperti ini" tutur Imah, kakak dari Ahmad.
Ya, seseorang yang bertamu ke rumah Mahda adalah Imah, kakak dari Ahmad sendiri. Ia datang sendiri tanpa ada yang menemani nya barang seorang pun dari keluarga nya.
"Maksud nya apa? Ana tanya, kemana Ahmad?" tanya Zein lagi dengan susah payah menekan kekesalan di hati nya.
Imah terlihat menarik nafas sebelum berbicara kembali.
"Ahmad tidak bisa meneruskan pernikahan ini. Saya selaku kakak Ahmad, meminta ma'af, ma'af yang sebesar-besar nya karna sudah melukai hati anda juga Mahda" tutur Imah.
Serasa petir menyambar begitu saja, Mahda menegang seketika mendengar penuturan kakak ipar nya.
"Tolong jelaskan ! Maksud nya apa? Tidak bisa meneruskan? Ahmad menceraikan Mahda, begitu?" Zein mulai tersulut amarah, duduk nya pun mulai tak beraturan.
Serasa sembilu menghujam ke dada nya, mendapat tamparan memuakan dari orang bernama Ahmad. Tiba-tiba menikahi putri nya, lalu sekarang menceraikan nya.
Imah menganggukan kepala nya pelan.
"Saya mohon ma'af atas nama Ahmad, pak ustadz" ucap Imah.
"Suruh Ahmad kemari ! Saya tunggu dia di rumah ini. Sampaikan ! Kalau dia laki-laki, bicara pada saya langsung !" balas Zein lalu meninggalkan ruangan tersebut dengan cepat.
Haniyah pun beranjak dan segera menyusul sang suami, berusaha meredakan amarah suami nya. Dan kini tinggalah Mahda berdua bersama Imah.
"Apa salah saya mba?" kini Mahda mulai berbicara.
Imah menggelengkan kepala nya dengar tatapan mata yang nanar.
"Mba minta ma'af" jawaban yang tidak memuaskan dari Imah.
"Mba pulang dulu ya, titip salam buat Yemma dan Yebba" lanjut Imah seraya mengusap punggung Mahda.
Mahda menangis sejadi-jadi nya di dalam kamar selepas kepulangan Imah. Rasa nya takdir begitu mempermainkan nya.
Ia sudah berusaha menerima Ahmad dengan perlahan, namun apa balasan nya kini? Tetap saja ia di tinggalkan seperti dulu ia di tinggalkan oleh Haidar.
Haniyah yang mendengar teriakan Mahda dari dalam kamar hanya bisa menitihkan air mata nya. Sebegitu rumit nya takdir anak perempuan satu-satu nya ini.
Dan sekali lagi hati Mahda di patahkan. Cinta nya di hancurkan.
Batin Haniyah pilu.
*****
Hari-hari terus berlalu dan Ahmad masih belum ada itikad baik mendatangi kediaman Zein apalagi menemui nya langsung.
Zein merasa pilu melihat Mahda yang terus tersenyum getir menutupi luka dan kecewa nya. Bagaimana tidak? Dulu-dulu dia di paksa menikah meski tak mendengarkan dulu pendapat nya, ia yakin bahwa Ahmad adalah pilihan yang tepat mengingat Ahmad adalah kerabat bu Nyai, namun fakta nya belum apa-apa sudah menjandakan anak nya.
"Kak, jalan yuk" ajak Zein mencairkan suasana.
"Kemana Ba?" tanya Mahda lirih.
"Kakak pengen nya kemana?" tanya balik Zein.
"Pengen kulineran" jawab Mahda dengan mimik muka tersenyum dan manja pada Yebba nya.
Zein pun mengiyakan keinginan Mahda meski ia tau ujung-ujung nya sang anak akan menghabiskan uang nya berbelok pada butik yang berderet baju gamis hitam, abaya.
Pergi berdua bersama sang putri membuat banyak pasang mata yang melirik nya. Banyak orang yang menyangka ia tengah berjalan dengan selingkuhan nya. Bagaimana tidak? Di usia nya yang sudah berkepala 4, ia masih terlihat tampan nan rupawan. Maka jangan salah jika Haniyah sang istri masih klepek-klepek pada diri nya, pun sebalik nya ia terhadap Haniyah.
"Gak enak jalan sama Yebba, kakak di sangka sugar baby nya" keluh Mahda.
"Masa sarungan gini punya sugar baby?" tanya Zein seraya menaikan ke 2 alis nya.
Mahda menatap Zein dari atas ke bawah, menatap Yebba nya yang terlihat keren meski hanya memakai sarung dan kaos oblong berwarna hitam, senada dengan sarung yang ia pakai.
"Iisshhh" Mahda mencebik setelah nya.
Benar apa yang di perkirakan oleh Zein, pulang-pulang Mahda membawa beberapa tas dari butik yang berbeda-beda. Dari mulai kerudung, abaya, hingga sepatu Mahda tak luput membeli nya.
"Syukron Yebba sayang" ucap Mahda dan berlalu menaiki tangga menuju kamar nya dengan menenteng beberapa tas belanjaan nya.
Sedangkan Zein, ia pun membawa beberapa kresek besar berisi camilan milik Mahda.
Tepos dompet ana, ckckck.
Decik Zein dalam hati dan menggelengkan kepala nya.
"Kenapa Ba?" tanya Haniyah yang kebetulan tengah berada di dapur saat Zein datang membawa kresek begitu besar.
"Dompet Baba tepos sama kakak" keluh Zein.
"Yamma gak di beliin?" tanya Haniyah lagi dengan menaikan sebelah alis nya.
"Nanti jika dia sudah hadir, apapun akan Baba berikan" jawab Zein seraya mengelus perut Haniyah yang rata meski sudah 3 kali melahirkan.
"Isshh, apaan sih, enggak, cukup tiga" timpal Haniyah.
"Sulthan gak ada temen nya Ma, kasian" bela Zein.
Haniyah mendelikan mata nya kesal. Ia pun sebenar nya tak menolak jika memang di takdirkan untuk melahirkan kembali meski usia nya sudah sangat rawan.
Allah takkan susah memberikan pertolongan
Kata yang selalu ia ucapkan untuk menyemangati diri nya sendiri.
*****
Mahda nampak puas membereskan baju-baju baru nya di Walk In Closet. Menambah jejeran rapih abaya dan kerudung berbagai warna nya.
Tiba-tiba tangan nya menyentuh sebuah baju yang masih terbungkus plastik di gantungan baju-baju nya. Melihat nya dengan seksama, namun tiba-tiba mata nya mengembun dan terus melihat baju tersebut.
"Ini baju saat lamaran dari kak Ahmad" lirih Mahda.
Ia tak menyangka, di usia nya kini ia akan menyandang sebagai janda yang tak tersentuh sedikit pun.
Mahda sempat berharap Ahmad sebagai pelipur luka nya di masa lalu, namun ternyata tidak, dia hanya sekedar singgah lalu pergi.
Berjalan mendekati jendela dengan terus memeluk baju tersebut. Menatap jingga merah yang menghiasi langit sore ini.
☘☘☘☘☘
**Ternyata dia bukan senja, jingga nya tak hangatkan luka..
Dia hanyalah angin yang sekedar singgah kemudian pergi**..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜ᴬᴸ❣️☠ᵏᵋᶜᶟ𒈒⃟ʟʙᴄ
semoga allah kasih yg terbaik buat mahda. jngn ptah semangat, ingat hilang 1 akn tumbuh 1000 ,😌
2022-06-06
0
R Fa
kan.. sudah ku duga..dasarrr 😡😡😡😡😡
2022-06-06
1
Rinjani
bu Nyai hrs tanggung jawab ..kasian Magda 😢🤲sabar ya akan dpt yg lbh baik
2022-06-05
0