Mahda pun segera mencuci tangan lalu masuk ke dalam rumah bu Nyai menuju ruang tamu. Berjalan dengan ke dua lutut seperti kebiasaan para santri jika akan menghadap guru nya.
"Mahda" panggil bu Nyai.
Hati Mahda seketika dag dig dug tak karuan. Ia takut jika bu Nyai akan menghukum nya, tapi ia mengingat kembali bahwa ia tak melanggar peraturan saat ini.
"Beik, bu Nyai" lirih Mahda.
"Sini duduk!" titah bu Nyai.
Mahda pun menghampiri kursi kosong di samping bu Nyai.
Kata nya ada tamu, ko gak ada?
Batin Mahda.
"Mahda kelas takhasus kan sekarang?" tanya bu Nyai.
Mahda memangutkan kepala nya pelan. Bu Nyai tampak serius lalu menghempuskan nafas nya pelan.
"Mba Mahda di minta pindah ke pondokan A*****, mau kan?" tanya bu Nyai lagi.
"Pindah? Sama siapa bu Nyai ke sana nya kalau boleh tau?" tanya balik Mahda.
"Sama Aly, abang Mahda sendiri" jawab bu Nyai.
"Mmm, maksud Mahda, teman dari pondok putri sini nya bu Nyai" Mahda mengigit bibir bawah nya, merasa gugup.
"Mahda sendiri, pondokan A***** yang meminta langsung ke sini, dan Ibu menyarankan Mahda" jelas bu Nyai.
"Bagaimana?" lanjut bu Nyai.
"Kalu bu Nyai ridho dan ini bisa sebagai bentuk khidmah Mahda ke bu Nyai dan pesantren, Mahda siap" lirih Mahda.
"Kalau Mahda siap, Ibu secepat nya ngehubungin Yemma dan Yebba nya Mahda" sambung bu Nyai.
"Berangkat nya-kapan ya bu Nyai?" tanya Mahda sungkan.
"Secepat nya" jawab bu Nyai mantap.
(Hayoooo, siapa yang nyangka Mahda ada yang minta? Hihiii)
*****
Hari-hari pun berlalu dan kini waktu nya Mahda dan Aly pindah ke pesantren A*****, melanjutkan khidmah nya dan menuntut ilmu.
Isakan tangis juga salam perpisahan mengiring, mengantarkan Mahda dan Aly berangkat menuju pesantren yang di tuju.
Mahda dan Aly pun berangkat menuju pesantren A*****, satu mobil bersama Yemma dan Yebba nya. Sementara bu Nyai beserta yang menemani nya berada di mobil lain.
Hanya perlu 2 jam perjalanan menuju pesantren A****. Sesampainya di sana, Mahda dan Aly bertemu pemilik pondok yang tak lain adalah Ummy dan Abuya, guru Yemma dan Yebba nya, juga orang yang berjasa menyatukan cinta ke dua nya.
Haniyah sengaja dulu tak memasukan Mahda kesini karna menghindari di istimewakan, tapi qodarulloh, ujung-ujung nya Mahda dan Aly di tarik kesini juga oleh ustadz Muhammad, anak pertama Ummy dan Buya yang kini meneruskan kepengurusan pondok.
Berbincang kesana kemari sebelum mengantar Mahda dan Aly ke asrama masing-masing.
"Mba Niyah, anak nya udah perawan aja, udah lama ya gak pernah kesini" tutur Ummy.
"Iya Ummy alhamdulillah" jawab Haniyah sopan.
Kata panggilan khas pesantren pada Haniyah ternyata masih melekat.
****
"Niyah, itu kamu Haniyah?" teriak Citra tak menyangka the most wanted girl pesantren nya dulu menyambangi dapur santri putri.
"Iye, gak usah lebay deh Cit" jawab Citra santai.
Citra yang bak cacing kepanasan bergeliat dan berlari menghampiri Haniyah, memeluk nya dengan erat seperti anak kecil.
"Lepasin dih Cit ! Gak malu sama anak mu" ucap Haniyah seraya menunjuk Nizar, anak ke dua Citra dan Alif yang berusia 4 tahun.
Ya, 5 tahun setelah Haniyah dan Zein menikah, Ummy dan Abuya menjodohkan ke dua nya dan di minta untuk tinggal di lingkungan pesantren seraya membantu kesibukan di sini. Alif dan Citra pun menempati rumah yang dulu di tempati Zein dan Haniyah.
"Ehehe iya" kekeh Citra dan melepaskan tangan nya dari badan Haniyah.
"Gak kebayang deh ane Cit, lo pecicilan kaya cacing kepanasan, tapi ustadz Alif pendiem gitu" tutur Haniyah sambil menggeleng-gelengkan kepala nya, heran.
"Isshhh, ya biasa aja lah" jawab Citra dan mengibaskan tangan nya.
"Titip Mahda ya, kalo ada apa-apa hubungin gue" ucap Haniyah.
"Siap bu Nyai. Oh iya, gak kangen ghibah di bawah jemuran nih?" tanya Citra dengan menaik turunkan ke dua alis nya.
"Noh, di badalin ya sama anak kita" jawab Haniyah dan menunjuk Mahda yang tengah menimang sang adik, Sulthan.
"Issshh, yang bener aje. Gue tuwir dia anak perawan, gak seru lah" tolak Citra.
"Abis nya, ngajak gituan, ghibahin apa juga sekarang mah" sambung Haniyah.
"Hmm, ghibahin dulu lo yang suka mandi 2x kalo pagi, bhahaha" timpal Citra seraya tertawa dan berlari menjauh dari Haniyah, ia takut mendapat cubitan maut dari sang sahabat.
"Sial" umpat Haniyah.
Kebiasaan, jika sudah bersama dengan teman-teman nya, kekoplakan nya suka tiba-tiba muncul.
*****
Berpindah tempat seperti kembali ke awal, kembali menata hati dan meninggalkan hati yang lama.
Eh, ko kaya abis putus, menata hati?
Mahda seperti kembali ke awal ia masuk pondok, ada rasa tak betah, namun ia teringat kembali tujuan awal nya adalah untuk terus menambah ilmu dan berkhidmah.
Mahda menatapa ke depan asrama dari lantai atas. Tak tanggung-tanggung, Mahda di tempatkan di asrama bersama santri putri, bukan dengan pengurus lain nya. Alasan nya agar nyaman, karna pengurus lain tidur di ruangan yang agak kecil, berbeda dengan asrama santri.
Cuaca panas dan suasana sepi karna para santri tengah rehat, memejamkan mata nya sejenak sebelum kembali menimba ilmu.
"Hallo ustadzah" sapa Luya, santri putri kelas tsani (dua).
"Eh, ya, panggil mba aja, jangan ustadzah" saran Mahda.
"Gak enak, kan guru ana" timpal Luya.
"Gak papa, enakan mba aja. Malu sama yang lebih punya ilmu" keukeuh Mahda.
Luya pun tersenyum dan mengangguk. Mahda pun ikut tersenyum. Sejauh ini belum banyak yang ia kenal, baru beberapa orang, itu pun banyak nya para pengurus pondok.
Benar-benar kaya baru masuk pondok lagi, kaya santri baru.
Batin Mahda.
🍀🍀🍀🍀🍀
Ada kala nya rindu menghampiri dan menghimpit dada❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
ternyata pindah podok ya kirain hilal nya mahda
ternyata mau menjemput hilal
2022-06-15
0
Rinjani
ya ya mleset tp bakal ada yg lamar anak yg punya pesantren atau adiknya hayo percaya deh
2022-05-29
0
Idatul Fitriyah
hahaha... ternyata semua komentar pada meleset semua...😄😄
2022-05-26
1