Mahda masih terlihat mengerucutkan bibir nya saat perias hampir selesai merias wajah nya. Mengenakan kebaya pengantin berwarna putih dengan bawahan bercorak putih pula.
Bu Nyai berinisiatif untuk sepintas melihat ke kamar tamu tempat Mahda di rias, merasa hati nya mencelos mendengar dari anak santri nya bahwa sikap Mahda yang terus uring-uringan dan kesal.
Apa Mahda masih merasa terpaksa dengan pernikahan ini?
Batin bu Nyai melihat Mahda cemberut dan tetap diam meski di sekeliling nya begitu ramai dengan candaan juga ledekan dari teman-teman nya.
Setelah acara puncak, akad penikahan pun di gelar. Para Kyai, ustadz, dan juga yang lain nya berkumpul, mendekati sang pengantin yang sudah di dandani sedemikian rupa.
Bunga melati yang menjuntai di samping kopiah, jubah putih yang menambah tampilan nya semakin gagah.
Zein memasrahkan pada Romo Yai untuk menjadi wali, menikahkan putri semata wayang nya tersebut. Dan dengan sekali tarikan nafas Ahmad berhasil mengucapkan ijab qobul dengan lantang, lancar, tanpa hambatan.
Ucapan hamdalah dan tepuk tangan menggema di tempat acara. Sementara di dalam, Mahda di ucapi selamat dari keluarga juga teman-teman nya.
*Alhamdulillah*.
Ucap Haniyah yang bahagia melihat anak gadis nya kini sudah menjadi istri orang.
Do'a terbaik Haniyah panjantkan untuk pengantin baru tersebut.
Mahda pun di gandeng Fitri dan Rahma berjalan keluar, menyambut Ahmad yang juga sama berjalan ke arah nya dan di gandeng ke 2 santri putra. Musik instrumenal pun menggema, menambah syahdu sekaligus merinding mendengar nya.
Mahda meraih tangan Ahmad dan *sembah*, mencium tangan laki-laki yang sudah memeprsunting nya. Sementara tangan Ahmad yang satu nya ia letakan di atas kepala Mahda, melafalkan suatu do'a untuk nya.
Ke dua nya berjalan menuju pelaminan yang sudah bu Nyai sediakan di depan rumah nya, pelaminan minimalis namun tak sedikit pun mengurangi keindahan nya.
Mahda tersenyum manis tatkala ke dua keluarga silih berganti meminta berfoto dengan kedua nya, bahkan selfie pun tak ketinggalan mereka lakukan.
Sebelum waktu maghrib tiba, Mahda sudah mulai mencopoti aksesories dan menghapus make up di wajah nya.
"Kak, ayo pulang!" ajak Haniyah sembari tersenyum.
"Loh, kakak nginep disini dulu Ma" tolak Mahda.
"Pulang kak, yuk ! Yebba udah nungguin di depan" ajak Haniyah lagi.
"Tapi.." baru saja Mahda akan menjawab Haniyah kembali memotong ucapan nya.
"Yuk..!" Haniyah meraih tangan putri nya dan membawa nya keluar.
"Baju kakak gimana?" Mahda pura-pura bingung, dan sejujur nya memang tak ingin pulang.
Mahda ingin seperti kesepakatan awal yang sudah ia bicarakan dengan Ahmad sendiri, akan satu rumah jika sudah walimah.
"Nanti itu mah gampang" jawab Haniyah dan terus mengapit Mahda berjalan menuju rumah bu Nyai untuk berpamitan.
☘☘☘☘☘
Haniyah dan Zein duduk di jok tengah, sementara Mahda dan Ahmad duduk di belakang. Haniyah memikirkan bagaimana cara nya agar anak dan menantu nya segera bersatu, bisa saling menerima satu sama lain dan bisa membina rumah tangga sebagaimana mesti nya.
Sepanjang perjalanan Mahda tampak tak banyak bicara, hanya sesekali menjawab pertanyaan Yebba atau Yemma nya.
Jika di lihat-lihat Ahmad memang tak begitu buruk, ia masih terlihat tampan di usia nya yang hampir memasuki umur 40 tahun.
*Ampun, ana udah kaya nikah sama om om. Sugar daddy apa bukan sih*?
Gerutu nya dalam hati tapi geli.
Mahda melirik Ahmad yang tengah tertidur dan mengamati wajah nya yang menurut nya cukup lumayan tampan itu.
Namun saat Mahda tengah asyik menelisik wajah nya, tiba-tiba mata Ahmad terbuka dan langsung memergoki Mahda yang tengah mengamati nya.
Mahda langsung salah tingkah mendapati ia ketahuan oleh Ahmad.
*Ihhh, sugar daddy nya malah bangun*.
Batin Mahda geli namun puas.
\*\*\*\*\*
Tepat jam 2 pagi Zein sekeluarga sampai di kediaman nya. Dengan malas Mahda berjalan keluar mobil, berjalan sempoyongan sembari terus menstabilkan diri nya.
"Ahmad, tolong bantu Mahda ya, takut jatuh jalan kaya gitu!" pinta Haniyah.
"Baik, Yemma" jawab Ahmad sopan.
Ahmad pun segera menghampiri Mahda dan hendak memapah nya ke kamar.
"Gak usah di bantu, ana bisa ko" tolak Mahda halus dan segera berjalan masuk ke dalam kamar nya.
Ahmad tak menanggapi nya dan mengikuti Mahda masuk ke kamar.
"Ana mau bicara" ucap Ahmad saat Mahda hendak naik ke atas tempat tidur nya.
"Fadhol" timpal Mahda berusaha tampak tenang meski pada kenyataan nya ia sangat gugup.
"Soal kita" sambung Ahmad.
"Iya, bagaimana?" tanya Mahda.
"Ana rasa kita harus mempunyai waktu untuk berfikir, mengetahui sikap maupun sifat satu sama lain. Ana kasih waktu antum 40 hari untuk semua ini" tutur Ahmad.
"Maksud nya gimana kak?" tanya Mahda.
*Kak, panggilan Mahda pada Ahmad*.
Mahda bingung dengan apa yang di ucapkan Ahmad.
"Kita pisah rumah dulu 40 hari, ana kasih waktu antum untuk kita saling mengenal dulu. Setelah 40 hari ana akan balik lagi ke rumah ini" jelas Ahmad.
Ada sedikit keraguan di hati Mahda. Ia takut orang tua nya marah, menyangka bahwa ia yang mengusir Ahmad, tapi sisi lain nya ia tampak bersyukur di beri waktu untuk saling mengenal terlebih dahulu.
"Sawa?" tanya Mahda ragu.
"Iya, selepas sholat dhuha ana akan bicara sama Yebba dan menjelaskan maksud ana" jawab Ahmad.
Mahda mengangguk dan tak selang lama ia tertidur. Rasa lelah karna acara dan perjalanan pulang membuat badan nya terasa begitu pegal. Untunglah ia tengah *libur*, bisa tidur sampe agak siang, fikir nya.
Ahmad dengan santai berbaring di atas kursi panjang yang terdapat di kamar tersebut. Memainkan benda pipih milik nya lalu menyusul Mahda ke alam mimpi.
\*\*\*\*\*
Ke esokan hari nya Ahmad menepati kata-kata nya, selepas sholat dhuha Ahmad berniat akan berbincang dengan sang mertua, mengutarakan maksud nya dan beraharap Zein akan mengerti.
"Sarapan dulu" ucap Mahda saat memasuki kamar sembari membawa nasi goreng juga segelas kopi. Meletakan nya di meja dekat Ahmad duduk. Bagaimana pun perasaan nya saat ini, Mahda tetap menjalankan peran nya sebagai istri, meski tidak sepenuh nya.
"Syukron" jawab Ahmad dengan wajah dingin nya lalu menyantap nasi goreng yang telah di sediakan oleh Mahda.
"Ana pamit dulu, mau ngobrol sama Yebba" ucap Ahmad dan berlalu tanpa menunggu jawaban Mahda.
Zein tampak tengah berbincang dengan Haniyah sambil menimang Sulthan. Terdengar sesekali kekehan kecil dari Haniyah karna merasa gemas menjahili sang anak bungsu, *itu pun kalau jadi*.
"Assalmu'alaikum" ucap Ahmad.
"Wa'alaikum salam" jawab Zein dan Haniyah serentak.
"Emm, Ba, ada yang mau Ahmad bicarakan" ucap Ahmad.
"Oh, silahkan. Duduk, Mad!" titah Zein.
"Kalau gitu, Yamma ke kamar dulu ya" pamit Haniyah.
"Eh, gak papa Yemma, disini saja. Ahmad mau ngobrol" cegah Ahmad.
"Ada apa Mad? Apa Mahda bersikap tidak sopan sama kamu?" tanya Haniyah khawatir, mengingat Mahda terpaksa menikah dengan Ahmad.
"Tidak sama sekali Yemma, alhamdulillah Mahda memperlakukan Ahmad dengan baik" jawab Ahmad.
"Lalu?" tanya Haniyah lagi semakin penasaran.
"Seperti yang Yemma dan Yebba ketahui, ana sama Mahda menikah secara mendadak, tanpa tahu dan perkenalan terlebih dahulu, ini semua secara mendadak. Ana tahu bagaimana perasaan Mahda sekarang, maka dari itu ana memberikan Mahda waktu kami saling mengenal lebih jauh. Ana pamit mau pulang dulu, ana mau ngasih waktu Mahda yang seluas-luas nya" tutur Ahmad.
"Loh, jangan begitu. Biar tetap disini, lebih enak saling mengenal nya itu orang-orang nya saling bersama, biar tahu dan melihat secara langsung sifat dan sikap nya" cegah Zein.
"Gak papa Yebba, ana tahu ini bikin Mahda gak nyaman. Gak papa lah, cuma sebentar, 40 hari, setelah 40 hari ana balik ke sini lagi Ba. Ana pengen Mahda nyaman, mungkin dengan berjauhan akan ada timbul rasa rindu dan bisa menyatukan hubungan ana sama Mahda lebih baik lagi" jelas Ahmad.
Zein memangut-mangutkan kepala nya seraya terus berfikir keras.
"Kamu yakin? Apa kamu di usir Mahda?" tanya Zein.
"Yakin Ba. Tidak sama sekali di usir oleh Mahda" jawab Ahmad.
"Bagaimana Ma?" tanya Zein pada Haniyah.
"Yamma bagaimana baik nya saja Ba" jawab Haniyah pasrah.
Ia tidak bisa melarang jika keputusan Ahmad seperti itu. Namun ada kala nya Haniyah bisa leluasa menasehati Mahda dan mengajari nya bagaimana harus nya ia bersikap pada Ahmad nanti.
☘☘☘☘☘
**Aku pernah berharap cinta itu akan tumbuh dengan mudah nya, seperti kebanyakan orang bilang. Namun pada kenyataan nya cinta itu tumbuh dengan lamban💔**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
umur terpaut jauh bukan berarti tua saat wanita di cintai lelaki yang jauh lebih tua itu akn membuat si lelaki selalu mengerti wanita nya
2022-06-16
0
thata
Mahda oh mahda
2022-05-30
1
R Fa
ku kira masih kinyis2 muda.. makanya mahda gak seneng
2022-05-29
2