Waktu semakin berlalu dan hari silih berganti, namun hati Mahda masih goyah. Berusaha untuk bismillah namun tetap goyah.
Berat hati Mahda kembali ke pesantren asal, meninggalkan pesantren A**** yang baru saja ia tinggali dan tengah berkhidmah di dalam nya beberapa bulan saja. Sementara Aly, ia tetap melanjutkan perintah sedari awal.
Lamaran pun di adakan serba dadakan, untung lah Zein dan Haniyah bisa mengatasi nya. Memesan catering juga mendekor untuk acara lamaran meminta di kerjakan dengan cepat tepat waktu.
"Ba, dekorasi nya yang sederhana aja ya" pinta Mahda tak semangat dengan mengerucutkan bibir nya lalu duduk di samping Yebba Zein.
"Ko sederhana? Ini kan sekali seumur hidup, anak perempuan Yebba cuma satu, jadi harus wah" jawab Zein.
"Tapi Mahda pengen sederhana aja, pokok nya sederhana" keukeuh Mahda.
Zein menghela nafas.
"Baiklah, kita pakai konsep sederhana" timpal Zein mengalah.
"Ada apa Ba?" tanya Haniyah yang tiba-tiba masuk ke ruang keluarga.
"Mahda pengen dekorasi nya sederhana aja" jawab Zein.
"Loh, gak bisa gitu kak, Yemma punya anak hareem cuma satu, harus di meriahkan apa-apa nya kalau zuad (nikah)" tutur Haniyah.
"Tapi kakak gak mau Yemma. Mau nya sederhana, titik. Syukur-syukur gak usah ada walimah, resepsi segala" tutur Mahda ketus.
"Ko gitu?" tanya Haniyah lembut dan mendekati Mahda. Mengelus lembut pucuk kepala nya.
"Apa Mahda belum siap?" tanya Haniyah lagi.
Mahda masih tak bergeming, diam tak menjawab pertanyaan Yemma nya.
"Yemma tau jawaban nya, tapi Insyaa Alloh, kalau guru kita yang pilihkan, itu adalah yang terbaik, sama seperti saat orang tua memilihkan baju dan apapun itu, pasti mau yang terbaik untuk anak nya. Mahda juga gitu, bismillah ya, niat ibadah!" tutur Haniyah lembut.
"Ya kher Ma, tapi tetep, pengen sederhana aja" timpal Mahda final.
*****
Rumah sudah tampak ramai, beberapa orang hilir mudik ke sana kemari mempersiapkan acara. Ruang tamu keluarga Aly Zein yang sangat luas di rubah menjadi tempat berlangsung nya acara.
Bunga-bunga hiasan putih seperti menyambut, menjadi jalan para tamu untuk masuk rumah lebih ke dalam lagi.
Sebuah dekorasi lamaran yang Zein sebut sederhana terpampang jelas di ruangan luas seperti gedung tersebut. Dengan aksen bunga senada menambah megah dekorasi tersebut.
"Yebba, ana minta kan sederhana, sederhana Ba, sederhana" gerutu Mahda sembari menghentak-hentakan kaki nya.
"Loh, ini sederhana kak" timpal Zein.
"Ini mewah Yebba. Allah Allah, ini buat nikahan bukan lamaran Yebba. Itu lagi meja buat apaan?" cerewet Mahda sambil menunjuk meja kosong nan besar di sebrang nya.
"Buat nyimpen seserahan dari Ahmad nanti" timpal Aly yang baru saja masuk ke ruang tamu sembari menggendong Sulthan.
"Hmmm.."
"Jadi gimana?" tanya Zein.
"Terserah Yebba deh, Mahda lapar" jawab Mahda kesal dan berlalu ke dapur, mencari sesuatu untuk mengganjal perut nya.
Mood nya benar-benar hancur, begini salah, begitu salah. Gimana nanti hari H?
Tak bisakah wahai hati kau menerima Ahmad walau setitik?
☘☘☘☘☘
Selepas sholat dzuhur Mahda segera di rias, menggunakan konsep riasan wajah flawless Mahda nampak semakin anggun dan cantik. Pada kenyataan nya pun memang Mahda tetap cantik meski tanpa riasan.
"Sudah siap?" tanya Lulu di ambang pintu.
"Sudah" jawab Sofia yang akan mendampingi Mahda.
"Ayo ke depan, tamu nya udah dateng!" titah Mahda.
Dengan memakai gamis brukat berwarna pink dengan manik manik payet senada mempercantik baju yang di kenakan Mahda.
Mahda di gandeng Sofia dan Fitri berjalan menuju pelamian. Terlihat keluarga Ahmad sudah berkumpul juga keluarga Zein yang tak kalah banyak nya. Seluruh pasang mata kompak melihat kedatangan Mahda. Decak kagum sembari lafal sholawat terdengar silih bersahutan di ruangan tersebut.
Ahmad yang duduk di kursi para tamu terlihat bahagia dan terus tersenyum melihat calon tunangan nya datang. Mahda duduk di kursi tengah yang di samping nya juga duduk Haniyah.
Acara pun sampai pada puncak nya, ibu Diyah sebagai ibu nya Ahmad naik ke pelaminan dan mendekati Mahda, menyematkan sebuah cincin di jari manis Mahda, tanda pengikat diri nya dan juga Ahmad. Mahda pun mencium tanya bu Diyah selesai beliau menyematkan cincin tersebut.
Mahda seberusaha mungkin tersenyum sepanjang acara tersebut meski pada kenyataan nya ia ingin menjerit. Rasa nya tak adil harus menikah dengan seseorang yang tak ia kenal dan ia cintai.
Bu Nyai yang juga turut hadir tersenyum melihat anak didik nya kini sudah di persunting.
Lalu siapa Ahmad?
2 bulan yang lalu Ahmad tiba-tiba datang ke pesantren milik bu Nyai, dan meminta calon istri yang cocok untuk nya. Ia tak ingin menunggu lama dan ingin segera menikah.
Memang konyol. Tapi entah kenapa di benak bu Nyai tiba-tiba terlintas Mahda yang harus di jodohkan dengan Ahmad.
Ahmad sendiri adalah misan jauh bu Nyai, jarang bertemu apalagi bertegur sapa, hanya sesekali. Namun secara tiba-tiba ia datang meminta santri untuk di jadikan istri. Bu Nyai pun sempat kelimpungan dan ada rasa tak enak pada Mahda juga keluarga nya, terutama pada Zein, tapi bu Nyai mendo'akan kembali, semoga keputusan nya ini benar. Semoga.
Segala macam hantaran lamaran berjejer rapih di meja yang sudah di sediakan. Berbagai perlengkapan terlihat lucu dan indah karna sudah di rangkai, di tata sedemikian rupa.
Selepas acara selesai, banyak dari pihak keluarga meminta berswafoto dengan Mahda juga Ahmad. Mahda lebih memilih sedikit menjauh dari Ahmad, belum waktu nya untuk berdekatan.
Dengan memegang sebuah buket bunga mawar yang besar, Mahda di minta berfoto bedampingan namun agak jauh dari Ahmad. Sebisa mungkin Mahda tersenyum, menampakan senyum indah dan bahagia nya di depan semua keluarga nya.
Bismillah, bismillah. Gue bisa, gue ikhlas. Ini ibadah.
Kalimat yang terus Mahda ucapkan dalam hati nya.
🍀🍀🍀🍀🍀
Hari pernikahan pun hampir tiba dan Mahda sudah kembali ke pondok. Acara pernikahan akan di laksanakan di pondok sekaligus acara haul dari pendiri pesantren tersebut.
Para alumni sudah mulai berdatangan untuk sekedar membantu pekerjaan atau pun menghadiri acara tersebut. Ngobeng, istilah para santri menyebut nya.
"Da, udah gih di dalem aja. Calon pengantin gak boleh cape-cape!" titah Vivi.
"Gak papa, diem aja bete" tolak Mahda.
"Ngeyel mulu kamu Da" cibir Vivi.
Mahda pun tak menghiraukan perkataan Vivi dan tetap melanjutkan pekerjaan nya, mengupas kentang untuk sayur sameh.
Di depan teras depan rumah bu Nyai terlihat pihak WO alias *wedding organizer* tengah mendekor pelaminan minimalis untuk Mahda dan Ahmad nanti.
Sedangkan Mahda? Ia terlihat masih santai di asrama. Tepat nya di ruang lemari tengah membereskan baju nya.
"Mba, ko baju nya malah di beresin, bukan di keluarin?" tanya Ratna.
"Gak papa, kan nanti nginep lagi di sini" jawab Mahda enteng.
"Loh, kan udah nikah?" tanya Ratna lagi kebingungan.
"Nikah doang, serumah nya nanti kalo habis resepsi minggu depan" jelas Mahda.
Ratna pun tak lagi bertanya. Melihat Mahda yang ketus menandakan bahwa ia tengah berada di mode *hawas* alias marah.
"Da, ayo cepet ke rumah, di rias sekarang!" teriak Zahro.
"Ih, kenapa mesti sekarang? Acara nya masih lama" jawab Mahda yang terlihat ketus lalu menutup pintu lemari nya cepat.
"Lebih cepat lebih baik" timpal Zahro.
"Ana mandi dulu" sambung Mahda dan berlalu melewati Zahro menuju kamar mandi.
*Ampun, bisa-bisa nya di hari H nikah gue malah semerawut kaya gini, gak ada seneng-seneng nya, yang ada malah hawas mulu. Eneg nih hati gue, ngedumel mulu, cape, gak ngedumel ana pengen ngedumel*.
Gerutu Mahda dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
iklas mahda ahmad adalah yang terbaik untuk mu
2022-06-16
0
Idatul Fitriyah
lanjut lanjut...ku tunggu qobiltu nya...😁
2022-05-29
0
R Fa
penisirin thor.. up
2022-05-28
2