Malam pertama di pesantren di lalui Mahda dengan gelisah. Bagaimana tidak? Ini kali pertama nya ia jauh dari keluarga nya, biasa nya mentok-mentok ia jauh jika menginap di rumah jiddah Ita.
Mahda menatap sekitar nya, semua sudah tertidur pulas, mengarungi lautan mimpi nya masing-masing. Ruangan gelap menambah kegelisahan Mahda malam ini.
"Duh, pengen pipis lagi" gumam Mahda.
"Keluar gelap, gak keluar kebelet" gumam nya lagi.
Akhir nya dengan memberanikan diri, Mahda berjinjit keluar menuju kamar mandi yang terletak tepat di depan ruang lemari.
Sepi, sunyi, dingin, mencekam.
Kata yang pantas untuk saat ini.
Selain karna pesantren tersebut berada di dataran tinggi, suasana malam menjadi pendukung keadaan semakin dingin.
Kriieett
Terdengar suara pintu terbuka.
"Siapa yang di belakang ana?" tanya Mahda pelan.
Diam
Tak ada jawaban dari arah belakang nya.
"Hey, siapa di sono? Ana nanya" tanya Mahda lagi.
Masih tetap tak ada jawaban.
Pelan tapi pasti Mahda membalikan badan nya memastikan ada seseorang atau tidak di belakang nya.
Astaghfirulloh-hal 'adzim
Ucap Mahda dan seorang wanita di hadapan nya. Ke dua nya sama-sama terkejut, di tambah kondisi wanita di hadapan nya baru bangun tidur.
"Hey, siapa kamu?" tanya Mahda menelisik.
"Ana Maira, kamu santri baru kan?" tanya balik Maira.
"Ya" jawab Mahda.
"Oh, saya duluan ya udah kebelet" pamit nya dengan langkah cepat menuju kamar mandi.
"Lah, ko malah dia yang duluan, kan gue yang tadi kebelet" gerutu nya.
***
Akhir nya setelah menuntaskan hajat nya ia bisa tertidur setelah berusaha keras dengan membaca berbagai macam sholawat juga surah-surah Al Qur'an agar ia bisa tertidur.
Tepat pukul 03.00 Mahda kembali terbangun. Mahda pun memutuskan untuk melaksanakan sholat qiyamul-lail.
Berdo'a dan membaca beberapa ayat suci Al Qur'an sebelum kembali tertidur.
***
"Shit, gue kesiangan" sungut Mahda menyadari diri nya hampir saja ketinggalan sholat subuh berjamaah di hari pertama nya di pesantren karna tak ada yang membangunkan nya.
"Gak lagi-lagi deh tidur abis tahajjud, hampir ketinggalan kan" gerutu nya lagi.
Mahda memilih tempat di pojokan sebagai tempat sholat nya, agar ia bisa bersandar pada tembok jika nanti membaca wirid selepas sholat subuh.
Sekuat tenaga Mahda menahan kantuk nya saat tengah berwirid. Rasa nya masih gengsi untuk bersikap leha-leha di saat status nya masih menjadi status baru, harus di siplin. Eh, meski pun udah lama harus terus di siplin dong.
Di hari pertama nya, Mahda di tugaskan untuk menyapu halaman depan asrama sebagai jadwal piket nya.
"Makan yuk!" ajak Sofia.
"Hayuk, lapar juga" timpal Mahda.
Tepak bulat dengan 3 sekat menjadi tempat makan Mahda saat ini, bukan piring besar yang selalu tertata rapih di meja makan nya.
Nasi goreng jawa dan seiris tempe menjadi menu makan nya pagi ini. Nasi yang di jatah dan juga lauk pauk nya, bukan nasi yang sesuka hati ia tambah tatkala masih kurang.
Yemma, Mahda kangen masakan yemma.
Batin Mahda saat berhasil menyuapkan nasi goreng tersebut ke dalam mulut nya.
Selesai makan Mahda harus mencuci tepak nya sendiri, berbeda ketika di rumah, setelah makan ia langsung meninggalkan piring bekas nya. Jarang sekali ia menyentuh piring bekas makan nya lalu mencuci nya sendiri.
***
Hari pertama nya, Mahda dan juga santri yang lain di kumpulkan di sebuah bangunan luas seperti aula.
Bu Nyai, sebagai pemilik pondok memberikan sambutan juga wejangan kepada semua santri baru.
Di sini, tidak ada si miskin dan si kaya. Semua nya sama, di perlakukan dengan sama.
Jelas Bu Nyai.
Selanjutnya, semua santri baru di persilahkan untuk memperkenalkan diri nya masing-masing di hadapan semua santri.
"Itu adek nya bang Aly ya?" bisik salah satu santriyah yang masih bisa terdengar oleh Mahda.
Mahda menoleh dan tersenyum pada orang yang tadi berbisik. Menampilkan senyum manis nya kepada santriyah yang tengah berbisik-bisik tersebut. Ke dua orang tersebut nampak grogi saat Mahda menoleh dan tersenyum ke arah nya.
"Kedengeran kan" ke dua orang tersebut saling menyalahkan dengan tangan menyikut satu sama lain.
Selesai acara perkenalan semua santriyah kembali ke asrama, tak terkecuali Mahda. Ia memilih duduk di bangku dekat taman.
Menatap langit terang berwarna biru yang menghampar luas tepat berada di kepala nya. Panas nya sinar matahari menyelusup masuk ke celah-celah serat kerudung nya, menyisihkan rasa panas yang mulai meresap ke dalam kulit.
Mahda masih tak menyangka sekarang ia berada di sini, di tempat yang jauh dari keluarga nya terkecuali hanya abang nya dan tentu nya jauh dari kesan mewah.
Mahda menangis dalam diam, merenungi diri nya kini yang entah harus mulai dari mana untuk beradaptasi dengan semua ini.
"Kenapa nangis?" tanya Maira, orang yang semalam bertemu dengan nya saat hendak ke kamar mandi.
"Eh, gak papa" jawab Mahda lalu menghapus air mata nya kasar.
"Hemm, keluarin aja, wajar ko, ana fahim (ngerti)" tutur Maira.
Mahda hanya terdiam tak menanggapi ucapan Maira yang kini duduk di sebelah nya.
"Ana dulu juga kaya gitu ko, ngerasa kesel, serasa di buang di tempat ini, nangis tiap hari di pojokan atau di hammam (kamar mandi), tapi ya, seiring waktu kita akan terbiasa. Percaya deh, kita berada di tempat yang tepat" jelas Maira.
"Syukron" ucap Mahda di hiasi senyum manis nya.
Ke dua nya saling berjabat tangan. Tanda pertemanan juga kekeluargaan mereka di mulai. Bukankah semua yang ada di sini itu adalah sebuah keluarga meskipun terlahir dari rahim yang berbeda?
***
Matahari mulai beranjak ke peraduan nya, membawa cahaya terang, meredupkan alam semesta, menggiring setiap insan untuk menghentikan sejenak aktivitas duniawi nya.
Sebelum waktu maghrib tiba, semua santri berkumpul di mushola untuk membaca Basyairul khoirot.
Hati Mahda sedikit tenang saat membaca lantunan menyejukan hati nya tersebut. Melupakan kesedihan nya menjadi santri baru yang kerjaan nya saat ini hanya menangis merindukan rumah dan segala tentang nya.
Masih gak nyangka hidup berubah dalam sekejap. Tanpa hp, tanpa semua nya.
Ucap Mahda dalam hati.
***
Hari silih berganti. Kini Mahda sudah benar-benar nyaman berada di pesantren. Bahkan sifat asli nya mulai bermunculan, dari mulai jahil hingga konyol.
"Da, ada yang bistel" teriak Zilva dari luar kamar mandi.
"Siapa?" balik teriak Mahda.
"Gak tahu" jawab Zilva.
Dengan jubah yang sedikit basah, Mahda berjalan menuju saung di samping sekolah RA, tempat di mana para santri bisa bertemu dengan keluarga yang mengunjungi nya.
Mahda mematung menatap siapa yang datang menyambangi nya kali ini. Orang tersebut terus membelakangi Mahda hingga membuat nya penasaran.
Postur tubuh nya mirip seseorang, seseorang yang ia rindukan selama ini.
Kaya Haidar.
Batin Mahda.
Ya, seseorang yang sudah hampir 2 tahun mengisi hari-hari nya. Sebuah nama indah yang telah ia patri di relung hati nya. Seseorang yang amat ia cintai namun harus terpisah jarak dan waktu.
Tapi gak mungkin deh dia kemari. Mana bisa? Yang ada jadi masalah.
Gumam Mahda.
"Siapa ya?" tanya Mahda memastikan sebelum seseorang tersebut membalikan badan nya se-persekian detik kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
zulfi zumrotin
jangan nggantung critanya kak
2021-04-07
1
Shaskia Devi
next kaka 🤗
2021-03-19
5
NR..
💪💪💪💪
2021-03-16
2