Sebuah mobil berwrna silver metalic keluar dari gerbang pesantren beriringan dengan mobil lain nya yang membawa para santri pulang.
Haniyah dan Zein yang duduk di belakang kemudi saling berpegangan tangan seolah tak ingin di lepaskan. Pengantin stok lama yang keromantisan nya masih tetap terjaga, melupakan ke dua anak nya yang sudah mulai tumbuh dewas di jok belakang.
"Yebba ih, aku pindah ke depan ya" pinta Mahda dengan kepala menyembul di antara kepala Zein dan Haniyah.
"Isshh, anak-anak duduk di belakang!" jawab Zein sebagai penolakan sekaligus pelarangan. Tak boleh ada yang duduk memisahkan mereka, titik.
"Ampun ih, Yemma sama Yebba udah tua juga masih so so.an romantis, gak inget umur" gerutu Mahda karna tak bisa duduk di tengah-tengah orang tua nya.
Bukan tanpa alasan, Mahda kesal karna duduk di belakang bersama kakak nya merasa teracuhkan. Sang kakak, Aly, tengah asyik di dunia chatingan nya, terus menyingkirkan kepala Mahda saat ia berusaha mengintip siapa yang tengah berchat ria dengan abang satu-satu nya tersebut, membuat sang empu tersenyum sendiri.
"Tetap harus begitu. Rahasia rumah tangga awet ya jaga keromantisan" ucap Zein.
"Juga kewarasan" tambah Haniyah dengan mengedipkan sebelah mata nya menggoda Zein.
Zein meleyot mendapat kedipan dari sang istri. Kebucinan nya pada Haniyah tak pernah berubah sedari awal ia mencintai Haniyah.
Mahda sampai tak habis fikir, kenapa bisa Yebba nya sebegitu bucin nya pada wanita yang telah melahirkan nya padahal rumah tangga mereka sudah berjalan hampir 23 tahun.
Sedangkan Haidar? Lelaki yang kini mengisi hati nya terkesan cuek pada diri nya, namun ia yang tergila-gila.
Mahda sempat berfikir bagaimana cara nya agar ia bisa mendapatkan lelaki seperti Yebba nya. Memperlakukan seorang istri dengan baik. Menjadikan ratu, bukan babu.
****
Kumandang tahrim mulai terdengar seiring dengan gedoran pintu menggema di kamar Mahda.
Ulah siapa? Tentu saja sang kakak yang merangkap sebagai rois di pondok tersebut tengah membangunkan adik nya yang suka berleha-leha jika berada di rumah tatkala liburan tiba.
Jangan salah bila santri pulang ke rumah nya seharian nya cuma tidur, karna ia mengorbankan waktu nya demi sebuah menghafal hafalan nya.
Pedoman yang Mahda pegang jika Aly menasehati nya untuk tak bermalas-malasan.
Dengan lunglai Mahda berjalan ke arah hammam (kamar mandi) yang masih terletak di dalam kamar nya. Lalu berjalan menuju mushola untuk sholat berjamaah bersama Yebba juga Yemma dan tak lupa abang yang selalu memaksa nya.
Alunan suara merdu Zein terdengar menghanyutkan saat mengimami sholat subuh pagi ini. Suara yang masih tetap merdu sama seperti saat ia menjabat sebagai vocalis hadroh semasa ia di pesantren.
Selesai wirid dan berdo'a, Zein tak lupa mengetes ke dua anak nya mengaji. Sejauh mana mereka menggali ilmu di pondok.
Mahda merasa gugup saat Yebba nya mengatakan akan mengetes ia dan Aly. Bagaimana tidak? Yebba nya lembut namun tegas. Meleng sedikit bakalan ambyar.
"Abang dulu!" titah Mahda.
"Kamu dulu lah de!" titah Aly.
"Di mana-mana juga abang duluan" timpal Mahda.
"Dih, biasa nya apa-apa juga kamu minta duluan de" timpal balik Aly.
"Tolonglah!" pinta Mahda dengan ke dua tangan di taruh di depan dada, mengatup, memohon.
"Hihh.." Aly mendelik melihat Mahda.
"Ayo mau siapa dulu?" tanya Zein yang duduk bersila tenang.
Aly dan Mahda saling melirik dengan ujung mata. Saling mengkode siapa yang harus duluan di tes oleh Yebba nya.
Akhirnya Aly mengalah dan ia yang terlebih dahulu di tes. Di susul Mahda yang awal nya gugup namun pada akhir nya terlihat santai. Mereka berdua di bombardir dengan beberapa pertanyaan yang Zein uji di luar kepala.
Beruntunglah ke dua nya sering membaca, mengulang kembali pelajaran saat mereka taqror di pondok. Menjadikan mereka sedikit-sedikit hafal pelajaran di luar kepala.
*****
"Yemaaaaa.." teriak Mahda saat kaki nya menapaki tangga terakhir di rumah nya.
Setelah anak-anak nya tumbuh besar, Zein dan Haniyah memutuskan untuk berpindah kamar ke lantai bawah. Alasan nya apa? Tentu sudah tahu, tak ingin terganggu aktifitas malam nya.
"Beik" jawab Haniyah menyembulkan kepala nya ke atas kursi, sedangkan tadi diri nya tengah bermanja ria di pangkuan sang suami.
"Mahda pinjem baju" rengek Mahda setelah mendaratkan pantat nya dengan cantik di samping Zein.
"Kamu juga punya banyak baju Da" jawab Haniyah.
"Pengen yang Yamma" rengek nya dengan wajah di tekuk dan bergelanyutan di tangan Yebba tercinta nya.
"Mau kemana? Dikit-dikit pinjem" cibir Haniyah.
"Ke beyt (rumah) nya Sofia" jawab Mahda.
"Sudah-sudah, ambil aja de! Nanti Yebba yang minta izin" timpil Zein menengahi. Melihat sang istri dan anak gadis nya beradu mulut bak mengingatkan zaman dulu ketika Haniyah yang sering beradu mulut, cekcok dengan sepupu nya sendiri yang kini merangkap jadi adik ipar nya.
Unik bukan? Lulu yang konyol berjodoh dengan Irfan yang konyol pula. Nama nya juga takdir, siapa yang tahu.
"Kebiasaan deh Baba suka ngiyain aja kalau Mahda pinjem baju Yamma" kesal Haniyah.
"Udah jangan cemberut gitu, nanti Baba ganti sama abaya yang baru, lusa masuk" tutur Zein membuat rona bahagia terpancar kembali dari wajah Haniyah.
Cup..
Kecupan hangat mendarat manis di pipi Zein. Pengantin stok lama yang kebucinan nya masih full tersebut memang kadang membuat iri pasangan lain nya, termasuk ke dua anak nya sendiri. Bagaimana tidak? Haniyah sering bermesraan di depan ke dua anak nya. Sekaligus memberi wejangan jika suatu saat nanti mereka mempunyai pasangan, mereka bisa tetap romantis seperti ke dua nya.
Sementara Haniyah dan Zein tengah menikmati quality time nya meski hanya di rumah, Mahda tengah mengacak-acak walk-in closet milik Yemma tercinta nya. Memilah lalu memilih satu abaya yang terlihat masih di bandrol, pertanda baju tersebut belum pernah Haniyah pakai.
Tanpa pikir panjang, Mahda segera memakai baju tersebut. Mahda yang mempunyai perawakan tinggi bongsor menjadikan nya bisa selalu bertukar baju dengan Yemma nya sendiri, eh bukan bukan, lebih tepat nya ia yang meminjam baju kadang meminta nya. Mahda pun bersyukur, Yamma nya mempunyai body goals di usia nya yang tidak muda lagi.
Mahda pun berdiri di depan cermin yang masih berada di walk-in closet. Memotret diri nya yang kini sudah mengenakan baju berwarna hijau botol dengan aksen payet mempercantik baju tersebut.
"Yamma udah kaya selebgram aja sih, ada beginian di kamar, tapi lumayan sih bermanfaat buat foto beginian, hihi" kekeh Mahda dengan terus memutar-mutar tubuh nya seraya mengambil beberapa foto lagi.
*****
"Yemma, lihat!" pinta Mahda pada Haniyah yang masih membaringkan kepala nya di atas pangkuan Zein.
"Iya, dah hally (cantik) anak Yemma" jawab Haniyah tanpa menengok pada Mahda yang berdiri di belakang nya.
"Isshhh, liat dulu, Mahda pinjem yang ini" keukeuh Mahda ingin di lihat oleh Haniyah.
"Iya boleh, yang mana saja boleh. Tafadhol! Pulang nya jangan sore-sore, nanti abang mu suruh jemput!" tutur Haniyah panjang lebar sebelum Mahda berangkat.
Zein menengok sebentar pada Mahda dan kembali menonton televisi, namun se-persekian detik kemudian Zein kembali menengok pada Mahda dengan tatapan membulat, terkejut. Bagaimana tidak? Anak gadis nya memakai baju yang baru saja Haniyah beli minggu kemarin, jelas ia tahu dan baju tersebut belum sama sekali Haniyah pakai.
Dengan gusar Zein menggerakan tangan nya seperti mengusir, mengkode Mahda agar segera pergi sebelum Haniyah mengetahui bahwa baju yang masih menggantung harga nya tersebut Mahda pakai.
Dengan sedikit berjinjit, Mahda pergi dan tak lupa mengucapkan salam sebagai tanda pamit.
Waktu berlalu dan tiba-tiba Haniyah bangkit dengan kasar.
"Hah, baju ana" ucap Haniyah dengan mata membulat dan segera berlari menuju walk-in closet milik nya.
Zein yang mengetahui kepanikan nya segera menyusul sang istri yang tengah menggerutu karna baju baru nya di bobol Mahda terlebih dahulu.
"Baba, ya ampun, anak mu" ucap Haniyah kesal.
"Sudah sudah, gak papa. Itu anak mu juga Ma, hasil kita bersama" timpal Zein.
"Isshhh, gitu aja. Ini baju Yamma loh, ana belum pake sama sekali, Mahda asal serobot aja" cerocos Haniyah dengan mengacak pinggang menghadap lemari kaca yang terbuka.
"Mahda kan sudah minta izin, kata Yamma boleh tadi loh" bela Zein.
"Yamma kira bukan yang itu, Allah Allah, baju baru ku" ucap Haniyah dengan memasang mimik sedih.
"Kaya yang gak punya baju aja, dahlah, nanti ambil lagi, lusa dateng" sambung Zein menenangkan sebelum sang istri uring-uringan.
Pasal nya, bukan kali ini Mahda memakai baju Haniyah yang masih terpasang bandrol harga nya. Acap kali sering terjadi dan membuat istri cantik nya tersebut beradu mulut dengan anak gadis nya.
*Kamu ituh ya, udah Yemma beliin baju banyak masih tetep nyerobot baju Yemma.
Punya walk-in closet sendiri kenapa masuk-masuk ke punya Yemma?
Dasar, foto copy-an nya Irfan. Apa-apa bikin nyebelin*.
Kalimat-kalimat yang sering keluar jika Mahda dengan paksa meminjam baju Haniyah. Namun Mahda dengan sifat konyol bak Irfan dulu, tak ambil pusing dan tak kapok dengan omelan Yemma nya tersebut, karna ia tahu, Yebba tertampan nya akan mengganti dengan yang lebih bagus.
"Ganti!" ucap Haniyah sebagai tanda permintaan dan perintah.
"Oke, dengan imbalan yang setimpal" jawab Zein dengan kedipan lalu berjalan ke arah Haniyah.
Menuntun nya ke arah peraduan yang tak bisa di jelaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Gina Savitri
Klo saya sih orang yg gak suka pinjem2 baju orang walaupun punya keluarga sendiri, mending pake baju itu2 aja daripada bagus tapi hasil punya orang
Lebih baik pakai yg ada dan gak banyak gaya daripada banyak gaya tapi hasil minjem
2022-10-17
0
꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂
zein tetep ya masih bucen dan haniyah selalu jadi ratu di dekat zein
imbalan nya apa nih
2022-06-15
0
𝐙⃝🦜ᴬᴸ❣️☠ᵏᵋᶜᶟ𒈒⃟ʟʙᴄ
apa tuh yebba imbalan yg setimpal, q masih polos ya 😅😅😅the best deh bambang zein
2022-05-16
1