Bulan Romadhon pun tiba. Sorak sorai bergembira para santri menyambut bulan suci nan mulia ini. Persiapan demi persiapan pun para santri lakukan untuk menyambut datang nya bulan Romadhon, semisal mencuci mukena yang sudah nampak usang agar sholat terawih lebih khusyu, misal nya.
"Pasaran tahun sekarang kitab apa mbak?" tanya Mahda pada Vivi, kakak kelas di pondok nya.
"Kitab Khusuhol Ummati Muhammadiyah karya nya Abuya Maliki" jawab Vivi.
"Eh sawa' (beneran)?" tanya Meli secara tiba-tiba.
"Iya, emang nya kenapa?" tanya balik Vivi menyelidik.
"Udah lama pengen ngaji kitab itu, akhirnya, kesampaian, alhamdulillah maasyaa Allah" ucap Meli panjang lebar.
"Hoh, kirain apa toh" timpal Vivi.
Sementara itu Mahda terlihat sedang merapikan lemari pakaian nya. Memasukan baju-baju nya juga beberapa kerudung yang berwarna-warni. Tak ketinggalan 2 tepak berisi dalaman yang sudah ia lipat dalam-dalam ia simpan di deretan belakang baju nya, benda pusaka yang amat sangat ia jaga.
Srek.. Srek..
"Lah, Da. Kenapa di sobek? Mau ganti background lemari lagi tah?" tanya Aida.
"Iya, bosen" jawab Mahda.
"Yassalam, ini kertas kado masih bagus mulus kenapa di ganti. Padahal ane bisa nampung" ringis Aira, saudara kembar Aida.
"Isshhh, ck" Mahda hanya mencebik.
Ia memang terkenal sering gonta ganti kerta kado di dalam lemari nya, bukan karna tanpa alasan, ia sering curhat di kertas kado tersebut, membuat nya terlihat kotor dan penuh meski baru saja di ganti.
"Essshhh, dah penuh tuh curhatan nya" ledek Vivi.
"Syuuuttt, jangan bongkar kartu!" ancam Mahda dan di balas kekehan dari Vivi.
***
Malam pun tiba. Kumandang adzan isya menggema di setiap penjuru pesantren lewat pengeras suara. Semua santri bersiap melaksanakan sholat terawih di mesjid.
Dengan khusyu, semua santri melaksanakan sholat di mesjid masing-masing, santri putra di masjid utama dan santri putri di mesjid yang terdapat di area asrama.
Semeliwir angin segar menyapa setiap insan yang baru saja membubarkan diri selepas menjalankan sholat terawih.
Mahda menghirup dalam-dalam udara segar yang serasa di pagi hari. Menurut nya, udara bulan Romadhon itu berbeda, semeliwir angin yang sejuk menenangkan jiwa.
Dugh!!!
Sebuah bahu menabrak keras Mahda yang tengah menikmati udara segar di malam Romadhon.
"Ngalangin jalan mulu" gerutu orang tersebut.
"Dih, ana berdiri di pinggir ya, udah di pinggir banget ini, situ aja yang jalan terlalu minggir" balas Mahda.
"Ngejawab mulu ni bocah" kesal nya.
"Lah, kan punya mulut" balas Mahda lalu kemudian berlalu meninggalkan orang tersebut.
Entahlah, masih heran dengan orang tersebut yang selalu sinis terhadap nya, selalu saja ada yang di ributkan dari diri nya, dan selalu saja ada jalan nya untuk mencari gara-gara. Ah, pusing. Di setiap tempat memang orangnya berbeda-beda.
Mahda lebih baik menghindar dan tak melayani nya, ia malas harus berdebat, apalagi ini di bulan suci Romadhon, bakal sia-sia ia puasa jika harus melayani emosi nya.
Setelah rapi melipat mukena lalu menyimpan nya di lemari khusus mukena, Mahda segera mengambil kitab nya untuk di kaji malam ini bersama halaqoh nya masing-masing.
Biasa nya jika di bulan-bulan biasa, selepas isya adalah kegiatan taqror, namun di bulan Romadhon di rubah menjadi kegiatan pasaran, mengaji kitab seperti pada umum nya di pesantren.
***
Tok.. tok.. tok..
"Siapa di dalam?" teriak Mahda dari luar hammam (kamar mandi).
"Hasanah, mbak" balas teriak nya.
"Masih lama gak?" tanya Mahda lagi.
"Bentar lagi"
"Ana daftar ya, Mahda" teriak Mahda lalu menaruh tepak peralatan mandi nya di depan pintu kamar mandi.
Satu rutinitas ala santri ketika hendak mandi. Mendaftar antrian.
Tak lama kemudian Hasanah nampak keluar dari kamar mandi sembari menenteng ember hitam berisi pakaian bekas nya.
"Eh, kamu mandi apa enggak?" tanya Mayra yang sama tengah menunggu antrian seperti Mahda.
"Mandi mbak" jawab Hasanah datar.
"Kok gak bawa tepak mandi?" Mayra tampak meneliti satu persatu tepak mandi.
"Enggak, mandi nya gak pake sabun, kan lagi puasa, takut masuk ke pori-pori nanti batal" jelas Hasanah masih dengan muka datar nya.
"Allah kareem, aturan dari mana itu?" seketika Mayra terkejut dengan penjelasan Hasanah. Ia baru mendengar bahwa puasa tidak boleh mandi memakai sabun.
"Isshh, kebayang deh bau nya kalau gak pake sabun. Lengket bener tuh badan, licin gimana ya gak pake sabun?" sungut Mayra setelah Hasanah berlalu ke dalam asrama.
"Emang ia, Da? Gak boleh pake sabun?" tanya Mayra.
"Boleh ko, kan kebersihan sebagian dari Iman. Haid aja kita boleh keramasan asal rambut nya nanti di bawa bersuci, apalagi lagi ini cuma mandi pake sabun. Yang jelas, inti nya kebersihan itu penting, biar kita sehat dan yang utama itu sebagian dari Iman" jelas Mahda panjang lebar sebelum melenggang masuk ke dalam kamar mandi langganan nya.
***
Setiap hari selama bulan Romadhon kegiatan mengaji santri sudah di atur sedemikian rupa tanpa mengurangi kegiatan yang sudah berjalan sebelum nya. Berlomba menimbun pahala.
Selepas sholat subuh, 'Ubudiyah membagi santri ke dalam beberapa kelompok dan bertadarus sesuai juz yang telah di bagi.
Selesai bertadarus para santri sedikit lebih bersantai, ada yang mengerjakan sholat dhuha, melanjutkan tadarus nya, ada pula yang membersihkan diri dan juga mencuci pakaian.
Tepat pukul 09:00, bel berbunyi pertanda semua santri tanpa terkecuali harus berkumpul di mesjid utama dan mengaji bersama santri putra dengan satir besar nan tinggi membentang di sepanjang mesjid. Satir penghalang antara santriyin dan santriyah, mencegah sesuatu yang tak di inginkan terjadi, saling melempar kertas berisi celotehan, misalnya.
Semilir angin hangat di waktu pagi menjelang siang hampir saja memabukan setiap yang merasakan nya. Mata para santri seolah di beri bubuk obat tidur yang sayup-sayup merapat sempurna jika ia tak kuat menahan godaan.
Sungguh, setiap pahala yang besar maka godaan nya pun juga sangat besar, seperti mengaji di jam seperti ini.
***
Gema suara Asmaul husna dan dzikir sebelum berbuka puasa yang di baca para santri putra lewat pengeras suara, menjalar, menyapa ke setiap relung jiwa, menggetarkan siapa saja yang mendengar nya.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ أَسْتَغْفِرُ اللّٰه
نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَ نَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ (٣x)
اللّٰهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا (٣x)
يَا كَرِيْمُ
Terlihat beberapa santri hilir mudik mempersiapkan untuk berbuka puasa. Mengambil tepak makan yang sudah di isi oleh santri putri, mengambil es sirup lalu meletakan nya berjejer rapih, namun ada pula yang sudah duduk santai menanti tepak dan waktu berbuka puasa sembari berjamaah melantunkan dzikir. Yah, pemandangan yang cukup indah di bulan suci Romadhon di setiap pesantren jika sore hari menjelang berbuka puasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Yuni Ekawati
lanjuuuuut
2022-04-03
0
Rinjani
loo udah lama juga gak up yaaa
2022-02-21
0
qizmii
up lagi dong kak ...
2022-02-16
0