Syafi lebih memilih menyiapkan untuk makan siang nanti. Di dalam lemari khusus tempat bibinya menyimpan makanan, di sana terlihat banyak menu masakan yang tersusun. Perlahan Syafi menata semua menu yang dia temukan diatas meja makan.
“Emak-emak mah, asal pekerjaan dia di bantu lupa sama kekesalannya,” gerutu Syafi. Gerakannya begitu gesit bergerak kesana-kemari. Meja makan yang tadi kosong kini sudah di penuhi makanan dan lainnya. Baru saja selesai menata makanan, tiga orang memasuki ruang makan.
“Wah … anak mak sekarang ….” Kamal mengacungkan dua jempol buat Syafi.
“Iya dong … kan bentar lagi punya suami.” Syafi tersenyum lebar.
“Sudah, jangan debat dulu. Ayo kita makan siang dulu,” usul Ardhin.
Semua orang menempati kursi mereka masing-masing. Tidak ada pembicaraan semua menikmati makanan mereka. Sesekali Dirga melirik kearah Syafi.
Gadis yang menawan, andai calon suaminya bukan Arnaff, sudah aku culik kamu Fiy. Sayang … calon suamimu adalah sahabatku. Diammu sungguh membuat hati teduh, kehebohanmu membuat jiwa meronta. Gerutu hati Dirga.
Melihat Syafi seperti akan menoleh padanya, Dirga segera membuang pandangan matanya kearah lain. Akhirnya makan siang mereka selesai. Kamal tersenyum lebar melihat Dirga makan lumayan banyak.
“Akhirnya … rasa rindu saya selama 7 tahun ini terobati,” ucap Dirga sambil me-lap bagian mulutnya dengan tisu.
“Maaf kalau tidak seenak dulu,” ucap Kamal.
“Kalau mak yang sedia-in mah, air putih saja rasa jus,” puji Syafi.
“Aku setuju.” Dirga menambahi.
Ardhin tersenyum. “Dirga, ayok kita tunaikan tugas dzuhur dulu,” ajak Ardhin.
Dirga segera berdiri, lalu mengikuti Langkah kaki Ardhin. Sedang Syafi segera membereskan piring bekas makan, juga menyimpan lauk yang belum habis di makan. Kamal juga membantunya.
“Sudah ma, biar Aul aja, mak istirahat sana.”
“Bantu kamu dulu.”
“Sebentar lagi, Aul akan pergi dari sini, izinkan Aul membantu pekerjaan emak,” pintanya.
Kamal meletakkan piring yang dia pegang keatas meja lagi. Dia langsung menarik keponakannya kesayangannya dalam pelukannya. “ Padahal mak gak ikhlas nikahin kamu sama tu duda. Tapi, ini lamaran bagus, kalau di tolak
takut kena karma.” Kamal menumpahkan air matanya, semakin erat memeluk Syafi.
“Mak ….” Ringis Syafi. Keduanya larut dalam pelukan mereka. Merasa cukup menumpahkan segala rasa, Kamal segera melepaskan pelukannya.
"Duda ya Mak? Pengalaman atuh ya mak?" Mengedipkan matanya pada Kamal.
"Kamu ...." Kamal mencubit Syafi, kesal dengan expresi genit Syafi.
"Ampun Mak ...."
"Ini yang pasti Mak rindu dari kamu, Aul." kamal mengusap air matanya, dia segera menuju kamar mandi untuk menunaikan tugas dzuhurnya, sedang Syafi lanjut membersihkan meja makan dan mencuci piring. Selesai semua tugasnya, Syafi segera melaksanakan kewajibannya.
Jam menunjukkan jam 2 siang, Dirga duduk sendirian di ruang tamu yang ada di rumah Ardhin. Segelas teh es manis dan kue traditional menemaninya. Jemari tangan Dirga begitu sibuk menari diatas keaboard laptop.
Samar terdengar kehebohan dari arah luar, penasaran dengan keadaan di luar, Dirga segera mematikan laptopnya, melangkahkan kakinya untuk memeriksa sumber suara keramaian itu. Setelah sampai di teras rumah, tidak jauh terlihat sekumpulan anak muda berkumpul di Pos Ronda. Satu yang menyita perhatian Dirga, Syafi begitu larut dengan kehebohan itu sambil mengacungkan dua jempol ke udara di-iringi dengan tarian kakunya.
🎶🎶🎶🎶
Suka-suka, joget di pinggir jalan, suka-suka nyanyi di pinggir jalan, bernyanyi walau bukan dangdut asli yang penting goyangnya … asyik-asyik, berjoget walau bukan dandut asli yang penting kita bisa heepiii .....
🎶🎶🎶🎶🎶
Dirga tersenyum melihat Syafi selepas itu. “Wanita itu, seakan tidak punya beban dalam hidupnya, beruntung sekali Arnaff karena ditakdirkan berjodoh denganmu, Fiy,” gerutu Dirga.
“Yang paling beruntung adalah wanita yang menjadi istri kamu nanti, Dirga.” Suara yang tidak asing di telinga Dirga. Dia segera menoleh kearah sampingnya.
“Paman ….” Dirga merasa malu.
“Aku merasa iri dengan Syafi, paman. Lihat, dia begitu bahagia, sehingga orang yang ada di sekitar dia juga ikut bahagia.” Pandangan mata Dirga masih memandang di mana Syafi masih asyik berkumpil dengan masyarakat di sana.
“Tapi, itu yang paman takutin, kalau orang suka wanita anggun dan kalem, itu tidak ada dari Syafi,” ucap Ardhin.
“Positif thinking saja paman, tante Leti memilih keponakan paman, berarti bagi beliau Syafi wanita yang tepat bagi Arnaff.”
“Lamaran sudah paman setujui tanpa bertanya pada Syafi, rasa takut itu baru hadir sekarang.” Ardhin menarik dalam napasnya.
“Itu hanya ketegangan paman saja, bagaimana paman tidak tegang, paman menyiapkan semua ini sendirian. Memang hanya akad nikah dan syukursn sederhana saja di sini, resepsi besar nanti di kota kami. Tapi, pastinya paman sangat banyak kekhawatiran bukan?”
“Mungkin karena itu juga nak,” ungkap Ardhin.
Ardhin menghela napas begitu Panjang. “Entah kenapa, akhir-akhir ini paman sering ketakutan. Tadinya paman mengira takut melihat kelakuan Syafi yang kelewat Eror tapi itu bukan hal baru. “
“Ada apa paman?”
“Andai nanti kamu masih di sini, lalu terjadi sesuatu pada paman. Maukah kamu saat itu menolong Aul, maksud paman Syafi? Dia hal berharga bagi paman.”
“Jika itu tidak sulit, aku akan bantu,” ucap Dirga. Dirga terus memandangi wajah laki-laki yang berdiri di sampingnya. Sesekali laki-laki itu mengusap dadanya. “Paman … apakah paman ada masalah?” Dirga memastikan.
“Sebenarnya paman masih dalam kondisi berduka, paman belum siap untuk berbahagia. Karena ada masalah yang belum selesai. Tadinya paman ingin menolak lamaran bu Leti. Mengingat dia kerabat keluarga Ozage, keluarga yang banyak berjasa bagi paman. Paman tidak berani menolak.”
“Masalah apa, Paman?”
“Keponakan bibi Kamal, di perkosa oleh teman kuliah dia, saat ini kasusnya masih proses di meja hijau. Satu sisi keponakan yang lain masih berjuang di Rumah Sakit Jiwa karena gangguan mental akibat kekerasan seksual yang dia alami, satu sisi keponakan paman sendiri di lamar.”
“Untuk kedua hal itu, saya akan bantu paman. Paman jangan terlalu stress, coba ikuti cara Syafi untuk meredakan syaraf.”
“Hedeh ….” Ardhin hanya menggeleng.
“Assalamu’alaikum,” salam Syafi.
“Wa’alaikum salam,” jawab Ardhin dan Dirga bersamaan.
“Aul, nanti ikut Abah ya ke rumah teman Abah,” pinta Ardhin.
“Kapan Abah?”
“Sekarang saja, biar tidak kesorean kita,” jawab Ardhin.
“Aku boleh ikut?” tawar Dirga.
“Boleh, Aul … ayo sana pesan taksi online,” suruh Ardhin.
Aul tidak menjawab perkataan pamannya, dia hanya mengacungkan jempolnya menanggapi permintaan pamannya. Seketika matanya fokus pada layar ponselnya, jemarinya juga lincah menari-nari diatas layar ponsel itu, membuka aplikasi taksi online. “ Alamatnya Abah?”
Ardhin menyebutkan alamat temannya itu. Syafi merasa tidak asing dengan wilayah yang pamannya sebut. Tapi masa bodoh, selesai memesan taksi online, Syafi segera bersiap. Dirga juga segera bersiap, dia ingin mengenali sudut kota yang sekarang dia pijak. Saat ketiganya siap, tidak lama taksi pesanan mereka sudah datang. Perjalanan mereka pun di mulai.
Sampai di tujuan, Syafi mengutuki dirinya sendiri, mengapa dia sampai lupa kalau alamat tadi adalah alamat rumah Mayfa. Baru tadi pagi angkat kaki dari rumah ini, sekarang dia malah Kembali lagi. Syafi turun lebih dulu dari mobil taksi online, karena dalam mobil sana paman dan Dirga masih berebut untuk membayar taksi tersebut. Di depan rumah Nampak Pak Said sedang bermain Bad Minton denga Eren.
“Eh Syafi, ada yang ketinggalan neng?” sapa Pak Said, dia lebih dulu menyadari kehadiran Syafi.
“Iya, aku balik lagi karena ada yang ketinggalan,” jawabnya.
“Apa yang ketinggalan Fiy?” tanya Eren.
“Hati aku, itu masih terkurung dalam hati Ayah kamu,” celoteh Syafi.
Prassssss!
Semprotan air begitu deras mengenai Syafi. “Akkkk!” jeritnya.
Terlihat dari arah mobil yang terparkir Mayfa mengarahkan selang air kearah Syafi, sehingga air deras dari selang itu menyemprot kearah Syafi. “Rins* di rumah kamu sudah habis? Sudah mau nikah masih aja gombal mukidi di lepas!” omel Mayfa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Jasmine
gmn klu syafi beneran sama ayah said ya....🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-27
0
fa _azzahra
aku tuh baca novel ini berhenti di part sebelumnya.demi biar mudeng aq baca kisah nya resa dlu karna ada clue yg nyambung ke cerita ini.udah agak ada gambaran kayane arnaff itu salah paham syafi dkira mayfa
2022-06-23
0
Fatma ismail
prasssssss...🤭🤭🤭🤭🤭
2021-07-02
0