Syafi berulang kali mengatur napasnya. Agar berhenti tertawa. Entah … jika bersama Mayfa walau hanya melihat jempol Mayfa rasanya tawanya tidak bisa berhenti. Entah kenapa hal itu sangat lucu.
"Ya sudah … begini saja … kamu minta izin sama bu Je, kalau kamar kamu di tempatin buat Ayah kamu, nah … selama Ayah kamu masih di sini. Kamu tidur di kamar aku. Kalau Ayah kamu yang pindah ke kamar aku, aku kasian …." oceh Syafi.
"Kasian karena kamar lu jorok?" ledek Mayfa.
"Bukan … kasian kalau Ayah kamu gak sabaran pengen nikahin aku, secara pesona aku itu luar biasa." Syafi memasang wajah sok cantik.
"Astaghfirullah … teman kamu ini langka, Fa …." Pak Said menggeleng melihat kelakuan Syafi yang pedenya ketinggian.
"Jangan mandang lama-lama Ayah … kalau Ayah jatuh cinta, Ayah yang repot. Restu dari mama Mayfa belum kita dapat." Syafi menelungkupkan wajahnya keatas meja. Merasa puas membuat Mayfa kesal.
"Arggggt!" Mayfa mencekik leher Syafi.
"Uhukkk! Anak tiri gak ada akhlak, sekarang anak tiri yang nyiksa mak tiri bukan mak tiri yang menyiksa anaknya!" rengek Syafi.
"Anak tiri modern, ya gini … masih minat lu jadi mak tiri gua?" Mayfa melepaskan tangannya dari leher Syafi. "Kasian tanganku yang suci jadi ternoda …." oceh Mayfa.
Syafi membenarkan rambutnya yang acak-acakkan karena ulah Mayfa. "Kapan kamu antar Ayah kamu ke kost? Sekalian minta izin dulu. Kalau orang tua yang datang mah pasti di kasih izin sama bu kost."
"Sekarang aja, Ayah aku pasti capek." ucap Mayfa.
"Sana, kamu minta izin sama bu Erli," usul Syafi.
Setelah mendapatkan izin dari pemilik Restoran. Mayfa dan Ayahnya pergi menuju kost-an yang selama ini Mayfa tempati. Beruntung kost-an itu memiliki parkiran khusus yang luas. Sehingga Mayfa tidak perlu pusing memikirkan untuk memarkir mobil Ayahnya. Keduanya belum turun dari mobil.
"Selama ini kamu sembunyi di sini?" Tangan Pak Said masih memegang setiran mobilnya.
"Maaf Ayah … Mayfa tidak bisa menerima perjodohan itu. Mayfa harap Ayah mau mengerti. Pernikahan nanti Mayfa yang menjalaninya, bukan Ayah." Mayfa segera turun dari mobil. Dia melangkah cepat menuju kediaman khusus milih ibu kost mereka. Bu Jaenab. Yang akrab di panggil bu Je.
"Assalamu'alaikum." salam Mayfa.
"Wa'alaikum salam." Seorang wanita cantik keluar sambil menggendong putranya yang berumur tiga tahun. "Mayfa? Tumben sendiri, Syafi mana?"
"Syafi masih kerja bu. Saya pulang karena saya minta izin sama sama bu Je."
"Izin apa?"
"Perkenalkan, ini Ayah saya …." tunjuk Mayfa pada laki-laki yang bediri di sampingnya. "Beliau baru datang dari kota Banjarmansin. Saya minta izin, agar Ayah saya bisa menginap beberapa hari di kost saya. Saya nanti pindah ke kamar Syafi selama Ayah menginap di sini."
"Kamu urus izin sama Pak RT dulu, kalau di kost mah, selama itu anggota keluarga pasti saya kasih izin," ucap bu Jaenab.
"Ayah … Ayah duduk dulu di sini, siniin KTP Ayah, aku mau ke rumah Pak RT dulu." Mayfa menadahkan tanganya menunggu benda yang dia pinta. Setelah mendapat benda yang dia maksud, Mayfa segera pergi menuju rumah Pak RT mengurus izin menginap buat Ayahnya.
"Pak, saya izin kedalam ya …."
"Silakan, bu. Saya numpang duduk di sini sambil nunggu Mayfa," ucap Pak Said.
Hampir 30 menit menunggu, akhirnya Mayfa menampakkan kembali batang hidungnya. Terlihat membawa selembar kertas putih. "Ayok Ayah … ikut aku, ini izin sudah di dapat."
"Apa perlu pamit sama ibu kost kamu dulu?" tanya Pak Said.
"Hemm, gak usah Ayah. Sepertinya ibu kost lagi riweh, kesini kan cuma minta izin dia."
Pak Said segera mengikuti langkah kaki putrinya, hingga mereka sampai di sebuah bagunan bertingkat dua. Melewati banyak pintu berjejer, hingga sampai di pintu paling ujung.
"Ini kamar aku, Ayah. Ayah istirahat dulu, aku mau kerja lagi. Nanti malam aku pulang bawain makan malam buat Ayah. Kamar mandi segalanya lengkap di dalam."
"Selama ini kamu bekerja sebagai pelayan Restoran?" Gurat kesedihan terlihat jelas di wajah Pak Said.
"Tapi, aku bahagia Ayah. Di sini aku punya teman yang gak perduli siapa aku dan darimana aku. Satu lagi … aku tidak akan bisa menerima perjodohan, selama Ayah tidak membatalkan perjodohan, selama itu pula aku gak akan pulang." Mayfa mengusap air mata yang terlanjur menetes lagi. "Assalamu'alaikum, Ayah. Aku balik kerja."
"Wa'alaikumsalam." Pak Said memilih masuk kedalam kost-an Mayfa. Rasanya punggungnya pegal, selama 3 hari menempuh perjalanan menelusuri Hulu Sungai Tengah. Harapannya bisa menemukan anak keempatnya. Akhirnya kerja kerasnya selama 3 bulan ini membuahkan hasil. Setelah pencariannya dari propinsi kota, pelosok Banjarmasin, hingga sampai di kota kecil ini. "Alhamdulillah Ya Allah …." Segala puji syukur selalu terucap dari lisan Pak Said. Sangat bahagia bisa menemukan Mayfa yang menjadi borunan keluarga selama tiga bulan ini.
***
Setelah meninggalkan Ayahnya di kost-an. Mayfa naik ojek online menuju Restoran. Sesampai di sana, keadaan mulai terlihat ramai. Karena jam menuju Ashar ini, Restoran mulai di penuhi anak-anak SMA yang baru pulang sekolah. Mereka kumpul bersama sekedar ghibahin tugas sekolah yang tiada habisnya. Kadang Ghibah betapa ganteng guru mereka. Ada juga yang sekalian mengerjakan tugas kelompok mereka.
"Kak Mayfa dari mana?" Sapaan itu berhasil menyita perhatian Mayfa.
"Kakak pulang ke kost tadi bentaran," jawab Mayfa.
Di ujung sana, Syafi sibuk membagikan jus yang di pesan para pelajar yang menempati meja di sana. "Makin ganteng aja kamu Ilham …." puji Syafi. Yang dipuji hanya mengukir senyuman di wajahnya.
"Kakak makin yakin ini. Kakak jomblo gini karena nungguin jodoh kakak berproses menuju dewasa," goda Syafi. "Awh!" Ringisan itu lolos dari mulut Syafi. Belum izin undur diri Syafi terpaksa mengikuti tarikan yang berpusat pada ikatan rambutnya. Syafi memeluk erat nampan kosong yang dari tadi dia pegang. "May …." jerinya.
Mayfa melepaskan cengkramannya dari rambut Syafi. "Fiy … pleas kurangin!" pinta Mayfa.
"Maaf, gak bisa …."
"Tu anak masih kecil, masa lu gombalin juga ...."
"Sudah balig umur segitu, bukan kecil."
"Pleas Fiy, kurangin! Kamu ini perempuan, aku takut suatu saat orang malah merendahkan harga diri kamu karena ke-isengan kamu ini." Mayfa sangat kesal jika mendengar cacian orang pada Syafi.
"Aku memang rendah, di rendahin orang wajar. Aku gak sedih. Kita tidak bisa memaksa orang agar suka sama kita, biar aja orang ber-agumen dengan pikiran mereka masing-masing."
"Aku gak suka Fiy … karena mereka yang nilai kamu jelek, mereka belum kenal siapa kamu."
"Biar aja … aku tetap jadi diri aku sendiri. Aku memilih menikmati hidup dengan senyuman dan kebahagiaan. Ogah ah kalau galau-galau dan sedih-sedihan. Karena bahagia dan sedih itu sama-sama gratis!"
"Ya salam … waktu bonus istirahat dari saya masih kurang ya? Perasaan di Restoran, atau di kost-an kalian ghibah … mulu! Gak ada habisnya apa bahan ghibahan kalian?" tegur Erli, pemilik Restoran ini.
Sontak kedua gadis itu segera menjalankan tugas mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Cahaya Warna
HST tempat teman sy looh, teman satu kelas di kampus 😁
2022-09-27
0
Raihan Nailah
salam kenal dari negara kandangan
2022-03-31
0
Rose_Ni
ayah mayfa kalau balik ke BJM mampir dikota kandangan ya...😊
2022-03-21
0