Sebatas Pendamping
Syafi atau Fiy, panggilan akrab orang-orang memanggilku. Aku bekerja di salah satu Restoran yang ada di kota Barabai. Restoran Indah Rasa. Milik temanku yang bernama Erliana. Bekerja dari jam 11 siang, sampai jam malam. Rehat hanya waktu salat tiba. Sungguh menyenangkan bekerja di Restoran ini. Selain hobby teriak-teriak tanpa arah tersalur. Hobby rayuan mukidi juga tersalur pada siapa saja yang ada.
Rayuanku memang manis, membuat gula darah korbanku langsung naik. Jagan tanya masalah hati. Ucapan I love you, I miss you, hanya di mulut saja. Kalau mereka mengenal siapa Syafi. Pasti mereka faham. Syafi alias Fiy. Suka merayu tapi belum pernah jatuh hati. Uhukkk!
Aku punya teman baik. Namanya Mayfa, identitasnya goib. Tiga bulan lalu, aku menemukannya di Terminal kota, karena dia terlihat putus asa. Seketika hati ini terketuk untuk mendekatinya.
Eh, ternyata aku masih punya hati. Kok susah banget ya jatuh cinta sama laki-laki?
Saat berkenalan dengan Mayfa, ternyata dia pribadi yang asyik. Firasat hati ini yakin, kalau dia orang baik-baik, hanya berada dalam keadaan yang kurang baik. Al-hasil, aku mengajaknya bekerja di Restoran milik Temanku.
Aku bukan pribadi yang kepo. Tidak pernah introgasi Mayfa darimana dia, dan mau kemana dia. Membuat perteman kami terasa asyik. Waktu terus berjalan, Mayfa memutuskan menyewa kamar sendiri. Karena dia sudah punya pekerjaan.
Kami sibuk dengan tugas masing-masing. Di pintu masuk terlihat Arman, dia pelanggan setia Restoran ini. Segera ku ambil buku menu sambil membenarkan celemek yang melingkar di pinggangku. "Selamat siang kak Arman …." Dengan senyuman yang paling manis, sampai yang memandang pun ikut mual karena gula darah naik drastis, hampir over dosis manisnya.
Arman melirik Arloji yang melingkar di pergelengan tangannya. "Baru jam 11:15, belum siang. Menurut pembagian waktu ini masih pagi," protes Arman.
"Itu kan bagi orang, karena matahari orang begitu. Lah kalau aku … matahari aku bersinar terang tepat di depan mata aku." Ku tutup wajahku dengan buku menu yang ada dalam pelukan.
Pletak!
Rasanya ada sesuatu yang menimpa kepalaku. Saat menegakkan wajah, sambil mengusap kepala yang kena ciuman benda goib, karena belum di ketahui benda apa itu. Terlihat Mayfa berdiri tepat di sampingku.
"Kasian, buku menu yang tidak bersalah, harus kena aib karena mencium kepala Syafi yang penuh kotoran." Tanpa rasa bersalah Mayfa sibuk mengusap buku menu yang dia pakai untuk memukul kepalaku.
Daripada mengurusi teman somplak, mendingan salurkan hobby pada pelanggan tampan yang masih beridiri di depan mata. "Arjunaku … mau pesan apa?" Dengan raut wajah di buat semanis mungkin dan suara mendesah manja.
"Menu biasa aja Fiy." Arman segera duduk di tempat favoritenya.
Berjalan mendekati Arman sambil mencatat menu pesanan Arman. "Iya sayang … hati dan perasaan aku, komplit sama rasa cinta dan sayang yang hanya tersaji khusus buatmu." Aku tersenyum jail, dan segera melanjutkan tugasku.
***
Author POV
Mayfa menghembuskan kasar napasnya. Rasanya sesak saat melihat Syafi melepaskan rayuan mautnya. Takut lawan Syafi orang yang tidak kuat mental. "Gak mual kamu, Arman? Perasaan kamu selalu dia gombalin."
"Perasaan bukan cuma aku aja, May. Sepertinya siapa aja dia sasar sama gombal mukidi dia." Arman tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Iya sih …." Mayfa memilih melanjutkan tugasnya. "Arman, aku tinggal ya, selamat menunggu pesanan."
Tidak berselang lama pesanan Arman selesai. Arman baru mulai menyantap makananya, terlihat di depan sana Adian, salah satu langganan Restoran yang lain, datang bersama istrinya. Dengan sigap, Syafi segera menjalankan tugasnya.
"Selamat datang, bu Adian dan Pak Adian …." ucap Syafi.
"Makasih Fiy, tumben kamu gak gombalin suami saya?" Istri Adian sangat hafal keisengan Syafi.
Syafi duduk di kursi di dekat Adian. "Berdosakah … bila aku katakan … aku jatuh cinta … kepada dirimu … walaupun kau tak sendiri lagi …." Nyanyian Syafi.
"Heleh mama … pake di ingetin lagi, gelonya Syafi jadi kumat!" Keluh Adian. Walau merasa terhibur dengan keisengan Syafi.
"Buukan tak mampuuu, mencari yang lain, tapi melihat dirimu, ku sudah bahagia … hatiku bahagiaa," sambung Syafi.
"Fiy …." Panggil Arman.
"Iya sayang … jangan takut, cinta aku masih banyak! Muach …." Melempar ciuman jarak jauhnya.
Dari kejauhan Mayfa rasanya ingin sekali mengeluarkan isi perutnya melihat tingkah temannya itu. Sedang Syafi kembali melanjutkan pekerjaannya. Mencatat pesanan Adian dan istrinya.
Selesai dengan tugasnya, Syafi segera membawa catatan menuju koki yang bertugas. Sempat saja dia menggoda Arman yang sedang menikmati makanannya. "Kak Arman jangan cemburu … hati Syafi mah buat kak Arman seorang, tapi kalau seyum aku buat semua orang …." candanya.
"Fiy, sudah weih … kasian Arman sedang makan," tergur Alea.
"Santai aja Al, ini yang bikin aku ketagihan makan di sini, karena rayuan Syafi bagaikan micin yang menyedapkan makanan," bela Arman.
"Kebanyakan micin lo kelewat pinter, Arman!" tegas Mayfa.
Sedang yang di maksud sudah melenggang bebas menuju dapur. Apalagi kalau bukan ngegombalin koki Harun. "Abang Harun … masak apa?" Dengan nada yang di paksa agar suaranya terdengar manja.
"Ati sambel goreng kentang, pesanan meja nomer 26."
"Lah, ati ayam aja abang perhatiin, di kasih bumbu biar sedep. Hati adek kapan abang perhatiin?"
"Sini hati lo, gue cincang!" Lugas Erli.
"Janganlah kak, kalau kakak cincang, bagaimana bang Harun menerimanya …." Syafi memberikan senyuman yang menurutnya manis.
Erli lebih memilih menghindari Syafi. Semakin dia nasehati yang ada ini anak semakin akut korseletnya.
"Pesenan Pak Adian dan istri bang …." Syafi memberikan catatannya pada koki Harun. Asisten koki pun langsung mengerjakan tugasnya. Sedang Syafi melakukan tugas yang lain.
Minuman pesanan Adian dan istri sudah tertata di nampan. Dengan semangat Syafi membawa minuman pesanan Adian dan istri. "Mas Adiannthayank …." Meletakkan satu gelas minuman di hadapan Adian. lalu meletakkan satu gelas lain di bagian tengah meja. "Oh ya mas … ini punya calon maduku, mas jangan minum ya … soalnya ini sudah aku kasih racun!" Syafi mengedipkan sebelah matanya pada Adian.
Istri Adian tersenyum sendiri, ini yang membuatnya senang ikut makan di Restoran ini. Dia meraih gelasnya, langsung meminum minumannya. "Khekk!" Aktingnya seolah kena racun. Pelanggan sekitar bukan takut. Malah ikut tertawa lepas melihat adegan itu.
Mayfa sedang bertugas mengantar makanan pada pelanggan yang tidak jauh dari meja Adian. Hanya bisa membuang kasar napasnya sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan Syafi. "Kasian sekali bu Adian malah ketularan somplak …." keluhnya.
"Emang kamu gak Somplak, May?" Tanya Adian.
"Somplak saya masih ada rambu-rambu, Pak. Tapi, tu anak …." Mayfa memandang kearah Syafi yang masa bodoh dengan keadaan sekitar.
"Tapi, banyak yang bahagia dengan kelakuan dia," ucap Adian.
"Iyaaa, kalau kita kenal siapa Syafi … orang songong yang mudah bercanda. Tapi, bagaimana kalau dia kebencandain orang yang mudah bapper?"
"Itu derita orang yang waferan, May … bukan salah Syafi," ucap istri Adian.
Bagi orang yang mengenal siapa Syafi, hal lumrah bagi mereka. Tapi, bagi mereka yang belum kenal. Ada yang mengaku demam karena rayuan mautnya.
Restoran Indah Rasa, milik Erliana mengikat kerja sama dengan kontraktor yang mengerjakan perumahan di pinggir jalan lingkar Walangsi-Kapar. Sehingga beberapa petingginya makan siang dan makan malam di Restoran milik Erlia. Jam menunjukkan lewat pukul 1 siang. Keadaan mulai hening. Saatnya giliran Syafi dan Mayfa untuk melaksanakan tugas zuhur mereka di mushalla kecil milik Restoran ini. Letaknya di bagian samping Restoran.
Sebelum menuju mushalla, keduanya berjalan menuju toilet perempuan. Masih sibuk membersihkan wajah dari polesan make-up di toilet . Mayfa memandangi jeli wajah Syafi.
"Gue tau, gue cakep. Dah seberapa lama-pun lo mandang gue, kecantikkan gue gak akan luntur." Tetap fokus memandangi cermin yang ada di depan matanya.
"Fiy, kurangin napa gombalan kamu, over dosis tau nggak …." Tegur Mayfa.
"Gombalan mukidi sebagian napas aku May. Kamu minta kurangin … sama aja nyuruh aku kurangin narik napas. Dengan begitu aku lupa--" Syafi sengaja tidak meneruskan ucapannya.
"Lupa apa?"
"Ayok ke musolla, waktu istirahat kita ntar habis di pake buat Ghibah." Syafi merapikan peralatan tempur yang biasa dia pakai memoles wajah dan juga beberapa peralatan untuk menghapus olesan itu. Lalu menyeret Mayfa menuju mushalla.
****
Sebelum bingung sama cerita ini, saran aku, baca bagian bonus chapter novel aku 'Istri Kedua Yang Dirahasiakan'
Di sana, ada sedikit bagian dari novel ini, walau novel ini bukan lanjutannya. Bonus Chapternya cuma 6 eps, Kuy tengok aja🤗
Untuk Karya ini, aku gak bisa janji bisa up rutin. Ini aja syusyah bingit membangun kembali mood nulis aku, karena kelamaan mabok GC.
Selamat berjumpa kembali di karya aku 🤗🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Yanti Yuli Anti
assalamualaikum...ikut manteng
2025-03-02
0
Jasmine
masih menyimak
2022-11-27
0
Author yang kece dong
Aku mampir kak 😍
2022-08-12
0