Ardhin tidak menyangka, keponakannya ini sama sekali tidak berubah. Dulu saat berada di desa Syafi tidak pernah absen dari menyanyi di hajatan orang nikah, sekarang anak itu masih sama, bahkan lebih parah. Kamal menepuk jidatnya melihat kelakuan Syafi. Tidak bisa marah, karena hampir semua orang suka dengan gaya kocak Syafi. Sekarang Dirga juga ikutan menyukai pertunjukan keponakannya itu. Saat lagu berakhir Dirga tersenyum lebar sambil bertepuk tangan. Ardhin dan Kamal bersembunyi di belakang Dirga, namun terlambat keponakannya itu sudah menyadari kehadirannya.
Syafi tidak mengetahui siapa Dirga, dia hanya mengira Dirga adalah tamu undangan yang menghadiri hajatan ini. Mengingat paman dan bibinya ada di acara ini, pikiran nakal terlintas di benak Syafi. “Anda mau request lagu?” Arah tunjuk jemari Syafi kearah Dirga.
Dirga merasa dirinya yang di tanya. Dengan bangga Dirga menyahut. “Melukis Senja.” Ucapnya.
“Ini acara dangdutan, bang ….” Protes tamu yang lain.
“Maaf, saya kurang tau lagu-lagu dangdut,” jawab Dirga.
“Lah yang tadi bukan lagu dangdut, Ayok nyanyikan saja luh ….” Seru Ardhin.
[Luh, dari kata Aluh, panggilan untuk anak perempuan dalam Bahasa Banjarmasin.]
Syafi mendekati pemain organ tunggal, dia terlihat asyik berbicara dengan pemain organ tunggal itu. Sepintas terlihat sedang ambil nada. Tidak lama dia berjalan ketempat semula, lantunan musik dari Melukis Senja ‘pun mulai bermain.
🎶🎶🎶
Aku mengerti, perjalanan hidup yang kini kau lalui, ku berharap, meski berat kau tak merasa sendiri, kau ‘tlah berjuang, menaklukkan hari-harimu yang tak mudah, biar ku menemanimu, menghapus Lelahmu.
🎶🎶🎶
Dirga sangat Bahagia, sama sekali tidak menyangka, bisa menyaksikan langsung wanita yang mengisi hatinya dengan lagu yang sama. Kali ini terasa lebih indah, karena penyanyi itu bernyanyi dengan expresi bebasnya, seakan menggodanya. Mendengar dentuman irama musik yang berbeda membuat khayalan indah Dirga buyar. Merasa bingung dengan nada yang dia dengar sekarang.
🎶🎶🎶🎶
Ditekan … sedikit ah … ah …
di tahan … maksud hati …
Jangan dulu ahh …
melamarku …
kenalan saja … baru seminggu …
belum tau—siapa kamu.
Ditekan sedikit ah ah ah …
di tahan … biar asyik ....
🎶🎶🎶🎶
Lagu 'Ditekan Sedikit' dari penyanyi Cucu Cahyati seketika membuat keadaan semakin heboh.
“Asyikkk Tarik semongko---” Teriak tamu undangan yang ikut berjoget.
Dua orang di samping Dirga juga tidak kalah heboh. Tapi heboh dengan kekesalan mereka, bukan heboh ikut bergoyang. Kamal sangat kesal melihat expresi Syafi bernyanyi.
“Abah … cepetan Tarik Aul pulang, sebelum makin konslet Abah ….” rengek Kamal.
Dirga ikut dalam keseruan itu, hanya bisa tersenyum melihat kehebohan yang Syafi ciptakan.
Kenapa saat melihatnnya langsung, perasaanku menjadi aneh seperti ini? Jerit hati Dirga.
Seketika Dirga terpaku melihat gaya bernyanyi dari penyanyi itu. Tapi, obrolan kedua orang di belakangnya membuatnya harus berhenti mengagumi pertujukan yang ada di depan. “Ada apa, paman?”
“Dia Aul, keponakan paman, Namanya Aurelia Syafitri, Aul panggilan kesayangan kami buatnya.” Laki-laki itu meneruskan Langkah kakinya, untuk mendekati keponakannya yang terus larut dalam nyanyiannya. Aul alias Syafi, kalau sudah mulai teriak dengan lagu-lagu, maka rem-nya sudah blong.
Syafi sadar, kalau pamannya sudah mendekat artinya pertunjukan selesai. “Sampai di sini dulu ya semuanya, pangeranku sudah datang,” teriak Syafi. Dia memberikan mic pada biduan yang mengisi acara, sedang dia segera berlari menuju pamannya dan langsung menyilangkan tangannya
di lengan pamannya.
“Sudahi dulu pertunjukannya, ayok pulang,” ajak Ardhin.
“Ah-siap thayank ….”
Menyadari siapa Aurelia Syafitri, seketika ada yang hancur dalam diri Dirga .Bukan karena lagu kesukaanya tiba-tiba berubah. Tapi, karena wanita yang selama ini misterius yang tidak dia kenali dan tidak diketahui Rimba-nya yang terlanjur dia suka, ternyata sudah ada yang punya.
Ya Tuhan … kenapa wanita yang sudah di miliki orang lain yang mencuri hatiku, dulu istri Sam. Sekarang calon istri Arnaff. Gerutu hati Dirga.
Dirga berusaha tegar, walau dalam batinnya sungguh hancur. Berusaha menegakkan wajah dan bersikap biasa-biasa saja. Di sana terlihat Paman Ardhin berjalan sambil bergandengan tangan dengan perempuan yang tadi bernyanyi.
“Yuk pulang, ma ….” Ardhin mengajak istrinya dan Dirga untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Mereka memasuki rumah yang Nampak sangat sederhana, Dirga tidak menyangka, kalau rumah Paman Ardhin seperti ini. Matanya memandangi keadaan rumah paman kesayangannya.
“Masuk sayang ….” Ajak Kamal.
Dirga segera melangkahkan kakinya memasuki rumah Ardhin, terlihat di kursi tamu sederhana itu perempuan itu dan pamannya sudah duduk di sana.
“Aul! Kamu itu sebentar lagi akan menikah, tolong jangan bersikap seperti dulu, perbaiki sedikit, Aul. Kasian keluarga calon suami kamu.” Suara itu terdengar sedikit memohon.
“Maaf paman, itu susah. Makanya Aul minta dari awal, agar paman memberitahu bagaimana Aul pada calon suami Aul dan juga keluarga, agar mereka tidak menyesal,” ucap Syafi
“Aul benar, Paman. Paman sudah menceritakan bagaimana Aul?” sela Dirga.
“Kepada ibu Leti, sudah. Tapi, kalau pada Arnaff, belum,” jawab Ardhin.
“Siapa dia?” tanya Syafi.
“Dia Dirga, keponakan majikan Abah dulu, dan abah menganggap dia anak Abah. Karena Abah tidak punya
anak,” ucap Ardhin.
“Akhirnya … aku bisa bertemu anak kesayangan paman,” ucap Syafi. Dia mengulurkan tangannya menyalami
Dirga.
“Anda tau? Setiap menelepon setiap kumpul, Diga-Dirga dan Dirga. Hanya itu yang aku dengar, sampai-sampai aku tidur teringat nama Anda,” oceh Syafi. Syafi sadar kalau belum melepaskan tangan Dirga. “Eh tangan Anda masih nempel, aku tau aku mempesona, tapi tolong lepasin tangan adek bang … karena aku sudah ada yang punya.”
Dirga merasa heran, yang tidak mau melepaskan jabatan tangan adalah yang mengoceh itu. “Maaf … Anda yang tidak melepaskan tangan saya,” bela Dirga.
“Ya salam … tanganku susah melepaskan kalau sudah memegang, apalagi memegang tangan orang ganteng." Syafi segera melepaskan tangan Dirga.
“Ayo duduk Dirga, kamu kalau melawan Aul, tidak ada habisnya.” Ardhin menepuk kursi kosong yang ada di sampingnya.
“Kak Dirga ….” Seketika langkah kaki Dirga terhenti, lalu memutar tubuhnya menghadap kearah Syafi. “Apa?”
“Kakak pernah dengar paman wirid-an gak?”
Dirga menggelengkan kepalanya. Syafi melangkah mendekati Dirga lalu mengaitkan kedua tangannya di lengan kanan Dirga. Membuat apa yang di dalam diri Dirga semakin mendidih.
“Aku yakin, kalau paman itu wirid bukan kalimat wirid, tapi ‘Dirga—Dirga—” ucap Syafi.
“Eh lepasin itu tangan anak mama!” teriak Kamal. Kesal dengan Syafi yang begitu mudahnya menggandeng Dirga.
“Lah … kami kan saudara, amanlah ….” Syafi membela diri, sambil menyandarkan kepalanya di pundak Dirga.
“Aul ….” Ardhin berteriak.
“Hilih ….” Aul segera menegakkan kepalanya dan melepaskan tangannya. “Kak Dirga, kakak tau gak? Si abah pernah berpikir buat jodohin kita,” terang Syafi.
“Apa?” Dirga seakan tidak percaya dengan yang dia dengar.
“Tenang … paman pelayan yang tau diri, hingga paman sadar di mana posisi dia, paman abah mana berani minta Dirga nikah sama aku, walau aku adalah mahkluk Tuhan yang paling seksi. Aw-aw-aw ah ah ah ah!” Syafi langsung kabur, sebelum teriakan wanita yang dia panggil mama itu melengking.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Jasmine
koplakk dan konyol gaya si aul
2022-11-27
0
Ova
tiap part slalu bikin aku jungkir balik thor
2021-11-11
0
Fatma ismail
🤣🤣🤣🤣🤣 jodoh GK kmn y
2021-07-02
0