Pandangan tajam dari Kamal masih tertuju pada Syafi. “Jangan
bilang kalau kamu sering konser di acara kawinan orang!” bentak Kamal.
“Bukan di acara kawinan aja, bi. Tapi di Restoran juga, tiap hari dia nyanyi, sampai saya bosen dengarnya bi,” adu Mayfa.
“Abah ….” Keluh Kamal.
“Mau gimana lagi, itu hobi dia.” Ardhin sangat faham akan kesenangan keponakannya.
“Saya izin pamit dulu ya, saya mau ke Bandara, tadi Ayah chat saya, supaya saya menyusul ke Bandara, karena bagasi Ayah gak muat katanya.”
“Minum dulu sayang ….” pinta Kamal.
“Lain kali saja bi, ‘kan sebentar lagi acara akad nikah Syafi, saya mengantar Syafi biar saya tau di mana rumah Syafi saja, bi."
“Terima kasih ya, May … jangan lupa nanti datang ya, mohon do’anya semoga semuanya lancar.”
"Amiiin ...."
Setelah berpamitan pada paman dan bibi Syafi, Mayfa segera meninggalkan kediaman Ardhin. Mobil yang dia kendarai melaju cepat menuju Bandara.
Syafi berusaha santai, walau tatapan mata dari bibinya meminta banyak penjelasan darinya. Ardhin dan istrinya duduk mengapit keponakan
kesayangan mereka. Ketiganya saling berpelukan.
“Kamu marah, karena paman jodohin kamu secepat ini?”
“Ngapain marah … harusnya aku malah syukuran … paman tau
sendiri kan, aku hanya seorang gelandangan, tak punya rumah, hanya punya dua harta paling berharga dalam hidup ini. Paman abah dan mamak.” Syafi menikmati pelukan hangat ini. Sebentar lagi
pelukan ini akan sulit dia rasa, mengingat calon suaminya bukan dari daratan yang sama, terpisah lautan dari pulau Kalimantan ini.
“Maafin paman, paman hanya takut, beberapa bulan lalu cek-up, kata dokter ada masalah dengan jantung paman. Paman berharap, andai
suatu saat Allah rindu sama paman, lalu memanggil paman, paman merasa tenang kalau kamu sudah menikah.” Mata Ardhin Nampak berkaca-kaca. Siapa yang ingin
mati cepat, tapia apa daya, semua itu di luar kendalinya.
“Paman … jangan begitu, aku gak keberatan paman jodohin, aku yakin orang pilihan paman adalah laki-laki terbaik,” ucap Syafi.
“Sebenarnya, paman berharap jodohin kamu sama Dirga. Tapi, mengingat siapa Dirga dan siapa kita, paman tidak berani. Tapi … keluarga yang melamar kamu waktu lalu juga bukan keluaga sembarangan. Paman menerima lamaran bukan karena mereka dari keluarga kaya, tapi keluarga bu Leti adalah keluarga dekat majikan paman dulu, ini keajaiban sayang … rasanya seorang pangeran 'melamar seorang anak pelayan.' Kamu beruntung sayang ...."
"Aku sudah di takdirkan jadi horang kaya, Abah ... walaupun Abah malu menjodohkan aku dengan Dirga, namanya takdir akan menjadi orang kaya, sekarang orang kaya yang lain datang melamarku," ucap Syafi.
"Padahal Dirga dan keluarga Ozage tidak pernah memandang latar belakang seseorang, kami saja yang sungkan, takut dikira memanfaatkan keadaan, terlebih Dirga sangat menghormati kami. Kami batal menjodohkan bukan cuma itu. Tapi kasihan sama Dirga, takutnya dia tidak berani menolak kalau keberatan." ucap Kamal.
“Dari dulu paman selalu menceritakan sosok Dirga, aku jadi penasaran sama laki-laki itu. Sampai paman selalu merindukan dia,” oceh Syafi.
“Dirga!” Kedua suami istri itu sama-sama kaget saat mengingat Dirga.
“Ada apa bah, ma?” Syafi heran dengan rekasi keduanya.
“Hari ini Dirga datang!” ucap keduanya bersamaan. Tanpa menghiraukan kebingungan Syafi, Ardhin dan istri langsung berlari menuju kamar mereka. Tidak lama keduanya keluar dengan setelan rapi.
“Bah … Syafi diajak ke Bandara atau tidak?” tanya Kamal.
“Di sana ada Arnaff, kata orang tua, menjelang pernikahan lebih baik jangan ketemu sama calon dulu,” usul Ardhin.
“Wah ada calon imamku? Kalau begitu aku ikut bah ….” rengek Syafi.
“Gak-gak! Yang ada kamu nanti rusuh di Bandara, bukannya membuat calon suami terkesan, yang ada dia bisa jadi ilfeel sama kamu,” seru Ardhin.
“Iyaa, aku gak ikut, sana Abah sama mamak pergi, aku tinggal aja. Soalnya kulihat di depan sana ada dangdutan, mendingan aku kesana aja,” ucap Syafi.
“AWAS kalau kamu nyanyi lagu 5 menit lagi!” ancam Kamal.
“Gak mak, aku gak nyanyi lagu lima menit, aku mau nyanyi ‘Makhluk Tuhan Paling Seksi’ dari Mulan, Aw-Aw ....” jawab Syafi.
“Apa aja asal jangan ada ‘ahh’ nya aja!”
“Sudah ma, yuk kita berangkat, ini taksi kita sudah datang.”
Benar saja setelah paman dan bibinya pergi, Syafi segera melangkahkan kaki menuju tempat kawinan yang mengadakan hiburan dangdut. Orang yang mengenali Syafi mereka langsung mengajak gadis itu bergabung dengan mereka. Keadaan semakin heboh saat Syafi ikut larut bersama mereka.
Keadaan di Bandara terlihat lebih ramai, karena beberapa wartawan ingin menyambut kedatangan dari perwakilan Ozage Cryton Group dan mewawancarai perwakilan tersebut. Di pintu kedatangan Dirga masih memandangi kebeberapa sudut, berharap dua orang yang sangat ia rindukan bisa dia lihat. Tapi, sayang sudah 20 menit dia mendarat tidak juga melihat sosok Ardhin dan istri. Wawancara bersama wartawan media masa setempat sudah selesai. Sosok yang Dirga nantikan belum juga datang.
“Arnaff, kamu duluan saja ke Hotel, aku masih mau menunggu paman Ardhin di sini,” ucap Dirga.
Arnaff merasa Lelah, dia lebih memilih menyetujui usulan Dirga, dia segera menuju hotel menumpangi mobil perusahaan yang disediakan untuk menjemput mereka.
15 menit setelah kepergian Arnaff akhirnya taksi yang di tumpangi Ardhin dan istri sampai ke Bandara, kekecewaan terlihat jelas di wajah keduanya, karena terjebak macet mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke Bandara. Namun keduanya tetap turun, berharap ada keajaiban agar masih bisa melihat anak yang mereka rawat dulu.
Dengan lemas Ardhin meraih ponselnya, menelpon Dirga, untuk menanyakan di mana dia saat ini. Panggilan teleponnya langsung di angkat oleh Dirga.
“Nak Dirga sudah di mana? Maaf, tadi paman terjebak macet, jadi baru sampai.” Ardhin sangat menyesal.
“Aku di belakang paman,” ucap Dirga.
Ardhin langsung memutar tubuhnya, benar saja ada sosok Dirga di sana. Senyuman Ardhin sangat lebar,
tapi air matanya juga ikut tumpah. “Dirga ….” Dia langsung menarik pemuda tampan itu kedalam pelukannya. Dirga melepaskan pelukannya pada Ardhin, dan lansung memeluk Kamal. Ketiganya tidak mampu berkata-kata lagi.
“Paman, aku rindu masakkan bibi, kapan kita pulang ke rumah paman? Itupun kalau paman mau mengajak aku ke rumah paman,” ucap Dirga.
“Tentu boleh, tapi itu dia, paman tidak punya pendingin ruangan di rumah, kalau nak Dirga mau, hayukkk ….” Ajak Ardhin.
Dirga meminta utusan perusahaan yang bertugas menjemputnya untuk pergi, sedang dirinya ikut menaiki mobil taksi yang di tumpangi paman Ardhin. Lumayan lama menempuh perjalanan dari Bandara menuju kediaman Ardhin. Jarak menuju rumah Ardhin tidak jauh lagi. Tapi, mobil taksi yang merekatumpangi tidak bisa lagi menembus kerumunan masa yang menonton acara. Mau tidak mau, Ardhin harus turun. Suara alunan musik yang begitu keras menyambut telinga mereka.
🎶🎶🎶
Bukannya akuu tak tau, kau sudah ada yang punya, kerna saakau bisikan cintamu pada, ku tau engkau berdusta …
🎶🎶🎶
Melihat siapa yang bernyanyi membuat darah Dirga berdesir, penyanyi yang sama dengan yang menyanyikan lagu ‘Melukis Senja’ saat ini sedang bernyanyi lagu lain di depan matanya.
Ya Tuhan … apakah ini restu darimu? Sejak malam itu wanita ini selalu menghuni hati dan pikiranku, sekarang dia berada tepat di depan mataku. Batin Dirga.
🎶🎶🎶
Cinta ini … kadang-kadang taka da logika! Ilusi sebuah Hasrat dalam hati, dan hanya ingin dapat memiliki, dirimu hanya untuk sesaat.
🎶🎶🎶
Dentuman irama lagu barusan menyadarkan Dirga dari kekagumannya. Dirga melepaskan tangannya dari tarikan kopernya. Lalu melipat kedua tangannya di dadanya, menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung di depan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
dina firara
nahhh,yg mau dijodohin ke mayfa ini
2023-01-22
0
Jasmine
dirga cintanya tak berbalas mulu...
padahal dirga orgnya tulus
2022-11-27
0
Fatma ismail
smoga Dirga yh Ama Syafi ,dn dan arnaf tetap am mayfa
2021-07-02
0