Bab 2 Sendal Jepit

Akhirnya tugas zduhur mereka selesai. Setelah memanjatkan do'a, dua wanita cantik itu segera merapihkan mukena mereka. Saat ingin meninggalkan mushalla, Syafi sadar meninggalkan pouch make-upnya di tempat wudhu. Melihat sepasang sendal jepit di depan matanya, Syafi langsung memakainya lalu berlari kearah tempat wudhu.

"Fiy, itu sendal jepit orang bukan punya Restoran!" teriak Mayfa. Percuma Syafi sudah pergi kearah tempat wudhu.

Tidak jauh dari posisi Mayfa berada, terluhat seorang laki-laki berumur lebih 40 tahunan, celengak-celenguk mencari sesuatu. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Anak gadisnya yang tiga bulan ini dia cari-cari malah ada di depan matanya. "Mayfa?" panggilnya.

Merasa namanya dipanggil, Mayfa menoleh kearah suara tersebut.

Duggggg!

Rasanya jantung Mayfa berhenti berdetak. "Ayah …." Wajah Mayfa pucat, melihat sosok yang berdiri tidak jauh darinya.

"Alhamdulillah, perlengkapan tempur aku masih ada." Ucapan Syafi membuat keadaan canggung itu buyar.

Mayfa berusaha mengontrol perasaannya yang kacau. "Fiy, balikin itu sendal! Itu sendal punya ayah gua!" omel Mayfa.

"Ya salam, aku jadi cinderella hari ini, mencuri sendal milik pangeran …." oceh Syafi. Dia melepaskan sendal jepit yang dia pinjam.

Plakkk!

Pukulan mendarat di pundak Syafi.

"Ini Ayah gua!"

"Ayah gua juga lu gombalin?" Rasanya Mayfa ingin sekali mencekik Syafi. Yang di omelin sama sekali tidak peka, dia malah memasang sepatunya tanpa menghiraukan kekesalan Mayfa.

"Ma'af … sebaiknya kita bicara di sana." Syafi menunjuk kearah jejeran bangku yang ada dekat Restoran.

Mayfa juga menurut, dia tidak mau mengundang keributan di tempat ini karena gombalan Syafi, dan sekarang Ayahnya malah menemukan dirinya. Mereka bertiga berjalan menuju samping Restoran, duduk bersama di bangku panjang yang biasa di pakai para karyawan Restoran untuk istirahat.

Syafi merasa kikuk berada diantara ayah dan anak ini, pastinya ada pembicaraan pribadi antara mereka. "May. Kamu bicara dulu sama Ayah kamu di sini. Kalau bicara privacy-nya selesai, kamu ajak Ayah kamu kedalam," usul Syafi.

Mayfa hanya menganggukkan kepalanya. Setelah Syafi menjauh, rasanya dia ingin lari dari sini sekarang. Tapi percuma. Selama tiga bulan ini, berteman dengan Syafi, bekerja bersama dengan wanita itu. Mayfa merasa aman. Ternyata Ayahnya kini malah menemukan dia.

"Fa …."

"Maaf Ayah. Aku gak bisa menerima perjodohan!" Mayfa langsung saja mengungkapkan perasaannya.

"Tapi, Fa ...."

"Ayah … tolong mengerti aku Ayah …." Wajah yang biasa tersenyum itu saat ini menampakkan tangisnya lagi. Air matanya terus berderai. Menghiba kepada sang Ayah, agar membatalkan perjodohannya.

"Adai Ayah bisa. Tapi … ini janji Ayah pada keluarga Bu Leti, kalau Ayah akan menikahkan  salah satu putri Ayah dengan anaknya." Berulang kali Ayah Mayfa menjelaskan hal ini.

"Tapi kenapa harus aku, Ayah …." keluh Mayfa.

"Ayah tidak tau Nak."

"Beri Mayfa waktu ya, Ayah …."

"Ayah akan tingal ditempat kamu, sambil memberi kamu waktu. Fa … kalau kamu sayang sama Ayah, terima saja, banyak kok mereka menikah karena perjodohan, malah mereka sangat bahagia."

"Maaf ...." Mayfa mengusap air mata yang menetes di wajahnya.

Merasa obrolan penting bersama Ayahnya selesai, Mayfa mengajak Ayahnya masuk ke Restoran. Memasuki area dalam Restoran, keadaan nampak lengang, karena banyak pelanggan  sudah selesai makan siang. Mayfa meminta Ayahnya duduk di salah satu kursi. Sedang dirinya langsung meminta izin pada bu Erli, untuk menemani Ayahnya yang baru datang. Izin di dapat, makan siang gratis pun Mayfa dapat. Dia segera menemui sang Ayah.

Syafi menikmati makan siangnya di meja yang tidak jauh dari Harun. Harun tersenyum melihat Syafi yang terlihat sedikit Normal. "Ternyata gombal mukidi lo gak keluar ya? Itu cowok yang sama Mayfa gak kamu gombalin …." ledek Koki Harun.

"Itu bapaknya Mayfa …." jelas Syafi.

"Tumben … biasanya mah kamu gak pandang siapa korban kamu," ledek Harun.

Syafi tidak terima di ledek seperti ini. "Aku makan dulu bang ... ngegombal juga butuh tenaga …." Syafi membela diri.

"Penasaran aku sama reaksi Mayfa, saat Ayahnya kamu gombalin."

"Abang lakukan tugas abang sana … gimana aku yakin Bang Harun imam yang baik bagi aku, bagi diri sendiri aja Abang gak bertanggung jawab." Tanpa melihat kearah Harun, Syafi terus menikmati makan siangnya.

"Ya salam … aku lagi yang kena rayuan mak kidi," keluh Harun.

Dari kejauhan Mayfa terlihat mendekat kearah Syafi. Dengan senyuman termanisnya Syafi menyambut temannya itu. Teman di kost-an juga teman kerjanya.

"Fiy, aku mau minta tolong …." ucap Mayfa.

"Ya udah, bilang apaan. Kalau aku bisa, insya Allah aku tolong, kalau di luar batas kemampuan aku, aku bantu lewat do'a."

"Ikut aku kesana, sekalian kenalan sama Ayah aku. Tapi jangan di gombalin kayak tadi, kasian Ayah aku bisa demam …."

Syafi dan Mayfa segera menghampiri meja yang di tempati Ayah Mayfa. "Assalamu'alaikum. eh … ketemu lagi ama aku yang cantiknya gak ketulungan, dan manisnya bisa bikin orang mual," ucap Syafi.

"Wa'alaikumsalam." Ayah Mayfa hanya membalas dengan senyuman. Entah jijik dengan tingkah teman anaknya atau apalah itu.

"Duduk, mode normal ngapa … ini ada Ayah aku, gesrek sama somplaknya di kresekkin dulu …." keluh Mayfa.

"Tidak bisa May … kau meminta aku jadi normal, sama aja kamu nyiksa aku …." goda Syafi.

"Huh …." Hembusan kasar napas yang Mayfa lepas terdengar jelas. Dia memandang kearah Ayahnya. "Ayah … sebelum Ayah semakin demam karena ni orang …." Mayfa meng-isyarat pada Syafi. "Ayah kuatkan hati, karena ni orang kalau lihat cowok, bucin dia kumat, rayuan mukidinya juga lepas landas, Ayah ingat di mushalla tadi 'kan?" ucap Mayfa.

"Masya Allah … akhirnya salju turun di bumi Murakata …." Tatapan mata Syafi ter arah pada Ayah Mayfa.

"Salju? Mana?" Ayah Mayfa menoleh kearah luar, yang ada matahari bersinar terik di luar sana. "Teman kamu memang aneh Fa, masa panas terik begini ada salju."

"Hati aku tiba-tiba dingin dan hampir membeku saat melihat Anda, Ayah …." ucap Syafi.

Brukkk!

Mayfa menelungkupkan wajahnya keatas meja. Kesal dengan Syafi yang sama sekali tidak punya rambu-rambu. Saat yang sama, pekerja yang melihat dan mendengar kejadian tadi, hanya bisa tepuk jidat, karena kelakuan Syafi.

"Kamu ini ada-ada aja, saya ini orang yang setia. Saya hanya setia sama mamanya anak-anak …." terang Ayah Mayfa.

"Ayah … dia orang gelo, dah jangan didengerin …." pinta Mayfa.

"Gak apa-apa Ayah, andai boleh poligami lebih dari 4, aku jadi yang ketujuh pun Rela. Bersama Ayah … seakan kebahagiaan separu isi bumi ini aku miliki …." Syafi memasang wajah sok manis. Tanpa perduli bagaimana masamnya wajah Mayfa, melihat ayahnya kena gombal temannya.

"Baru beberapa menit ketemu, Ayah dah mimisan ini Fa …." ucap Ayah Mayfa.

"Fiy, ini bapak gua loh … mode normal dikit lah …." rengek Mayfa.

"May, Ayah kamu kerja apa?" tanya Syafi.

"Punya beberapa saham pencetak uang!" jawab Mayfa asal-asallan.

"Owh … aku kira guru …." Syafi mengambil buku resep, lalu menutup wajahnya.

"Kenapa Guru?" sela Ayah Mayfa.

"Aku merasa signal menguat," jawab Syafi.

"Signal?" Ayah Mayfa terlihat bingung sendiri.

"Signal … kalau Guru dalam kehidupan aku berada tepat di depan mata aku …." Hiyaaa hiyaaa

"Arghttt!!" Mayfa geram.

"Maaf ya Ayah, sampai di sini dulu gombalannya. Kenalkan … saya Syafi, teman geludnya anak Ayah. Sehari gak Gelud, rasanya hidup ini hampa, Ayah ...." Syafi mengulurkan tangannya menjabat tangan Ayah Mayfa.

"Nama saya Rifqi Said Maulana, orang biasa memanggil saya Pak Said." Ayah Mayfa mengenalkan diri.

menyambut jabatan tangan  Syafi.

"Saya manggilnya Ayah aja, boleh gak?"

"Apa saja," ucap Pak Said.

"Tadi mau minta tolong apaan May?" tanya Syafi.

"Minta tolong, supaya kamu jadi mama sambung bagi Mayfa, adik-adiknya, juga kakak-kakaknya." Pak Said membalas candaan Syafi.

"Ya salam … Ayah gua yang normal ketularan somplak karena dekat ma Lu, padahal baru beberapa menit …." dumel Mayfa.

"Saya jangan di ladenin Ayah, semakin Ayah lawan, saya semakin kumat." Syafi menoleh kearah Mayfa. "Kamu mau bicara apa? Waktu istirahat kita bentar lagi habis." Syafi mengintip jam tangannya.

"Ayah gua mau nginep di sini, jadi gua mau minta tolong sama lu, apa lu mau pinjemin kamar buat Ayah gua? Cuma sementara, pleas …." Wajah Mayfa terlihat sangat serius.

"Jangankan kamar aku, hati dan perasaan aku aja dah aku kasih buat Ayah kamu." Syafi berusaha menahan gelak tawanya.

"Ya Salam …." Rasanya Mayfa ingin sekali melempar Syafi dari puncak gedung tertinggi, berharap bisa normal dan mengurangi rayuan asinnya.

Terpopuler

Comments

Sk Rum

Sk Rum

Ngakak pollll 🤣🤣🤣😆😆😆

2023-06-03

0

Jasmine

Jasmine

somplak ketemu somplak....
nyambung terussss

2022-11-27

0

Ika Purbaningsih

Ika Purbaningsih

hahahaha,,, author pinter bget bikin org ngakak,,, mantap2,,, 👍👍

2022-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Aurelia Syafitri Syafi Pov
2 Bab 2 Sendal Jepit
3 Bab 3 Uhuk
4 Bab 4 Motor Matic
5 Bab 5 Belum Ada Level
6 Bab 6 Thayank ....
7 Bab 7 Calon Madu
8 Bab 8 Kembaran?
9 Bab 9 Jangan ada 'Ah'
10 Bab 10 Aw-Aw
11 Bab 11 Hatiku Masih Terkurung
12 Bab 12 Mandi Madu
13 Bab 13 Menepi
14 Bab 14 Jangan Cemburu
15 Bab 15, Gesit
16 Bab 16, Berarti Bagi Saya
17 Bab 17 Rambut Basah
18 Bab 18, Mengapa Kau Lupakan
19 Bab 19, Ada Gajah Dibalik Batu
20 Bab 20 mengakui Perasaan
21 Bab 21 Sendu
22 Bab 22 Apa Itu Cinta
23 Bab 23 Tergantung Niat
24 Visual bayangan Ala Athor
25 Bab 24 Malu-Malu Sapi
26 Bab 25 Hancur
27 Bab 26 Cengeng
28 Bab 27 Tekad
29 Bab 28 Masih Berduka
30 Bab 29 Bagai Salju
31 Bab 30 Anda Siapa?
32 Bab 31 Doarrr!
33 Bab 32 Selalu Benar
34 Bab 33 Cukup Saya
35 Bab 34 Solusi
36 Bab 35 Kacau
37 Bab 36 Rekan Somplak
38 Bab 37 Maunya Ke Hati kamu
39 Bab 38 Percuma
40 Bab 39 Aku Akan Berubah
41 Bab 40 Apakah Aib?
42 Bab 41 Pelangi
43 Bab 42
44 Bab 43 Tunggu Thayank
45 Bab 44 ice Coffe
46 Bab 45 Kita Sempurnakan
47 Bab 46 Blue
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49 Mematung
51 Bab 50 Kita Selesaikan
52 Bab 51 Kapan Lagi?
53 Bab 52 Enggan
54 Bab 53 Terserah
55 Bab 54 Fiy ... Bangun
56 Bab 55 Masih Bersegel
57 Bab 56 Kenapa?
58 Bab 57 Maju Mundur Cantik
59 Bab 58 Sudah Berakhir
60 Bab 59 Aku Kalah
61 Bab 60 Kakak Menang
62 Bab 61 Amblas
63 Bab 62 Ingat Kamu Siapa?
64 Bab 63 Tidak Jomblo Lagi
65 Bab 64 Siapa Lagi
66 Bab 65 Nenek Sihir
67 Bab 66 Baru Mengetahui
68 Bab 67 Impas
69 Bab 68 Bee
70 Bab 69 BonChap
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73 Mimpi Buruk
75 Bab 74 Sorga Yang Aku Rindukan
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80 Memandang
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85 Aku Dimadu Abang Diracun
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101 Syafi!
103 Bab 102
104 Bab 103 Lega
105 Bab 104
106 Bab 105 Anak Sultan
107 Bab 106 Romi
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110 Flash back 1
112 Bab 111 Flash Back 2
113 Bab 112
114 Promo Karya Baru
115 Bonchap 1
116 Bonchap 2
117 Bonchap 3
118 Bonchap 4
119 Bonchap 5
120 Bonchap 6
121 Bonchap 7
122 Bochap 8
123 Bonchap 9
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Bab 1 Aurelia Syafitri Syafi Pov
2
Bab 2 Sendal Jepit
3
Bab 3 Uhuk
4
Bab 4 Motor Matic
5
Bab 5 Belum Ada Level
6
Bab 6 Thayank ....
7
Bab 7 Calon Madu
8
Bab 8 Kembaran?
9
Bab 9 Jangan ada 'Ah'
10
Bab 10 Aw-Aw
11
Bab 11 Hatiku Masih Terkurung
12
Bab 12 Mandi Madu
13
Bab 13 Menepi
14
Bab 14 Jangan Cemburu
15
Bab 15, Gesit
16
Bab 16, Berarti Bagi Saya
17
Bab 17 Rambut Basah
18
Bab 18, Mengapa Kau Lupakan
19
Bab 19, Ada Gajah Dibalik Batu
20
Bab 20 mengakui Perasaan
21
Bab 21 Sendu
22
Bab 22 Apa Itu Cinta
23
Bab 23 Tergantung Niat
24
Visual bayangan Ala Athor
25
Bab 24 Malu-Malu Sapi
26
Bab 25 Hancur
27
Bab 26 Cengeng
28
Bab 27 Tekad
29
Bab 28 Masih Berduka
30
Bab 29 Bagai Salju
31
Bab 30 Anda Siapa?
32
Bab 31 Doarrr!
33
Bab 32 Selalu Benar
34
Bab 33 Cukup Saya
35
Bab 34 Solusi
36
Bab 35 Kacau
37
Bab 36 Rekan Somplak
38
Bab 37 Maunya Ke Hati kamu
39
Bab 38 Percuma
40
Bab 39 Aku Akan Berubah
41
Bab 40 Apakah Aib?
42
Bab 41 Pelangi
43
Bab 42
44
Bab 43 Tunggu Thayank
45
Bab 44 ice Coffe
46
Bab 45 Kita Sempurnakan
47
Bab 46 Blue
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49 Mematung
51
Bab 50 Kita Selesaikan
52
Bab 51 Kapan Lagi?
53
Bab 52 Enggan
54
Bab 53 Terserah
55
Bab 54 Fiy ... Bangun
56
Bab 55 Masih Bersegel
57
Bab 56 Kenapa?
58
Bab 57 Maju Mundur Cantik
59
Bab 58 Sudah Berakhir
60
Bab 59 Aku Kalah
61
Bab 60 Kakak Menang
62
Bab 61 Amblas
63
Bab 62 Ingat Kamu Siapa?
64
Bab 63 Tidak Jomblo Lagi
65
Bab 64 Siapa Lagi
66
Bab 65 Nenek Sihir
67
Bab 66 Baru Mengetahui
68
Bab 67 Impas
69
Bab 68 Bee
70
Bab 69 BonChap
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73 Mimpi Buruk
75
Bab 74 Sorga Yang Aku Rindukan
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80 Memandang
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85 Aku Dimadu Abang Diracun
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101 Syafi!
103
Bab 102
104
Bab 103 Lega
105
Bab 104
106
Bab 105 Anak Sultan
107
Bab 106 Romi
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110 Flash back 1
112
Bab 111 Flash Back 2
113
Bab 112
114
Promo Karya Baru
115
Bonchap 1
116
Bonchap 2
117
Bonchap 3
118
Bonchap 4
119
Bonchap 5
120
Bonchap 6
121
Bonchap 7
122
Bochap 8
123
Bonchap 9

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!