Tatapan tajam dari saudari Mayfa ter-arah pada Syafi. Tapi tidak bagi Rosalina. Dia hanya tersenyum mendengar ocehan Syafi. Mayfa menatap tajam temannya itu.
“Fiy, mak gua belum tau siapa lo, kalau mak gua perang sama Ayah, auto ku cekik dirimu,” ancam Mayfa.
“Ayah ….” Panggil Rosalina pada suminya. Melihat suaminya melempar senyuman sambil menganggukkan kepalanya, Rosalina sadar kalau wanita yang berada di depannya ini, yang diceritakan suaminya saat menelepon. Teman Mayfa yang unik.
“Akhirnya calon back’up ku sudah datang, ayo masuk sayang ….” Ajak Rosalina.
“WHAT!” Mayfa dan saudarinya kaget melihat tanggapan mama mereka.
Rosalina menggandeng Syafi memasuki rumah, tanpa memerdulikan tatapan tajam anak-anaknya. Begitu juga Ayah mereka, begitu santai sambil mengawasi pelayannya yang menurunkan barang-barang Mayfa dan barang Syafi.
“Enaknya kita apain tu anak?”
“Apain aja, yang penting kita seret dulu ketempat sepi!”
"Setuju! Baru kita mutilasi!"
“Kok bunda gak jambak aja tu anak? Coba kalau aku, ada yang datang ngaku-ngaku kayak tadi, auto ku cekik!”
“Bunda kita orang paling kalem sis, bukan bar-bar.”
Mayfa menghampiri Ayahnya. “ Ayah, kita keliru ajak Syafi ke rumah ini. Cuma hitungan detik Bunda ketemu Syafi, Bunda sudah ketularan ….”
Ayah Mayfa hanya tersenyum. “Sudah ... sana masuk, kamu gak capek? Gak rindu masakkan Bunda?”
Mayfa membuang kasar napasnya. Lebih baik mengumpulkan tenaganya untuk meredam kemarahan adik-adik dan kakaknya.
“Sis … ikut aku.” Mayfa mengajak saudarinya ke kamarnya.
Sedang barang-barang Mayfa dan Syafi sudah di bawa masuk oleh pembantu yang bekerja di rumah Mayfa. Di ruang tamu terlihat Rosalina dan Syafi begitu santai, kadang senyuman menghiasi wajah keduanya. Anak-anak manis itu berlalu begitu saja melewati Syafi yang asyik berbicara dengan Bunda
mereka. Sedang Pak Said langsung bergabung bersama Syafi dan istrinya, dia duduk di samping istrinya.
“Bagaimana tanggapan bunda, kalau bunda tidak tau siapa Syafi?” tanya Pak Said pada istrinya.
“Aduh … bikin jantungan, Ayah ….” Keluh Rosalina.
“Maafin aku ya, tante ….” Sesal Syafi.
“Sudah … santai saja. Terima kasih banyak, selama ini kamu jadi teman Mayfa," ucap Rosalina.
Obrolan santai ketiganya terus berlanjut.
Di kamarnya, Mayfa mulai menjelaskan siapa Syafi pada
saudarinya. Tentang hobi Syafi yang gemar menebar rayuannya yang tak pernah tertuju pada satu orang.
“Owalah … pantas Bunda terlihat santai, apa Bunda sudah tau siapa Syafi?”
“Sepertinya sudah tau, lihat aja, Bunda santai gitu.”
“Ya sudah … kalau begitu kita gabung sama tamu kita.”
Akhirnya, rencana penyiksaan buat tamu mereka, yang mengaku sebagai calon ibutiri mereka, gagal. Mereka semua segera turun untuk berkenalan dengan teman baru saudari mereka.
“Oh bidadari sudah turun dari tangga,” oceh Syafi.
“Salam kenal, aku Eren dan ini saudari kembarku Astri.” Salah satu kakak Mayfa memperkenalkan diri.
“Kembaran? Kok gak mirip?” protes Syafi.
“Jangan protes sama kami, protes sana sama yang ngadon! “ ucap Astri.
Suara tawa lepas dari Rosalina. “Kami punya tiga pasang anak kembar, tapi ketiga pasangnya tidak mirip, mereka punya ciri khas kecantikan masing-masing. Hanya terlahir di saat yang sama saja,” terang Rosalina.
“Aku Nazwa kak, kembarannya kak Shofia, ini kak Shofia.” Jari telunjuk
Nazwa mengarah pada seorang gadis cantik yang mengenakan kerudung persegi bewarna hijau botol.
“Hai kak ….” Sapanya.
“Nah kalau yang itu, Marcelina, kembarannya Mayfa,” terang Eren.
Setelah tau siapa Syafi, semuanya malah asyik bercanda.
Hangatnya kebersamaan bersama keluarga cemara ini, membuat
Syafi lupa akan tujuannya datang ke Banjarmasin. Tanpa dia sadari ponselnya saja sejak seminggu yang lalu habis batrai. Sehingga pamannya tidak bisa menghubunginya.
Bercanda dan bercerita banyak hal dengan saudari Mayfa membuat
Syafi larut dalam kebersamaan ini. Pagi-pagi, Pak Said dan Istri sudah rapi.
“Mau kemana Ayah?” tanya Mayfa.
“Mau ke Bandara, menjemput saudari yang pulang umrah hari ini,” terang Pak Said.
“Astaghfirullah hal a’dziim ….” Rengek Syafi.
“Ada apa Fiy?” Mayfa kaget melihat expresi Syafi.
“Hari ini tanggal berapa?” Wajah Syafi terlihat begitu cemas.
Mayfa menyebutkan tanggal dan bulan hari ini. Hal itu semakin membuat Syafi terlihat stress.
“Jangan bilang lu telat!” Mayfa ikutan panik.
“Huss! Enak saja. Bukan telat … tapi harusnya aku sudah pulang ke rumah paman 4 hari yang lalu, lu sih jadi anak somplak abis, bikin aku lupa sama paman. Belum lagi, hari ini calon suami aku UFO nya mendarat di Bandara hari ini ….” Keluh Syafi.
“Jadi lo serius bakal nikah?” Mayfa mengira itu gurauan Syafi saja.
“Cariin gua taksi ….” rengek Syafi.
“Gak perlu, aku aja yang antar kamu, gini-gini aku bisa kok nyetir mobil, sudah punya SIM juga, aman ….”
“Kak Syafi pulang hari ini ya?” Kekecewaan terlihat di wajah Nazwa.
“Iya Naz, kakak bentar lagi nikah, jangan lupa nanti datang ya ….”
Pak Said dan istri berangkat menuju Bandara, sedang Mayfa bersiap mengantar Syafi ke rumah pamannya.
Pak Ardhin dan bu Kamal sangat cemas, hingga hari ini Syafi belum juga Kembali, padahal hari ini Dirga dan Arnaff akan datang.
“kaya apa ngini bah … si Aul kada bulik-bulik jua …,”
[Bagaimana ini bah, si Aul sampai sekarang belum pulang juga]
Aul nama panggilan kesayangan buat keponakan mereka. Ardhin pun
sangat cemas. Mengingat pribadi Aul yang sedikit kurang waras, ralat sedikit bar-bar.
“Assalamu’alaikum, makkk!” Teriakkan cempreng itu bagaikan salju yang mendinginkan hati Ardhin dan istri.
“Akhirnya … tuh anak pulang bah ….”
Ardhin dan sang istri berlari menyambut bidadari mereka yang
seminggu ini mereka nanti.
“Kenapa baru pulang sekarang?” omel Kamal.
“Wa’alaikumsalam ,” jawab Ardhin.
“Hilih … mak bukannya jawab salam, malah omelin aku,” protes Syafi.
“Kamu juga bikin kami takut Bagaimana kalau penyakit jantung paman abah kumat karena ketakutan?” protes Ardhin.
“Maaf Abah …,” Syafi langsung memeluk paman dan bibinya yang
biasa dia panggil Abah-mama.
“Kenalkan, bah, ini teman aku, Namanya Mayfa. Dia tinggal gak jauh dari sini, seminggu ini aku di sekap di rumah dia, dia ter obsesi mau jadiin aku mamak tirinya, bah. Ogah aku punya anak sambung 6 digit,” canda Syafi.
“Yang ada lo tiap waktu gombalin Ayah gua!” protes Mayfa.
“Whoy … Neneng Anjarwati, pulang!” teriak tetangga Ardhin.
“Ini Dewi persik cil … bukan Neneng Anjarwati,” protes Syafi.
“Sudah-sudah … ayok masuk dulu.” Kamal memandang kearah Mayfa. “Ayo May … masuk ke gubuk kami,” ajak kamal.”
“Ah bibi … jangan gitu, rumah saya juga gubuk bi ….”Mayfa tersenyum.
“Bohong mak … rumahnya besar, makanya aku teriak tetangga sekitar gak dengar,” protes Syafi.
“Hilih ….” Ujar Mayfa.
Syafi berjalan mendekati pamannya, memeluk Ardhin dari belakang. “Paman Abah ….” Rengeknya.
“Hemm ….” Hanya deheman yang terdengar dari Ardhin.
“Cinta karena cinta, tak perlu kau tanyakan, tanpa alasan cinta datang dan bertahta … cinta karena cinta, jangan tanyakan mengapa, tak bisa jelaskan karena hati ini telah bicara.” Nyanyian Syafi.
“Belum sembuh rupanya demam konser ni anak,” gerutu Kamal.
“Perasaan gak pernah sembuh, kalau di Barabai, dia lebih parah bi, nyanyi lagu 5 menit lagi, ah ah ahh-nya bikin lutut lawan jenis yang dengar gemetaran, loss doll!" terang Mayfa.
“Apa?!” Menatap tajam Syafi dengan tatapan tajam yang sulit di artikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Yanti Yuli Anti
suka banget cerita nya...bikin hidup suasana
2025-03-02
0
neng aya
🤗
2023-01-16
0
Jasmine
meskipun aku ketinggalan dari karya2 author tp aku akan baca semua hasil karyamu thor 1/1
2022-11-27
0