BAB 4

"Kamu nggak papa kan?" Tanya Bima.

"Terima kasih pak. Saya nggap papa" Jawab Bunga.

Bisma berjalan mendahului Bunga dan Bima. Bunga yang melihat atasan nya berjalan lebih dulu. Dia mulai mengikuti Bisma masuk ke dalam lift. Dia sedikit berlari mengejar Bisma sengan menahan sakit pada kakinya.

Di dalam lift hanya ada Bisma dan Bunga. Namun tidak ada pembicaraan antara mereka berdua. Sedangkan Bima tertinggal di lantai bawah karena saat akan masuk ke dalam lift. Pintu lift sudah tertutup kembali.

Bunga mencuri pandang ke arah Bisma. Namun Bisma tidak perduli dengan Bunga dia tetap melihat ke arah pintu lift.

"Tangan bapak berdarah?" Tanya Bunga yang khawatir karena melihat darah Bisma yang menetes di lantai.

" Bukan urusan elo" Jawab Bisma cetus.

Bisma keluar dari lift lalu menuju ke ruangan nya. Dia mengambil sapu tangan milik nya dan mengelap darah yang ada di tangan nya dengan kasar.

"Kenapa gue bisa begitu marah nya saat melihat mereka bersama" Guman Bisma dalam hati dengan terus mengelap darah yang ada di tangan nya.

Bunga menarik tangan Bisma dan membawanya duduk di sofa.

"Jangan di bersihkan dengan itu. Tunggu sebentar saya ambil air dulu" Ucap Bunga.

Bisma yang awal nya marah entah kenapa saat di perhatikan oleh Bunga hati nya mulai tenang.

Bisma menuruti Bunga dengan senyuman yang mulai merekah kembali pada wajah nya. Dia hanya melihat Bunga yang kini telah kembali dengan membawa air di mangkuk kecil.

"Saya bersihkan dulu pakai air bersih. Setelah itu baru di kasih obat dan perban" Ucap Bunga.

"Terserah elo" Ucap Bisma cuek.

"Iya saya tau" Jawab Bunga tak kalah cuek.

Bunga membersihkan luka Bisma dengan teliti. Bisma terus menatap wajah Bunga tanpa mereka sadari Bima melihat semua kejadian tadi.

"Kenapa hati ku sakit melihat dia perhatian dengan Bisma. Apa aku beneran suka dengan Bunga?" Guman Bima dalam hati.

Bima mengurungkan niat nya untuk masuk ke dalam ruangan Bisma. Karena dia takut kalau hati nya akan semakin sakit.

"Lebih baik aku pergi. Aku tidak mau tersakiti terus jika harus di sini" Imbuh Bima.

Bima berbalik lalu masuk ke dalam lift kembali. Dia akan kembali ke kantor nya. Karena tujuan dia ke kantor Bisma hanya ingin melihat Bunga.

Di dalam ruangan Bisma

" Selesai" Ucap Bunga yang tersenyum puas.

"Buatin gue kopi" Pinta Bisma.

Bunga membuatkan kopi untuk Bisma. Dia membawa kopi yang dia buat ke Bisma.

"Silahkan pak" Ucap Bunga.

"Terlalu manis. Buat lagi" Pinta Bisma.

Bunga kembali membuatkan kopi untuk Bisma.

"Silahkan pak" Ucap Bunga.

"Terlalu pahit. Buat lagi" Pinta Bisma.

Bisma memang sengaja mengerjai Bunga karena entah kenapa hatinya panas ketika melihat Bima menolong Bunga tadi.

"SILAHKAN PAK" Ucap Bunga yang menekan kata kata nya.

"Terlalu kental. Buat lagi" Suruh Bisma.

Denga rasa jengkel Bunga kembali membuatkan kopi untuk Bisma dan membawanya kembali pada Bisma.

Bunga menaruh kopi tersebut di meja dengan sedikit keras hingga sedikit kopi tersebut tumpah.

Bisma mengambil kopi tersebut lalu meminum nya.

"Enak. Tapi sifat elo yang bikin nggak enak" Ucap Bisma menaruh kembali cangkir kopi nya di meja.

Bisma berjalan ke arah meja kerja nya. Bunga yang merasa jengkel mengayunkan tangan nya dengan gerakan ingin memukul Bisma.

Namun apes nya Bunga. Bisma berbalik dan mdlihat Bunga mengayunkan tangan nya.

Dengan cepat Bunga pura pura menggaruk kepalanya.

"Gue tau kalau elo mengumpat gue" Ucap Bisma

"Enggak pak mana berani saya melakukan itu" Jawab Bunga yang cengengesan di depan Bisma.

Bima menghubungi Arthur menggunakan terfon kantor.

"Ke ruangan gue sekarang" Pinta Bisma.

"Baik kak" Jawab Arthur

Arthur keluar dari ruangan nya dan menuju ke ruangan Bisma.

"Ada apa kak?" Tanya Arthur.

"Siapin meja kerja untuk Bunga di sudut ruangn ini" Pinta Bisma.

"Baik kak" Jawab Arthur.

Bisma mengibaskan tangan nya menyuruh Arthur keluar dari ruangan nya.

Setelah Arthur keluar. Bisma memanggil Bunga.

"Kemari" Pinta Bisma.

Bunga berjalan dan berhenti di depan meja kerja Bisma.

"Kemari" Pinta Bisma.

Bunga berputar dan kini berhadapan dengan Bisma.

Bisma menarik tangan Bunga dan itu membuat Bunga terduduk di pangkuan Bisma.

"Pak apa yang anda lakukan ini di kantor. Kalau ada yang masuk akan bahaya. Mereka akan berfikir macam macam tentang saya." Ucap Bunga yang mencoba melepaskan dirinya.

"Gue nggak peduli. Itu urusan mereka kalau mau berfikir tentang apa yang mereka lihat" Ucap Bisma

Bisma tidak menghiraukan ucapan Bunga. Dia menyingkirkan rambut Bunga dan menciumi leher Bunga.

"Apa yang anda lakukan pak. Lepaskan saya" Pinta Bunga.

Namun Bisma tidak perduli dengan ucapan Bunga. Dia terus melakukan nya pada Bunga.

"Diam" Ucap Bisma tegas. Namun Bunga tetap tidak mau diam seperti apa yang dia perintahkan.

Adam yang baru saja sampai di depan ruangn Bisma langsung membuka pintu ruangan Bisma tanpa mengetuk pintu.

"BISMA WIJAYA. Apa yang telah kamu lalukan?" Teriak Adam

"Ayah" Panggil Bisma

Bisma yang melihat ayah nya di depan pintu. Dia berdiri bersamaan dengan Bunga yang juga terkejut. Bunga merapikan kembali bajunya yang berantakan karena ulah Bisma.

Adam berjalan menghampiri Bisma lalu menampar Bisma dengan keras hingga bisma terjatuh ke lantai dan ada darah di sudut bibir nya.

"Pak Bisma" Teriak Bunga yang terkejut melihat Bisma terjatuh ke lantai karena tamparan dari Adam.

Bunga ingin membanyu Bisma berdiri namun tangan nya di cekal oleh Adam. Adam terus memegangi tangan Bunga dengan erat.

"Apa ini yang kamu sebut kerja?" Marah Adam ke Bisma.

"Ayah aku bisa jelaskan semuanya ke ayah. Ayah salah faham" Jelas Bisma.

"Jelas kan apa? Ayah sudah melihat semuanya" Ucap Adam.

"Apa begini cara kamu memperlakukan seorang wanita?" Tanya Adam yang sangat marah.

"Ayah bukan maksud ku untuk melecehkan Bunga." Jelas Bisma.

"Ayah tidak mau tau. Nikahi dia" Pinta Adam yang sudah melepaskan tangan nya dari Bunga.

"Apa menikah?" Tanya Bunga dan Bisma bersamaan.

"Iya menikah. Kalian sudah berbuat terlalu jauh. Dan kalian harus menikah" Pinta Adam.

Adam melakukan hal ini karena dia tidak ingin kejadian dirinya dan Adel akan terulang kembali pada Bisma.

"Tapi pak saya....." Ucapan Bunga terputus oleh tatapan tajam dari Adam.

"Ayah. Aku belum siap untuk menikah" Ucap Bisma.

"Jika kamu tidak menikahi dia. Maka ayah yang akan turun tangan" Ancam Adam.

Bisma yang tidak bisa menolak keinginan ayah nya hanya mengangguk lemah. Sedangkan Bunga hanya pasrah karena dia takut kalau terjadi hal buruk pada dirinya apa lagi pada mamah nya.

Adam keluar dari ruangan Bisma dengan keadaan marah. Bisma melihat ke arah Bunga yang masih berdiri dan tertunduk.

Bisma menghampiri Bunga dan menggiring Bunga untuk duduk di kursi kebesaran nya. Bisma jongkok di depan Bunga.

# selamat membaca ya kak

# terima kasih banyak

🙏🙏🙏😊😊😊

Terpopuler

Comments

Itha Masyta

Itha Masyta

klo sudah halal kan mlh lbh bgus

2021-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!