"Aku nggak peduli orang mau ngomong apa. Apa pun kata orang aku akan hidup dengan jalanku."
Lintang memerhatikan Langit. Wajah cowok itu tampak serius, tak kocak seperti biasanya. "Ngomong-ngomong kamu belum makan siang, kan?" tanya Langit.
"Sudah tuh," jawab Lintang.
Langit memonyongkan bibirnya kecewa. "Bilang belum dong, Ayah kan ingin makan siang bersamamu," keluh Langit.
"Kamu makan lagi saja deh biar gendutan, ayo mau makan di mana? Biar Ayah yang traktir," kata Langit ceria.
Lintang tak bisa berkata apa-apa. Dia sejujurnya bingung dengan kepribadian Langit yang mudah berubah-ubah. Lintang melirik keluar jendela dan melihat restoran cepat saji tempatnya bekerja dulu. Sebuah rencana busuk pun muncul di kepalanya.
"Ayah, aku mau makan di sana!" Lintang menunjuk restoran cepat saji itu.
Langit melirik tempat yang ditunjuk Lintang dan mengerutkan keningnya.
"Di sana? Memangnya enak?"
"Aku pengennya di sana." Lintang bersih keras.
"Baiklah, kita makan di mana pun yang kamu mau Putriku Sayang." Langit akhirnya menurut.
Langit memarkir mobilnya di tempat parkir restoran cepat saji itu. Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Mantan bos Lintang yang gendut dan botak dan mata duitan langsung menyambut kedatangan mereka karena mereka turun dari mobil mewah. Lintang mencibir dalam hati. Begitulah perilaku bosnya. Suka sekali memandang orang dari sisi materialnnya saja.
"Selamat datang, silahkan duduk." Bos gendut melotot. Matanya menatapt Lintang tak percya. Lintang dalam tampilan yang sangat berbeda. Sangat cantik dan berpakaian bagus, bahkan turun dari mobil mewah.
Lintang tahu bos gendut mengenali dirinya. Senyuman iblisnya pun mengembang. Dia duduk di salah satu kursi tamu. Langit mengikutinya dan duduk di depannya.
"A-anda mau pesan apa, Tuan?" tanya Bos gendut terbata pada Langit.
"Kamu pesan apa, Sayang?" tanya Langit pada Lintang.
Lintang membaca buku daftar menu kemudian memesan sepuluh menu sekaligus. Langit mengerutkan keningnya. "Kok banyak banget, katanya kamu baru makan?"
"Kenapa? Ayah nggak mau membelikanku?" Lintang malah balik bertanya.
"Bukannya begitu, Ayah cuma takut perutmu sakit," jawab Langit.
"Aku masih lapar. Pokoknya aku mau pesan ini semua." Lintang bersikukuh.
Langit tersenyum lalu mengangguk-angguk, dia tidak menyangka Lintang bisa bersikap manja juga. "Iya deh iya, pesan saja sepuasmu," kata Langit menyerah.
"Jadi semua ini pesanannya, Tuan?" tanya Bos gendut mengkonfirmasi.
"Aku minta semua pesanan ini di bawakan ke meja ini dalam waktu sepuluh menit, kalau tidak pesanan batal!" tegas Lintang sembari mengembangkan senyuma liciknya.
Si bos gendut tergagap. "Tunggu dulu, Nona. Sepuluh macam pesanan dalam waktu sepuluh menit itu─"
"Kenapa? Bukannya ini restoran cepat saji? Di depan sudah dipajang spanduk besar dapat menyiapkan pesanan dalam waktu kurang dari sepuluh menit, apa itu hanya sekedar tulisan saja?" gertak Lintang dengan nada meninggi.
"I-itu untuk satu pesanan Nona," dalih Si Bos.
Lintang menggebrak meja dengan kesal lalu berteriak dengan suara keras.
"Ternyata restoran ini penipu ya!"
Si Bos gendut tampak panik. Yang ditakutkannya pengunjung lain yang jadi terganggu atau bahkan terpengaruh. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung terlihat pada dahi pria itu. Langit hanya bergeming sembari mengamati Lintang dengan penuh tanya. Untuk apa intnag bersikap seperti ini?
"Bu-bukan begitu, Nona. Anda salah paham, baiklah pesanan Anda akan segera datang dalam sepuluh menit, mohon tunggu sebentar." Si Bos terpaksa menyanggupi sembari mengangguk hormat.
Lintang hanya mencibir sembari membuang muka. Bos gendut tergopoh-gopoh menuju dapur. Lintang tersenyum kecil. Dia tahu bahwa karyawan di restoran ini hanya tinggal satu orang setelah dirinya dipecat. Pasti sekarang mereka kelabakan mengerjakan pesanannya itu.
Lintang mengawasi jam tangannya. Dia berpura-pura memasang ekspresi kesal karena menunggu lama. Setelah melihat waktu sepuluh menit sudah beralu dan makanan yang dipesannya belum datang, senyuman tipis tak dapat disembunyikannya. Langit menangkap senyuman itu. Dia tahu Lintang sengaja.
Ttak lama kemudian Bos Gendut datang sambil membawa nampan berisi satu porsi makanan. "Maaf Nona menunggu lama. Ini pesanannya satu dulu, yang lainya segera datang," kata Bos gendut dengan badan yang bermandikan keringat.
Decit keras terdengar saat Lintang berdiri dari kursinya. Dia menatap mantan bosnya dengan garang sembari berkacak pinggang. "Sudahlah, aku sudah tidak nafsu makan. Ayo kita pulang saja, Ayah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Fitria Dafina
Langit yang hatinya baik apa ngak marah kalo lintang bersikap begitu yaa 🤔🤔🤔
2021-11-05
0
hmd
🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡💛💚
2021-09-25
0
Fitria Dafina
Kejaaamm 🤣🤣🤣🤣🤣 Rasain bos gentong..
2021-03-31
0