"Bayar sekarang!" bentak Preman-preman itu.
"Sa-saya tidak punya uang," Lintang terbata.
"Kalau begitu bayar saja dengan tubuhmu!" Preman itu merengkuh Lintang. Lintang menjerit minta tolong.
"Percuma saja! Tidak akan ada yang menolongmu, Nona!" kata Preman itu sambil tertawa.
Lintang berupaya sekuat tenaga melepaskan diri. Dia hanya seorang gadis biasa sementara ketiga preman itu berbadan besar dan kuat. Tapi Lintang tidak ingin menyerah, dia menggigit jari sang preman yang membungkam mulutnya.
Saat Preman itu kesakitan karena, Lintang menendang ************ Preman itu dengan keras. Preman itu pun mengelung kesakitan. Lintang berhasil meloloskan diri dan berlari menjauh. Preman itu mengeluh kesakitan sementara dua Preman lainnya memandanginya dengan prihatin.
"Bos, tidak apa-apa?"
"Bodoh! Cepat kejar dia!" teriak si Preman yang sepertinya merupakan bos bagi kedua preman lainnya. Kedua Preman itu pun mengejar Lintang.
Lintang berlari sekuat tenaga. Lintang bersembunyi di balik dinding bersekat di deretan telepon umum koin yang ada di Jalan Gubernur Suryo yang lusuh. Beberapa poster caleg tertempel di sekitar dinding itu. ada banyak pula grafiti ulang tangan-tangan iseng. Lintang berjongkok di balik tembok. Dia berharap dua Preman itu tidak melihatnya.
"Ibu tolong ... tolong aku," rintih Lintang.
Akhirnya Lintang pun menangis dalam ketakutan. Dia melanggar janjinya pada ibunya untuk hidup bahagia setelah ibunya tiada. Siapa? Siapa yang bisa menolongnya sekarang? Siapa? Ya Tuhan... tolong kirimkan, kirimkan aku malaikatmu... isak Lintang dalam hati.
Tiba-tiba Lintang teringat akan kejadian seminggu lalu saat pemakaman ibunya. Dia ingat dengan Bos ibunya, Langit Kresna Riyadi yang memberinya kartu nama.
"Aku rekan kerja ibumu, jika kau butuh bantuan atau dalam kesulitan hubungi aku."
Lintang merogoh sakunya, baju yang dikenakannya sekarang adalah baju yang sama dengan baju yang dipakainya hari itu, dan kartu nama itu ada di dalam sakunya. Benda itu sudah mengkerut karena tercuci. Lintang mendesis karena beberapa tulisan sudah tidak bisa dibaca lagi. Untungnya ada satu nomor ponsel yang masih terbaca dengan jelas.
Lintang melirik telepon umum koin yang ada di belakangnya. Apa benda prasejarah ini masih bisa dipakai? Pikir Lintang. Lintang sadar bahwa dia juga tak mempunyai uang sepeser pun sekalipun telepon umum koin itu masih berfungsi.
Mata Lintang melihat sebuah uang logam 500 rupiah yang tergeletak di pojok box telepon. Lintang meraih uang itu, dengan tangan gemetar dia memasukannya ke lubang masuknya koin di telepon umum dan mulai memencet tombol sesuai dengan nomor yang tertera di kartu nama. Nada dering pun terdengar dari gagang telepon umum yang di genggamnya, tak lama kemudian terdengar suara lembut seorang pria.
"Hallo?"
"Saya Lintang, tolong saya─"
Tenggorokan Lintang tercekat, Lintang tidak bisa melanjutkan perkataannya. Di depan matanya salaha seorang preman yang mengejarnya memergokinya. Pria itu menyeringai pada Lintang.
Lintang berlari pergi, dia menjatuhkan begitu saja gagang telepon umum koin tersebut. Dia berlari sekuat tenaga melewati jalan raya. Tak peduli lampu hijau masih menyala sehingga beberapa kendaraan mengerem mendadak dan mengumpatinya. Tepat di seberag jalan ternyata preman yang lain telah menghadangnya.
Lintang hendak berlari ke arah lain tapi ternyata di sana juga ada Preman yang menghadangnya. Lintang mundur ke belakang, kakinya terantuk batu sehingga dia tersandung. Lintang berusaha bangkit tapi kakinya sakit dan sama sekali tidak bisa di gerakan.
Ketiga preman mengepungnya dari tiga penjuru dan mendekatinya. Lintang mengesot sekuat tenanga untuk kabur tapi tentu saja usahanya sia-sia. Salah tau Preman akhirnya mendekatinya dan mencekal tangannya.
"TIDAK!" teriak Lintang putus asa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
hmd
🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡💚
2021-09-24
0
Nyonyaprayandie
akhirnya ada novel letak nya di surabaya 😁
2021-03-24
2
Helni mutiara
lanjut tor..👍👍
2021-01-07
1