Jantung Lintang berdegup cepat. Hanya dalam sehari dia mengalami metamorfosis yang luar biasa. Dari gadis miskin menjadi putri seorang pengusaha kaya. Siapa yang akan percaya?
Hatinya belum siap. Bagaimana dia bisa bergaul dengan orang-orang kalangan atas yang bersekolah di sini? Apa seleranya dan mereka akan sama?
Lintang melangkah menuju kelasnya, kelas X IPA 5, sesuai infomasi dari Langit. Dengan canggung dia memasuki kelas yang sudah setengah penuh.
Anak-anak yang awalnya sibuk mengobrol memandanginya penuh tanya. Wajar saja sih, kurikulum sudah dimulai seminggu seharusnya anak-anak sekelas sudah cukup akrab satu sama lain. Pasti mereka bingung karena ada wajah asing di kelas mereka.
Berusaha tidak menarik perhatian, Lintang memilih tempat duduk di pojok kelas yang kosong. Seorang anak perempuan duduk sendirian di sana. Cewek berambut pendek dengan jepit rambut bergambar strawberry yang manis.
"Maaf apa bangku ini kosong?" tanya Lintang. Gadis yang tengah memainkan ponselnya itu memandangi Lintang sejenak lalu mengangguk.
"Boleh aku duduk di sini?"
"Silakan."
Lintang meletakkan tasnya di atas meja lalu duduk di bangku tersebut. Dia tersenyum pada teman sebangkunya sembari mengulurkan tangan.
"Kenalkan, aku Lintang."
"Oh, aku Vina," kata gadis itu tersenyum ramah.
***
Rapat direksi di Sekar Langit berlangsung dengan lancar. Presentasi dari Langit berhasil menyakinkan seluruh direksi untuk menyetujui rencananya. Setelah rapat selesai, Langit mulai fokus perencanaan lauching produk baru. Langit mengadakan rapat internal berdua di ruang kerjanya bersama Awan, sang desainer yang menggagas produk baru mereka.
"Jadi menurut hasil rapat direksi tadi hampir sebagain besar menyetujui rancanganmu, tetapi mungkin kamu bisa mengurangi bagaian payet di leher ini untuk menghindari kesan terlalu ramai," jelas Langit pada Awan.
Awan mengangguk-angguk mengerti. "Baiklah, masih ada lagi?" tanya Awan.
"Aku rasa cukup sekarang aku tinggal menyerahkannya konsep acaranya pada direktur operasional."
Awan melenggut lagi. Dia lalu menghapus beberapa hiasan payet pada gambar desainnya. Langit mengawasi saudaranya itu penuh perhatian.
"Bagaimana pendapatmu tentang Lintang?" Langit mengubah topik pembicaraan.
Awan mengangkat wajahnya lalu tersenyum. "Dia manis, aku suka!" jawab Awan. "Aku sempat was-was kamu akan mengangkat anak nggak tau aturan kayak Guntur!"
"Aku nggak akan ngangkat anak lagi, tiga saja sudah cukup," kata Langit sambil menyengih.
Awan melirik Langit sejenak sembari memerhatikan ekspresi saudaranya itu. "Daripada ngangkat anak lagi bukannya lebih baik kamu cari istri saja?"
Langit mendengus. "Ogah! Sudah kubilang, kan? Aku nggak mau menikah. Aku nggak suka hubungan keluarga yang rapuh seperti suami istri."
"Kenapa?" tanya Awan penasaran.
"Suami istri itu bisa bercerai, kan? Kalau sudah bercerai akan jadi orang lain, tapi beda kalau hubungan anak, ayah dan saudara. Mantan istri, mantan suami ada, tapi mantan ayah mantan anak, mantan saudara nggak ada, kan?" jelas Langit berdiplomasi sembari mengembangkan senyum.
Awan hanya menghela napas panjang. Dia sama sekali tak mengerti jalan pikiran sahabat baiknya yang rada unik itu.
"Ngomong-ngomong kamu sadar nggak sih? Kayaknya ada masalah antara Guntur dengan Lintang. Auranya agak gimana gitu, kenapa ya?" Langit lagi-lagi mengalihkan pembicaraan. Dia selalu begitu jika dia beri nasihat untuk melangsungkan pernikahan.
Awan merenung dalam hati. Apa mungkin pernah memiliki pengalaman buruk dengan lawan jenis hingga akhirnya enggan menikah?
"Kalau dia sih selalu punya masalah sama semua orang!" cibir Awan sengit. Langit hanya menyengih. Sudah pasti salah meminta tanggapan pada Awan tentang Guntur. Entah apa yang membuat dua orang itu benar-benar saling benci.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
hmd
💚💚💚💚💚💚💚💚💛
2021-09-25
0
Fitria Dafina
Fake Family, ternyata hampir smua irg drmh itu ngk punya hubungan darah yaa 🤔🤔🤔
2021-03-31
0
siti musyarofah
waduh, q ojir awan sm langit itu sdr beneran ....
2021-01-07
1