Lintang menatap semua barang bawaannya itu ke dalam kopernya. Lintang berhenti saat melihat piguranya yang berisi foto ibunya dan dirinya di atas tanah. Kaca pigura itu pecah. Lintang menyentuh kaca itu pigura itu. Hatinya juga ikut pecah karenanya. Lintang menggeleng dan menarik napas panjang saat air matanyanya hampir jatuh. Dia ingin segera pergi dari tempat itu.
Setelah selesai membereskan seluruh barangnya, Lintang melangkah gontai sambil menyeret kopernya. Dia tidak tahu harus pergi ke mana sekarang. Tak ada tempat yang dapat ditujunya dan langit sudah semakin gelap.
Lintang memegangi perutnya yang terasa lapar. Tak ada sepeser pun uang di saku bajunya. Uang lima ribu terakhirnya pun telah ambil oleh mantan ibu kosnya.
Lintang akhirnya berhenti di sekitar Taman Apsari. Ada banyak orang berlalu lalang. Muda-mudi tampak bercengkrama menikmati taman yang asri tersebut.
Lintang memilih duduk di salah satu bangku taman, di samping seorang pria yang tengah memakan sebungkus burger dengan lahap. Lintang memandanginya dengan penuh minat. Perut Lintang berteriak-teriak minta diisi, tapi apa daya Lintang tak punya uang. Lintang mendesah lalu mengalihkan padangannya pada air mancur. Lebih baik dia pikirkan dulu dia akan tidur di mana malam ini.
Ponsel si pria yang duduk di samping Lintang berdering. Pria itu meletakkan burgernya di samping Lintang sehingga aroma makanan itu sampai ke hidung Lintang. Lintang menelan ludahnya, menahan rasa laparnya.
"Hallo? Oh ya, benarkah? Sekarang? Baiklah, aku segera ke sana!" seru pria itu girang. Dia memasukkan ponselnya saku dan melemparkan burger yang baru digigitnya sekali itu ke dalam tong sampah. Dia bangkit lalu berjalan pergi.
Lintang tertegun melihat adegan itu. Lintang menoleh kenan dan ke kiri dengan was-was, mengawasi gerak-gerik orang yang berada di sekitarnya. Setelah yakin tidak ada orang yang memerhatikan, secepat kilat Lintang menghampiri tong sampah dan mengambil burger itu.
Lintang meringis seperti anak kecil yang diberi permen. Lintang kembali duduk di bangku taman dan memakan burger itu dengan lahab. Dia benar-benar kelaparan karena seharian sudah tidak makan.
Lintang tidak pernah menyangka dirinya akan melakukan hal seperti ini, mengambil makanan yang telah dibuang ke tempat sampah untuk di makan lagi. Mata Lintang mulai berkaca-kaca. Lintang menggeleng-geleng dan mengibas-ngibaskan tangannya ke mata agar air matanya mengering sebelum sempat menetes.
Lintang sudah berjanji di makam ibunya dia tidak akan menangis. Dia sudah berjanji akan menjadi kuat. Ibunya tidak akan senang kalau melihatnya menangis seperti ini. Dia harus kuat! Dia harus kuat! Lintang menghabiskan sisa burgernya dengan lahap, namun perutnya masih sangat lapar.
"Hei, Kamu Lintang Nurmawati, kan?"
Sebuah suara mengejutkan Lintang. Lintang menoleh ke asal suara. Tiga orang preman berbadan besar berdiri di belakangnya sambil menyeringai.
"Siapa ?" tanya Lintang sembari mengerutkan keningnya. Dia tak merasa pernah mengenal orang-orang itu. Bagaimana mereka bisa tahu nama lengkapnya?
"Ibumu berhutang lima puluh juta pada kami. Kami datang untuk menagihnya," kata preman yang berdiri di tengah dengan cengiran kejam.
Lintang tersentak. Ibunya berhutang sebanyak itu? Lintang baru dengar sekarang. "Bohong! Tidak mungkin ibuku berhutang sebanyak itu!" sanggah Lintang.
Preman itu melemparkan selembar kertas ke tangan Lintang. Lintang membacanya dengan saksama. Kertas itu berisi surat hutang sebesar dua puluh juta, tapi karena bunga utangnya sudah membengkak jadi lima puluh juta. Tanda tangan ibunya tertera di sana. Tangan Lintang gemetar menggenggam kertas itu. Dia menengadah dengan takut-takut, memandang ketiga preman dengan tampang begis di depannya.
"Bayar sekarang!" bentak Preman-preman itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
hmd
💚💚💚💚💚💚🧡
2021-09-24
0
Desilia Chisfia Lina
kasihan lintang sudah jatuh tertimpa tangga lagi
2021-01-13
0
Helni mutiara
👍👍👍
2021-01-07
0