Lintang terperanjat ketika bangun di pagi hari. Dia berada dalam sebuah kamar mewah, bak putri raja. Lintang masih belum percaya bahwa semua hal yang dialaminya semalam itu bukan mimpi.
Masih dengan mengenakan piayama, Lintang keluar dari kamar. Dia di sambut pemandangan indah dari kolam renang. Langit masih gelap.
Lintang menuruni tangga dan mendapati Langit yang sudah asyik memasak sambil menyanyi dengan riang gembira. Lintang menghampirinya melihat jam dinding di dapur yang menunjukan pukul empat pagi.
"Sudah bangun?" sapa Langit sambil tersenyum saat menyadari kehadiran Lintang.
"Ehm ... maaf soal kejadian semalam ya. Gara-gara aku jadi muncul keributan besar," kata Lintang.
"Keributan besar? Yang mana ya?" tanya Langit seolah lupa.
"Kemarin itu lho, waktu aku berteriak maling dan kalian jadi menghajar Kak Guntur sehingga Kak Guntur dan Tante bertengkar hebat."
"Oh ... itu sih biasa," tutur Langit sambil mengibaskan tangan. "Guntur dan Awan memang begitu. Kemarin itu hanya keributan kecil, dulu mereka malah hampir saling bunuh sambil bawa golok. Sejak itu Chan-chan jadi trauma kalau lihat keduanya bertengkar."
Hebatnya Langit mengucapkan kalimat itu dengan tersenyum sambil lalu saja. Seolah hal seperti itu memang sudah sangat sering terjadi di rumahnya sehingga Lintang jadi merinding.
"Aku nggak menyangka Tante seperti itu. Saat pertama kali ketemu kupikir Tante orangnya lembut," celoteh Lintang syok. Sejak awal, sebenarnya dia sudah mengagumi kecantikan dan keanggunan Awan.
Langit tertawa kecil mendengarnya. "Masa sih? Yah ... dia memang punya sisi feminim juga."
"Ngomong-ngomong kamu sedang apa?" Lintang mengalihkan pembicaraan.
"Dilihat juga tahu kan? Aku lagi masak."
"He? Kamu masak sendiri? Memangnya nggak ada pembantu?" Lintang tak percaya. Langit terlihat seperti seorang eksekutif muda kelas atas. Rasanya tak mungkin orang semacam itu bisa memasak.
"Seperti yang kamu lihat. Kalau ada nggak mungkin rumah ini berantakan begini, kan? Masih cari sih tapi belum dapat juga. Mencari ART sekarang susah. Orang-orang lebih suka jadi TKI karena gajinya lebih besar. Padahal di sana kerjanya lebih berat, sudah begitu rawan kekerasan dan jauh dari keluarga," keluh Langit panjang lebar. Dan pembicaraan mereka berganti topi pada nasib para TKI di luar negeri yang kurang dimengerti Lintang.
"Boleh kubantu?" tawar Lintang. Langit tersenyum sebagai jawaban.
Lintang membantu Langit memasak. Diluar dugaan Lintang ternyata sama sekali tak bisa masak. Saat menggoreng tempe karena takut Lintang melemparkan tempenya ke wajan sehingga minyak panasnya jadi memercik ke mana-mana. Lintang memberi terlalu banyak garam pada sayur sop buatan Langit dan diakhiri dengan tangan Lintang yang teriris pisau waktu memotong sayuran.
"Sudah, kamu duduk dan lihat saja ya," kata Langit putus asa. Bukannya membantu Lintang hanya merecokinya. Lintang yang sadar dirinya tak berguna pun duduk lemas di kursi meja makan dengan sedih.
"Ternyata kamu ini sama sekali nggak bisa masak ya." Langit mengejek.
"Ibuku belum sempat mengajari," kata Lintang dengan cemberut.
Langit tak berani berkomentar. Takut menyinggung perasaan Lintang.
"Tapi kamu pintar masak ya, padahal cowok, apalagi kamu kaya," puji Lintang.
Langit tertawa kecil. "Aku nggak langsung kaya dari lahir. Dulu aku pernah kerja di restoran jaman masih susah."
"Dulu pernah hidup susah?"
Langit mengangguk. "Waktu seumuran denganmu, orang tuaku meninggal karena kecelakaan. Aku hidup sebatang kara, tapi aku berkerja keras hingga akhirnya jadi seperti sekarang."
Lintang terdiam, dia memandang cowok yang sedang memasak dan memungggunginya itu penuh perhatian. Dia tak menyangka cowok itu pernah mengalami peristiwa seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ririn Savetalyana
keren alur ceritanya
2021-10-21
0
hmd
🧡🧡🧡🧡🧡🧡💚
2021-09-25
0
Fitria Dafina
Seruuuu..
2021-03-31
0