Ep. 19 > Next

Karena penasaran, akhirnya Nona mendongakkan wajahnya sedikit. Dan benar saja, dia pun ikut terkejut ketika melihat jari telunjuk Deon mengarah padanya.

"Apa maksud Tuan?" Kini Nona sudah mendongakkan wajahnya sepenuhnya, dengan mata yang tak kalah terbelalak dari pada Alice. Jelas saja Nona terkejut, mengapa Tuannya ingin menikah dengannya?

"Apa ada yang salah dengan itu?" Tanya Deon, lalu mengarahkan tatapannya kembali ke arah Alice, dan menurunkan tangannya.

"Ch!" Alice tersenyum kecut. "Pertanyaan macam apa itu?" Alice menatap tajam ke arah suami yang sangat dicintainya itu. Mereka tidak pernah bertengkar sebelumnya. Hubungan mereka berjalan baik-baik saja selama ini, tanpa adanya pertengkaran dan mereka hampir tidak pernah punya masalah. Tapi! apa-apaan ini? Tiba-tiba saja, 27 jam yang lalu, suaminya mengirimi dia pesan singkat yang berisi 'Tandatangani surat yang aku titip pada Nona! Ayo kita bercerai!'

"Jadi selama ini, kalian punya hubungan dibelakangku?" Alice kembali bertanya.

"Tidak Nyonya, saya dan Tuan tidak punya hubungan apapun. Tuan, tolong jelaskan pada Nyonya jika yang Anda ucapkan tadi itu tidak benar. Bagaimana mungkin Anda akan menikahi saya?" Ucap Nona bergebu-gebu. Dia begitu panik! Namun, kali ini seakan keberadaannya hanya bayangan. Tak ada yang memperdulikan ucapannya sedari tadi.

Sedangkan Deon, hanya terdiam. Dia berbalik, dan melangkah beberapa langkah menjauh dari Alice.

"Kenapa kau hanya diam, Deon!" Pekik Alice kembali, diiringi tangisannya. Suaranya bahkan seakan memekakkan telinga.

Alice berjalan mendekat, menarik lengan Deon kasar. "Katakan jika semua itu hanya lelucon."

"Aku tidak suka bercanda disaat seperti ini!"

Alice menggeleng tak percaya, perlahan dia melepaskan genggaman tangannya dari lengan Deon. Dunianya benar-benar hancur. Ini seperti mimpi buruk!

Alice berbalik, melangkah mendekati Nona. Lalu menamparnya dua kali.

"Alice hentikan!" Deon bergegas dan menghentikan Alice. Lalu yang terjadi, Alice terduduk lemas dilantai sambil menangis histeris.

"Sebaiknya kau pulang dulu untuk saat ini!" Imbuh Deon pada Nona.

Sedangkan Nona, langsung mengambil langkah dan meninggalkan mereka berdua.

"Bik, aku pulang duluan." Nona melewati Bik Inah yang ternyata sedang berdiri di tangga mengintip keriuhan yang terjadi di lantai dua itu. Namun tak ada yang dapat dilakukannya untuk membantu Nona disana.

Bik Inah hanya mengangguk cepat. Dia tidak sempat menjawab karena Nona sudah berlalu pergi.

***

"Apa yang terjadi pada wanita itu? Mengapa dia justru menamparku? Memangnya apa salahku? Suaminya yang salah, malah aku yang kena gampar!" Nona terus merepet seorang diri, kini dia bukannya sedih namun justru geram dengan perlakuan majikannya itu. Dasar orang-orang aneh!

Nona melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia teringat dengan telpon dari pihak rumah sakit tadi pagi. Akhirnya Nona memutuskan untuk pergi kerumah sakit, mengambil berkas yang dimaksud.

*

*

"Sus, tadi saya menerima panggilan telpon dari pihak rumah sakit. Katanya ada berkas yang harus saya ambil."

"Atas nama siapa?" Tanya suster tersebut dengan ramah.

"Nama saya Nona Vahirra, dan ayah saya, Muklis. Yang dirawat disini sebelumnya"

"Baik, mohon tunggu sebentar."

Nona mengangguk, sembari menunggu. Sesuai perintah suster tersebut.

"Nona.." Selang beberapa saat. Nona yang tadinya sudah duduk di kursi tunggu langsung berdiri dan menghampiri meja resepsionis. "Anda bisa langsung ke poli BTKV."

"Baik.." Nona mengangguk. "Maaf, poli BTKV dimana ya?" Lanjut Nona.

"Anda bisa lurus saja dari sini, nanti naik lift ke lantai 3. Belok kanan, lalu lurus lagi. Poli BTKV tidak jauh dari ruang operasi." Penjelasan suster itu panjang lebar, justru membuat Nona semakin bingung. "Jika Anda bingung, bisa mengikuti arah penunjuk jalan tersebut." Tunjuknya ke arah penunjuk jalan yang tergantung di setiap koridor.

"Oh, baik. Terimkasih." Imbuh Nona, setelah melihat ke arah penunjuk jalan tersebut. Dia berjalan, sesuai yang dikatakan suster tadi. Dan di bantu penunjuk jalan yang akhirnya memudahkan Nona untuk menemukan Poli BTKV.

Nona kembali menghampiri resepsionis yang duduk di meja luar ruang Poli tersebut.

"Maaf-" Imbuh Nona.

"Sebentar ya, Dokter sedang berada diruang operasi." Suster itu langsung menyela.

"Ba-baik.." Nona menoleh ke arah kursi kosong yang disediakan rumah sakit bagi orang-orang yang ingin menunggu. Nona berjalan ke arah kursi tersebut dan menunggu disana.

Nona merogoh ponsel dari saku celananya. Hari ini ponselnya sepi sekali dari pesan dan panggilan dari Anggara. Entah mengapa, tiba-tiba Nona justru merindukan sosok Anggara yang selalu mengganggu hari-harinya itu.

"Apa dia sedang sibuk?" Nona membuka WhatsApp, melihat Anggara online 20 jam yang lalu. Sepertinya dia benar-benar sibuk. Nona kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

^TO BE CONTINUED^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!