Om hary memasukkan aku ke sekolah yang sama dengan si kembar.
Hari ini, hari pertama aku masuk sekolah.
Dan 3 bulan lagi aku akan lulus SMA.
Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap, dan berniat berangkat ke sekolah lebih awal.
"Nona."
Aku sudah sangat hafal dengan suara itu, Om hary. Langkah ku terhenti di halaman depan rumah.
"Iyaa Om."
"Kamu akan di antar Anggara ke sekolah."
"Hah! Ti..tidak perlu om, aku bisa sendiri."
"Sudah jangan membantah. Lagian sekolah mu searah dengan kantor."
Sambil tersenyum ke arahku. Entah apa maksud dari senyuman itu. Dari kejauhan, aku melihat Anggara sedang melangkah menuju ke garasi mobil. Dengan setelan jas serba hitam menambah kesempurnaannya. Sebenci-benci nya aku padanya, tak bisa ku pungkiri jika dia terlahir dengan sangat sempurna. Kaya raya dan ganteng pula.
"Masuk !" Setelah menghentikan mobilnya tepat di sampingku.
Terlihat jelas ekspresi kekesalan di wajahnya. Aku bisa langsung menebak, jika dia hanya terpaksa.
Dan aku juga tidak enak membuat usaha Om Hary yang sepertinya sedang berencana untuk mendekatkan kami ini jadi sia-sia.
Juga dengan sangat terpaksa. Aku masuk kedalam mobil Anggara.
Baru setengah perjalanan Anggara menghentikan mobilnya.
"Turun!"
"Apa?" Aku memastikan, berharap aku salah dengar.
"Aku bilang, TURUN!"
Aku melihat sekeliling. Ini jalanan sepi, akan sulit mendapatkan angkutan umum disini.
Dengan kesal Anggara turun dari mobil. Membukakan pintu mobil untuk ku dan memaksa ku untuk turun dengan kasar.
Aku hampir saja tersungkur jika tidak cepat menyeimbangkan tubuhku.
Tanpa menunggu lama, Anggara kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Meninggalkan aku seorang diri di sana tanpa sedikit pun belas kasihan.
***
Jelas, akhirnya aku terlambat di hari pertama sekolahku.
Namun untung saja aku tidak sekelas dengan si kembar. Aku akan menjadi bahan bully'an oleh mereka jika itu terjadi.
Hari pertama sekolah berjalan lancar tanpa hambatan. Walaupun masih sama seperti di sekolah ku yang dulu. Aku masih menarik diri dari orang-orang. Aku sama sekali tidak berniat untuk berbaur bersama anak-anak yang lain.
Sambil menunggu bus di halte, aku memilih untuk menulis.
"Hai anak baru ?"
Aku menoleh. Seorang cowok yang mengenakan seragam sekolah sama denganku. Lalu aku tersenyum dan mengangguk.
"Kenalin..." Menyodorkan tangannya.
Dengan berat aku balas menyodorkan tangan.
"Dany.."
"Nona."
"Aku ketua kelas mu."
"Benarkah ?"
Dany hanya terkekeh melihat ekspresi ku yang terkejut.
"Maaf aku tidak mengenalimu." Aku menunduk malu.
"Gak apa-apa. Wajar-wajar aja kok, ini kan hari pertama kamu sekolah."
Aku kembali diam. Ya, seperti biasa.
Aku tidak tahu caranya untuk memulai sebuah pertemanan.
"Kamu tinggal dimana ?"
"Hah.." Aku menoleh, aku sempat melamun beberapa saat.
"Jika kamu mau, aku bisa mengantarmu."
"Tidak perlu. Aku bisa naik bus saja."
"Akan lama jika menunggu bus, itu mungkin akan melewatkan jam makan siang mu."
"Tidak apa-apa." Tersenyum lagi. Entah mengapa aku seakan tak bosan-bosannya tersenyum. Ya, begitulah aku.
Dany menyerah.
"Baiklah kalau begitu. Mungkin lain kali." Dia tersenyum manis. "Aku duluan. Bye."
"Bye."
Dany beranjak, aku melepas kepergiannya dengan ikut melambaikan tangan karena reflek dengan apa yang dia lakukan.
Dalam hati aku kebingungan sendiri. Untuk apa aku lakukan hal itu ?
***
Ternyata benar seperti yang dikatakan Dany. Aku akan melewatkan jam makan siang ku. Perutku sudah keroncongan disaat berada di dalam bus. Apalagi dari pagi aku belum makan apapun.
Berulang kali aku melirik ke arah depan. Berharap akan cepat sampai ke rumah. Lebih tepatnya rumah om hary.
Aku turun di halte yang masih cukup jauh dari rumah om hary. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai dengan berjalan kaki.
Langit semakin gelap. Diselimuti mendung yang sedari tadi menemani perjalanan pulang ku.
Perlahan tapi pasti. Hujan mulai turun, semakin lama semakin deras. Membasahi tubuh mungilku yang mulai menggigil.
Dalam perjalanan pulang aku melihat mobil Anggara yang melintas perlahan. Aku yakin dia pasti melihatku. Dan mungkin saja sekarang dia sedang menertawakan aku didalam mobil mewahnya itu.
Tentu saja aku sama sekali tidak berharap tumpangan darinya.
Aku menarik nafas dalam. Lega rasanya karena rumah om hary mulai terlihat. Dan perjalananku tidak akan jauh lagi.
***
Pov Anggara.
Saat pulang dari kantor, aku melihat gadis kampung itu berjalan dalam hujan.
Dasar gadis bodoh. Bukannya berteduh malah terus berjalan dalam hujan.
Entah mengapa aku sangat benci padanya. Ingin sekali aku menendangnya dari rumah.
Sialnya aku tidak bisa berbuat apa-apa karena gadis itu mendapatkan perlindungan dari papa.
Rencana perjodohan itu benar-benar membuat aku semakin sakit kepala
***
Pov Nona.
Aku semakin menggigil kedinginan. Sambil memeluk tubuh ku sendiri, aku melangkah masuk ke rumah om hary melalui pintu belakang. Mengingat tubuhku basah dan pasti itu akan membuat rumah om hary akan kotor.
"Berhenti di sana !"
Suara itu membuat langkahku terhenti.
Anggara berjalan menuju ke arahku. Seperti biasa dengan ekspresi yang selalu terlihat emosi.
Dia memperhatikan tubuhku yang basah kuyup.
"Kamu akan masuk dalam keadaan seperti itu ?" Nada yang cukup membuatku menciut.
"Maafkan aku." Menunduk. Dan melihat air terus menetes dari baju dan rok sekolahku.
Aku langsung menyilang kan tangan di dadaku saat menyadari bra ku terlihat jelas di balik seragam sekolah berwarna putih.
Anggara mendekat, dan berdiri tepat di hadapanku.
"Apa yang kamu tutupi ? Aku bahkan sama sekali tidak tertarik dengan itu. Jangan mengotori rumahku dengan tubuhmu yang kotor itu gadis kampung !"
Aku terduduk di lantai setelah mendapatkan dorongan dari tangan Anggara yang sengaja membuat ku terjatuh.
💮💮💮
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Maliqa Effendy
pakai Strategi lah,Non...klo cuma modal nekad mau bales dendam jatohnya nanti malah jadi yg tersakiti
2023-01-08
0
Any
Kasiaannnnyaaa 🥺
2022-12-04
4