Because Of You

Tanpa memperdulikan Anggara, Nona masuk dan menghadang Dany.

Dany yang melihat Nona berada tepat di hadapannya jadi kebingungan, kenapa Nona berada di tempat seperti ini. Karena menurutnya, seorang Nona tidak akan pergi ke mall besar seperti ini.

"Dia siapa sayang ?" Tanya gadis itu sambil merangkul lengan Dany.

"Di.. Dia.."

"Apa ini kekasihmu ?" Nona bertanya dengan Nada yang cukup lirih.

Dalam keadaan kepergok seperti ini, Dany tak dapat mengelak.

"Tentu saja, memangnya kamu pikir aku serius pacaran dengan gadis kampung seperti kamu ? Lihat saja penampilanmu ini. Mana ada seorang gadis datang ke mall dengan penampilan kampungan seperti kamu ini."

Nona terdiam seribu bahasa. Air mata nya mengalir tanpa bisa ditahannya.

Sedangkan Anggara hanya memperhatikan dari posisi yang tidak disadari Dany. Menurutnya, jika dia datang dan membela Nona. Itu hanya akan membuat Dany melimpahkan kesalahannya kepada Nona karena datang dengan laki-laki lain.

Nona melepaskan cincin yang diberikan oleh Dany dari jari manis nya.

Dan melemparkannya ke arah Dany, setelah itu dia pergi meninggalkan Dany yang masih terus memandang ke arahnya walaupun sudah beranjak menjauh.

Anggara mengikuti Nona yang terlihat sangat kecewa.

"Nona." Anggara menarik tangan Nona untuk menghentikan langkahnya. Lalu berdiri tepat di hadapan Nona.

Melihat air mata yang terus mengalir di wajah manis Nona membuat Anggara ikut terenyuh.

"Ayo ikut aku." Anggara menarik tangan Nona. Sedangkan Nona hanya mengikuti kemana saja Anggara membawanya.

Mereka berakhir di sebuah caffe. Anggara mentraktir Nona es krim dengan ukuran super besar.

"Makan es krim dapat membuatmu mengurangi sedikit rasa sakit hati."

"Tapi tidak dengan es krim sebesar ini juga." Sambil menyeka air mata nya dan masih sesegukan.

"Sudah makan saja." Nona menurut saja, dia menikmati es krim yang di taburi butiran coklat itu. Walaupun sesekali air mata nya tetap mengalir.

"Dasar bodoh. Untuk apa menangisi laki-laki brengsek itu. Di dunia ini masih banyak laki-laki lain.

"Tapi tidak ada yang mau dengan ku."

"Itu menurutmu saja." Ucap Anggara sambil melihat ke arah lain.

"Memangnya siapa yang mau dengan ku, lihat saja penampilanku. Dan aku juga tidak pandai berdandan."

"Hemmm..." Anggara menarik nafas panjang. "Akan aku ajarkan bagaimana caranya balas dendam."

Nona melotot ke arah Anggara "Balas dendam ? Itu yang juga dulu ingin aku lakukan padamu. Tapi tak berhasil." Gumam Nona dalam hati.

"Aku tidak yakin dengan malas dendam."

"Lihat saja nanti." Sambil merebut sendok dari tangan Nona dan ikut memakan es krim.

***

Setelah makan es krim, mereka kembali pulang. Sesampainya di rumah, Anggara langsung bergegas memperbaiki beberapa gagang pintu yang menurutnya harus di ganti, menambahkan slot pengaman pintu agar lebih aman. Dan mengganti lampu dengan watt yang lebih besar.

Setelah lampunya di ganti, Anggara kembali di bingung kan dengan gorden yang ternyata tembus pandang karena lampunya menjadi terlalu terang.

"Kenapa ?" Nona membawa kan teh dingin untuk Anggara, dan heran melihat dia yang kebingungan sambil membolak-balikkan gorden.

"Apa kamu punya gorden lain ?"

Nona menggeleng. Anggara ikut duduk bersama Nona yang sudah menyiapkan teh dan beberapa cemilan.

"Apa kita harus pergi untuk membelinya ?"

"Sudahlah Anggara, sudah cukup."

"Bagaimana kalau ada yang mengintip."

Nona tertawa lepas.

"Apa nya yang lucu !"

"Mana ada yang mau ngintip aku ? Anggara Anggara, ada ada aja kamu."

Setelah meneguk teh nya, Anggara berbaring di lantai.

"Aku akan tidur sebentar."

Nona melirik ke arah jam tangannya. Yang menunjukkan pukul 11:27 malam.

"Apa tidak sebaiknya kamu pulang. Ini sudah hampir larut malam. Pulang dan beristirahat lah di rumah."

"Nona anda sungguh tega." Ucap Anggara tanpa membuka matanya.

Nona mengalah, dan membiarkan Anggara terlelap untuk sementara. Namun, saat menunggu Anggara terbangun Nona justru ikut tertidur.

***

Paginya saat Anggara bangun, Nona sudah berangkat berjualan kue seperti biasa.

Karena ada rapat penting di kantor, akhirnya Anggara buru-buru menuju ke kantor tanpa menunggu Nona pulang.

"Selamat pagi pak." Sekretaris Anggara menyapa dengan ramah.

"Siap kan saya jas."

Anggara langsung masuk keruangan pribadi yang berada didalam ruang kerjanya.

Setelah bersiap, Anggara memulai rapat.

Sepanjang rapat yang di pikir kan Anggara justru Nona. Sampai dia senyum-senyum sendiri dan membuat orang-orang yang sedang mengikuti rapat dengan nya sampai keheranan melihat tingkahnya yang aneh.

"Maaf pak.."

"Pak.."

"Pak Anggara.."

"Iyaa.." Anggara dikagetkan dalam lamunannya.

"Rapatnya sudah selesai."

"Oh baiklah."

Anggara langsung keluar dari ruangan rapat, tanpa menutup atau memberikan komentar apa pun.

Meninggalkan karyawan nya begitu saja di dalam ruangan rapat.

***

Sedangkan dirumahnya, papa dan mama Anggara kembali berdebat.

"Apa gak bisa di batalkan saja pernikahan itu pa."

"Bagaimana mungkin ma. Apa mama lupa, apa yang sudah dilakukan pak muklis untuk kita ?"

"Tapi pa, kan tidak harus dengan menikahkan Anggara dan Nona. Kita juga tidak berjanji untuk menikahkan mereka kan. Pak Muklis hanya menitipkannya pada kita."

Papa Anggara terdiam. Dan kembali berpikir, apa memang harus menikahkan Anggara dan Nona atau tidak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mohon krisannya yaa ✌🙏

Jangan lupa Like dan Vote ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!