NONSENSE

*Pov Author*

Di tempat yang berbeda. Anggara Prasetya, sedang menghambur-hambur kan uangnya untuk gadis yang baru dia kenal sekitar 2 hari yang lalu.

Anggara memberikan dia sebuah kalung perhiasan dan membiarkan gadis itu untuk memilih apa saja yang dia inginkan di mall tempat mereka berbelanja.

Gadis bertubuh ramping dengan busana super seksi itu tanpa sungkan memilih.

"Terimakasih sayang." Ucapnya sambil merangkul manja lengan kekar Anggara.

"Apa sudah cukup ?"

Gadis itu mengangguk dengan semangat.

"Baiklah, aku akan mengantar kamu pulang."

Sebuah kecupan merekah di pipi Anggara. Ucapan terimakasih dari si gadis untuk semua yang sudah diberikan oleh Anggara.

***

Pov Nona.

Disaat Om Hary dan putri kembarnya sedang berdebat antara mengizinkan dan tidak mengizinkan aku untuk tinggal.

"Ada apa ini ?"

Semua terdiam dan semua mata pun tertuju ke arahnya.

"Anggara." Tante Ambar memberi kode untuk ketiga orang itu agar berhenti berdebat.

Aku langsung menoleh untuk melihat sosok yang sedang aku tunggu-tunggu itu. Melihat wajahnya saja amarah ku sudah memuncak sampai ubun-ubun

Membayangkan betapa kesakitan nya Ayahku saat di tabrak oleh pria gila ini.

Dia melangkah dari ruang keluarga menuju ruang makan karena mendengar keributan yang terjadi disini.

"Lihat nih Kak, masa Papa bawa gadis kumuh ini untuk tinggal disini." Rengek salah satu dari putri kembar Om Hary sambil menunjuk ke arahku.

Tatapan Anggara pun mengarah padaku. Dan kini, kami saling bertatap-tatapan untuk seper-detik

Melihatku dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Untuk apa Papa bawa gadis ini tinggal disini ?" Tanya Angga dengan ekspresi heran. Sama sekali tidak mengerti dengan hal konyol yang dilakukan papanya.

"Dia tidak hanya akan tinggal disini saja. Dia juga akan menikah denganmu Anggara." Tante Ambar langsung ke inti permasalahan. Dan tentu saja itu membuat Anggara dan si kembar jadi shock bukan kepalang.

"Mama gak usah becanda deh Ma." Celoteh si kembar yang bernama Nindi.

"Iya ih, gak lucu tau." Sahut Nanda.

"Mama gak becanda Nindi."

"Apa maksudnya ini? Jangan jadikan hidupku sebagai lelucon!" Bentak Anggara dan setelah itu dia berlalu pergi. Begitu juga dengan Nanda dan Nindi yang juga ikut meninggalkan aku, om hary, dan tante ambar di meja makan.

Om hary menatap ke arah ku. Yang akhirnya ku lempari senyum ramah ku. Menandakan aku masih baik-baik saja.

Pertengkaran ini tidak lantas membuat aku ciut untuk tetap membalaskan dendam ku pada Anggara.

Aku begitu percaya diri untuk balas dendam. Dan terlalu cepat berekspektasi kalau aku akan berhasil.

Aku lupa akan jati diriku yang begitu rapuh dan lemah.

Aku tidak sadar dengan siapa aku berhadapan saat ini.

Anggara, si crazy rich yang sombong dan angkuh.

Hidupnya dikelilingi gadis-gadis dan alkohol.

Menjadi satu-satunya pewaris dari Gold Garden Group membuat dia besar kepala dan berprilaku sesukanya.

"Om akan bicara dengan Anggara dulu." Om Hary bangkit dari tempat duduknya. Dan menemui Anggara di kamarnya.

Kini tinggallah aku berdua dengan tante Ambar.

"Apa kamu yakin, mau terima perjodohan ini ?" Tante Ambar membuka pembicaraan.

Aku terdiam, mencoba merangkai kata-kata agar tante Ambar tidak curiga dengan maksud aku masuk ke rumah itu dan mengapa aku menerima perjodohan gila itu.

"Aku gak tahu tante, aku terserah sama kalian gimana baiknya."

Ah bodoh, jawaban macam apa itu. Dasar gadis payah. Aku menunduk dan memaki diriku sendiri didalam hati.

"Anggara orang yang tempramen, dia terlalu dimanja di keluarga ini. Jadi mungkin dia akan berlaku tidak baik padamu jika dia tidak menyukaimu. Apa kamu bisa bertahan dengan itu ?"

Aku hanya tersenyum canggung. Dan mengangguk perlahan.

Didalam hati "Bisakah aku bertahan Ya Tuhan"

Cukup lama pembicaraan antara Anggara dan om hary. Aku begitu was-was dengan apa jawaban dari perdebatan itu. Apakah om hary berhasil meyakinkan Anggara atau tidak. Jika tidak, rencana balas dendam ini akan gagal total.

Rencana balas dendam! Aku bahkan belum menyusun apa-pun untuk itu. Aku tidak tahu dari mana aku harus memulai dan apa yang harus aku lakukan.

Benar-benar gadis bodoh yang lemah.

Hampir satu jam berlalu, om hary kembali menemui ku. Raut wajahnya terlihat serius. Membuat aku ikut tegang jadinya.

"Bagaimana om ?" Aku begitu antusias dengan hasil dari pembicaraan mereka.

"Anggara tidak punya pilihan. Atau dia tidak akan mendapatkan apapun dari om."

"Pa!" Pekik Tante Ambar.

"Papa juga gak boleh terlalu memaksa Anggara, dia juga punya hak untuk memilih." Lanjut tante ambar yang juga sudah mulai emosi.

Namun om hary hanya terdiam lalu pergi meninggalkan kami. Tante ambar pun juga mengikuti langkahnya untuk melanjutkan adu argumen bersama om hary.

Setelah ditinggalkan seorang diri di ruang makan, aku pun memilih untuk masuk ke kamar.

Mulai menyusun apa yang harus aku lakukan.

***

Pov Anggara.

Seperti disambar petir, saat mengetahui kalau orang tua ku menjodohkan aku dengan gadis kampung dan kumuh.

Melihat dia saja sudah membuat aku tidak berselera, mulai dari penampilan hingga wajahnya yang pas-pasan.

Entah apa alasan orangtuaku sampai bisa memiliki pemikiran gila itu.

Yang jelas, sampai kapanpun aku tidak akan sudi menikahi gadis itu.

***

Pov Nona.

Tak lama berselang, seseorang membuka pintu kamar ku tanpa permisi. Dan membantingnya dengan sekuat tenaga. Aku yang baru saja menghempaskan tubuhku di atas ranjang, menjadi terlonjak kaget.

Dan ternyata itu Anggara, orang yang paling aku benci saat ini.

"Sebaiknya kamu angkat kaki dari sini sekarang juga !" Bentaknya tanpa permisi.

Aku hanya terdiam mematung.

"Jangan harap aku mau nikah sama gadis kumuh, dekil, macam kamu. Kamu tahu, kamu cewek terjelek yang pernah aku kenal. Jangan pernah bermimpi kalau aku bakalan sudi nikah sama gadis kampung macam kamu." Lanjut Anggara dengan penuh emosi.

Setelah itu dia berlalu pergi tanpa lupa kembali membanting pintu.

Dan seperti biasa, yang bisa aku lakukan hanya menangis.

Bukankah sudah ku bilang, aku begitu rapuh.

Entah bagaimana caranya aku akan membalas dendam ku pada Anggara. Sedangkan untuk membalas semua makian dan hinaan Anggara saja aku tidak sanggup.

Aku mencoba untuk tetap kekeh dengan pendirian ku. Aku mengabaikan peringatan Anggara yang sudah mengusirku dari rumahnya. Tanpa malu aku tetap berada di rumah itu dengan mengandalkan om hary.

Aku memilih untuk menghabiskan waktu didalam kamar. Aku menolak permintaan Om Hary yang selalu mengajakku makan bersama dengan anggota keluarganya.

Untung Om Hary mengerti dengan kecanggungan yang akan terjadi di meja makan jika aku mengikuti kemauannya. Dan membiarkan aku untuk selalu makan di dapur bersama para pembantunya.

💮💮💮

Terpopuler

Comments

Any

Any

Lanjut ke bab selanjutnya ✈️

2022-12-04

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!