*Pov Nona*
Mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan, membuat aku sedikit bersedih hari ini. Ada rasa yang tidak bisa aku lukiskan. Rasanya ada sesuatu yang membuat dadaku terasa sangat sesak. Selain menangis, apa lagi yang bisa aku lakukan.
Setelah ganti pakaian, dengan cepat aku kembali ke dapur. Berharap ada sesuatu di sana yang bisa aku makan.
Rasa lapar mengalahkan rasa malu ku yang jelas-jelas tidak mendapatkan perlakukan baik dari beberapa orang rumah.
Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan makanan di rumah besar ini. Hanya dengan membuka kulkas saja aku sudah bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan.
***
"Kamu pikir, kamu bisa tinggal disini secara gratis ?" Nanda datang disaat aku sedang menikmati makanan ku.
"Maaf, aku belum makan dari tadi pagi. Jadi.."
"Siapa peduli !"
"Apa kamu ingin aku melakukan sesuatu ?"
"Tentu saja ! Jangan pikir mentang-mentang papa mengizinkanmu untuk tinggal disini dan kamu bisa seenaknya di rumah ini."
"Kamu mau aku .."
"Bersihkan kamar mandi di kamarku."
"Baik."
Dengan cepat aku bergegas. Setelah mencuci piring yang aku gunakan untuk makan, aku langsung menuju kamar Nanda.
Saat aku masuk ke kamarnya, dia sedang membaca majalah di tempat tidur sambil bersantai.
Melihatku yang hanya berdiri tanpa bahasa di ambang pintu kamarnya.
Nanda menunjuk ke arah kamar mandi dengan moncongnya.
Aku melangkah dengan cepat dan masuk kedalam kamar mandi nya.
Dan...
Aaaaaaa... Gubrakkk...
Aku tersungkur dilantai kamar mandi di langkah keduaku.
Terdengar tawa Nanda yang menggelegar. Sepertinya dia sengaja mengerjai ku. Aku bisa melihat sabun cair yang ditumpahkan dilantai kamar mandi.
Aku kesakitan sambil mengusap pinggang dan kakiku yang tekilir. Terbanting dengan cukup keras membuat aku sulit untuk bangun.
Namun, walaupun begitu aku tetap membersihkan kamar mandi Nanda walau harus menahan sakit.
Aku tidak mau dia memarahiku lagi gara-gara aku tidak membersihkan kamar mandinya dan mencari-cari kesalahanku.
Air mata ku terus saja menetes. Padahal aku sudah menahannya sekuat tenagaku.
Aku tidak ingin lagi menjadi gadis cengeng yang lemah.
Ini hidup yang harus aku jalani. Apa pun itu rintangannya, aku tetap harus bertahan.
***
Aku keluar dari kamar Nanda setelah selesai membersihkan kamar mandinya.
Berjalan dengan tertatih-tatih karena menahan kaki yang sakit akibat tekilir.
Dikamar, aku kembali menangis.
Di atas sajadahku.
Aku mengadu.
"Ya Allah, salahkah aku ? Aku hanya ingin membuat orang yang sudah menabrak ayah ku merasa sedikit saja rasa penyesalan. Apa aku salah ?"
Aku tertidur di atas sajadahku.
Tempat paling nyaman bagiku.
***
Aku melewatkan sarapanku lagi hari ini.
Setelah kejadian kemarin, aku sedang tidak mood untuk berjumpa dengan siapa pun penghuni rumah itu.
Menempuh perjalan yang cukup jauh menuju halte dengan kaki yang tekilir benar-benar sebuah perjuangan.
Beruntung aku cukup tangguh dalam hal ini. Berjalan kaki adalah rutinitas yang setiap hari sudah aku lakukan sejak aku kecil.
Aku sampai di depan sekolah pas ketika bel berbunyi. Semua siswa dan siswi yang juga terlambat sudah berlarian menuju kelas. Sayangnya aku tidak bisa melakukan itu. Aku hanya bisa pasrah dan terus berjalan semampuku.
"Biar aku bantu."
Dany, bak seorang penyelamat. Dia datang dan merangkul ku. Membantuku untuk berjalan lebih cepat.
"Terimakasih." Sungguh, baru kali ini ku temukan orang yang mau membantuku.
Dia hanya membalasnya dengan tersenyum.
Semua mata tertuju ke arah kami semenjak kami melangkah memasuki kelas.
Ruangan yang tadinya bising bak pasar ikan tiba-tiba menjadi hening.
Aku langsung melepaskan tangan Dany. Tidak mau menjadi pusat perhatian.
"Aku bisa sendiri."
***
Aku bisa mendengar semua pada berbisik. Walaupun samar-samar terdengar ada nama ku dan juga Dany di sana.
Namun aku memilih untuk tidak memperdulikannya. Aku punya masalah yang lebih besar ketimbang gosip-gosip itu.
Selama jam belajar aku sama sekali tidak fokus. Pikiran ku melayang entah kemana. Ada pertanyaan yang mengganjal di benakku.
Bel istirahat pun berbunyi. Seketika kelas menjadi kosong. Tinggallah aku seorang diri di sana sama seperti hari sebelumnya.
***
Pov Author.
Anggara sedang berpikir bagaimana caranya agar dia bisa membuat Nona membatalkan pernikahan, dan keluar dari rumahnya.
"Sayang, apa baju ini cocok denganku ? Sayang.. Hei sayang, kamu kok ngelamun."
Anggara menoleh ke arah gadis yang baru saja merengek memanggilnya. Saat ini Anggara sedang sibuk dengan pikirannya. Anggara sedang tidak fokus dengan hal lain.
"Ambil saja apa yang kamu suka."
"Hemm baik lah." Dengan penuh kegirangan gadis itu kembali memilih baju lainnya.
Anggara bangkit dari tempat duduknya dan menemui kasir.
"Biarkan gadis itu mengambil apa pun yang dia inginkan. Lalu kirimkan tagihannya padaku."
"Baik tuan."
Anggara memilih untuk pergi ke bar untuk menghilangkan stres nya.
***
Pov Nona.
Bel berbunyi.
Baru saja hendak bangkit dari tempat duduk. Dany sudah muncul di hadapanku.
"Aku akan mengantarkan mu pulang."
"Tidak Dany, terimakasih."
"Lihat kaki mu sudah bengkak. Itu akan semakin parah kalau kamu tetap memaksa untuk jalan kaki."
Kaki ku memang sudah sangat bengkak dan membiru.
"Baiklah kalau begitu."
Dengan sangat terpaksa, aku mengiyakan. Sebenarnya aku sangat tidak suka merepotkan orang lain. Tapi ya mau bagaimana lagi.
Dany mengantarkan ku pulang sampai ke depan rumah.
"Terimakasih banyak Dany, maaf sudah merepotkan."
"It's okey. Besok ke sekolah jam berapa ?"
"Jam 6." Polos !
"Hah ! Kok cepat banget ?"
"Karena aku harus jalan kaki ke halte, jadi harus berangkat lebih cepat."
Dany mengernyitkan keningnya.
"BTW ini beneran rumah kamu ?"
Aku memahami rasa penasaran Dany. Penampilanku tidak sesuai dengan rumah itu.
"Aku numpang di sana. Aku duluan ya."
Aku keluar dari mobil Dany dan masuk kedalam pekarangan rumah.
Entah Dany sudah pergi dari sana atau belum aku tidak lagi menoleh untuk memastikan.
Saat akan masuk kedalam rumah, aku berpas-pasan dengan om hary dan tante ambar.
"Kaki kamu kenapa Nona ?" Sepertinya om hary memperhatikan cara jalanku yang tertatih.
"Emm anu om, aku.. terpeleset di kamar mandi. Dan kayaknya kaki aku tekilir."
"Sudah ke rumah sakit ?"
Aku menggeleng pelan.
"Nanti om akan suruh Anggara untuk mengantar kamu ke rumah sakit. Om dan tante akan berangkat keluar kota selama satu minggu. Kamu baik-baik di rumah ya. Kalau tidak sanggup ke sekolah jangan di paksakan, nanti om akan hubungi kepala sekolah. Istirahatlah di rumah beberapa hari agar lebih cepat sembuh."
"Baik om, terimakasih."
"Jangan buat masalah di rumah ya !" Tante ambar menambahkan.
Mengangguk. Aku melepas kepergian mereka di ambang pintu. Melihat mereka masuk ke mobil dan melaju meninggalkan pekarangan rumah.
Dengan sangat lelah, aku masuk ke kamar dan beristirahat.
💮💮💮
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Any
Teganya Anggara
2022-12-04
4