Seminggu sudah Brian, Wisnu dan pasangan Riella serta Ali berada di perkebunan milik pak Johan.
Tahap renovasi sesuai dengan desain yang pak Johan inginkan sedang berjalan.
Brian, Ali dan Riella harus kembali ke kota untuk mencari dan membawa segala perlengkapan sesuai yang sudah di sepakati dengan pak Johan sekalian konsultasi dengan cucu dan cucu menantu pak Johan, seperti apa desain yang diingatnya oleh mereka untuk kamar keduanya sekaligus kamar anak mereka
Wisnu, disela sela pengawasan pengerjaan proyek yang sedang berlangsung, dia meminta Zahra untuk menemaninya berkeliling perkebunan.
" Nu, kau jangan bermain api, usia pernikahan mu saja baru berbilang detik "
Brian mengingatkan kala Wisnu sudah membuat janji untuk kali yang kedua pada Zahra, kali ini bukan berkeliling di area kebun teh tetapi ke seluruh perkebunan.
" Aku tidak bermain api, hanya berjalan jalan "
" Kenapa harus Zahra ? "
" Dengan siapa lagi ? Dia warga disini, memangnya kau mau menamani aku ? "
" Aku mau menemani mu, ayo ! "
Brian sudah bangkit dari duduknya.
Wisnu berdecak.
" Aku bosan bersama mu terus, dia enak di ajak ngobrol, anaknya ceria "
Dari ujung jalan sudah terlihat Zahra datang menggunakan sepeda motor.
" Nu, kau jangan macam macam, aku rasa kau bahkan belum menyentuh Fifi kan ? "
Brian berucap pelan agar Ali dan Riella yang berada tidak jauh dari keduanya tidak mendengar.
" Sok tahu "
Sembur Wisnu sembari berjalan meninggalkan Brian menyambut Zahra yang sudah menghentikan motornya.
" Siap berangkat ? "
Zahra mengacuhkan dua jempolnya pada Wisnu.
Wisnu segera mengambil alih kemudi motor, Zahra duduk di belakang.
" Pegang pinggang mas Ra ! "
Zahra memukul pelan punggung Wisnu, apa lagi ketika Wisnu menyebut dirinya dengan ' mas ' , Zahra merasa lucu.
Tawa Wisnu berdengar berderai membuat Riella dan Ali melongok ke luar.
Motor yang Wisnu Kendari sudah keluar dari halaman rumah pak Johan.
Ali dan Brian saling menatap tetapi tidak mengucapkan apa apa karena ada Riella bersama mereka.
Malamnya ketika Riella sudah tidur.
Brian, Ali dan Wisnu berkumpul di ruang tamu milik pak Johan.
" Kau dan Ali, kembalilah ! Biar aku yang mengawasi disini " Brian menatap sedikit tajam ke arah kembarannya.
" Biar aku yang tinggal di sini bersama Riella, kalian berdua yang pulang, kalian berdua pasti merindukan istri istri kalian "
Sindir Ali kepada Wisnu.
" Kau dan Brian yang pulang, aku akan tinggal.
Suara derit ranjang setiap malam memekakkan telinga ku, kau bisa melanjutkannya dikamar kalian sendiri "
Wisnu balas mengejek Ali.
Brian menahan tawanya
Wajah Ali memerah tetapi cuma sesaat.
" Apakah kedengaran sampai kamar kalian ? " Tanya Ali bodoh
" Bukan hanya kamar kami, tetapi sampai kamar pak Johan "
Sarkas Brian.
" Li, kau, aku dan istrimu yang akan kembali, biar Wisnu yang tinggal untuk sementara tapi kau jangan macam macam Nu, kau sudah sangat terlambat untuk berbuat nakal.
Jangan sampai ibu mendengar kau bermain main dengan Zahra atau kau akan tahu akibatnya "
Kali kedua Brian mengingatkan Wisnu.
" Kau mau mengadu dengan ibu dan Fifi ? Kau seperti perempuan " Dengkus Wisnu tidak suka.
" Aku bukan mau mengadu tapi mengingatkan, kenapa harus sekarang kau mau bermain main ? Kemarin kemarin kemana saja ? " Geram Brian dengan menekankan suaranya.
" Sudah ! Hari sudah malam, tidak enak jika pak Johan dan istrinya mendengar, Wisnu sudah dewasa Bri, dia tahu mana yang pantas dan tidak "
Ali menengahi karena Brian sudah kelihatan emosi.
" Tapi Li, kau bisa lihat sendiri jika dia dan gadis itu ..."
" Jika dia berani bermain api, dia sendiri yang akan terbakar dan jika itu terjadi....Kau, Fifi dan gadis itu yang akan merasakan sakit. Kau pikirkan itu Nu !
Kembang api memang kelihatan lebih indah dari pada cahaya lilin, tapi keindahan itu hanya sekejap "
Ali berucap pelan lalu berjalan masuk ke dalam kamar, menyusul Riella yang sudah bergelut dalam dunia mimpinya.
*****
Selepas shalat subuh, Brian, Ali dan Riella kembali bertolak ke ibu kota meninggalkan Wisnu dan tiga staf yang mengawasi jalannya pekerjaan.
" Ingat apa yang aku katakan tadi malam, kita menikah kemarin bukan untuk main main, dan kita yang meminta mereka "
Brian berbisik mendekat ke arah telinga Wisnu sebelum masuk ke dalam mobil.
" Aku bukan anak kecil "
Sahut Wisnu tidak suka.
Andai tidak ada pak Johan dan istrinya yang menunggui mereka sembari duduk di teras rumah, Brian pasti sudah menendang tulang kering Wisnu agar otaknya kembali benar.
" Li, harusnya kita yang tinggal, biarkan Wisnu pulang dan bertemu Fifi "
Ada kecemasan dibalik suara Riella.
" Kami sudah mengusulkan tetapi Wisnu tidak mau "
" Li, aku merasa Wisnu ...."
" Kami tahu, jangan katakan apa pun pada Fifi, Wisnu tidak akan mungkin melangkah terlalu jauh, hanya sekedar euforia bertemu teman ngobrol yang asik "
Ali tidak mungkin menutupi kecemasan yang mereka rasakan karena Riella bukanlah gadis remaja yang bisa dibodohi.
" Kau yakin ? "
" He'eh, yakinkan saja Fifi suruh berhenti bekerja, Ketika kami kembali kesana, Fifi harus ikut agar kaki Wisnu terikat tidak bisa berjalan mengukur luasnya perkebunan "
Ali tertawa kecil agar Riella tidak terlalu serius memikirkan Wisnu yang mulai bertingkah menyebalkan.
Jam lima sore mobil yang Brian, Ali dan Riella tumpangi berhenti di depan kantor ABW Life.
Amira yang sudah mengetahui kepulangan mereka, menunggu di depan.
Tidak dengan Fifi karena tahu Wisnu tidak ikut pulang, Wisnu sudah memberitahukan Fifi jika dia harus tinggal sampai semua selesai.
Amira terus menatap Brian dengan mata sedikit merah, Brian tersenyum.
" Merindukan ku ? Hem "
Tanyanya merengkuh bahu Amira.
" Enggak, biasa saja "
Jawabnya mengelak.
" Benar ? Kalau begitu aku kembali saja menemani Wisnu "
Brian pura pura ngambek.
" Pergilah ! Jika kau sudah melupakan kesepakatan kita yang sudah jatuh tempo saat kau pergi "
Amira mencubit pinggang Brian, berjalan mendahului Brian naik ke lantai dua.
" Justru ingat itu, makanya aku pulang " Brian mengedipkan matanya genit setelah berhasil mensejajari langkah kaki Amira.
Wajah Amira memerah, Brian tergelak.
Ali dan Riella yang berjalan di belakang mereka saling menatap lalu ikut tertawa.
" Sebelum mandi sepertinya enak kalau..."
Ali cepat mendorong Riella masuk ke dalam kamar mereka yang sudah seminggu mereka tinggalkan
" Capek Li "
Riella sudah terbaring di atas ranjang karena Ali mendorongnya buru buru.
Melihat Brian dan Amira tadi berbisik bisik, membuat Ali panas sendiri.
" Sekalian capek dan sekalian mandi, Rie.
Setelah itu kita tinggal tidur "
Ujar Ali mulai menindih badan Riella.
Fifi yang sedang menonton TV di ruang keluarga, menatap ke lantai atas dengan pandangan sedikit sedih.
Ia terus mengganti channel saluran TV, merasa semua siaran tidak ada yang menarik minatnya.
*******
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Siti Sofia
rasain
2025-01-25
0
Qaisaa Nazarudin
Makanya Fi salah mu juga sih yg selalu menolak hak suami mu,kamu hatus menguatkan mental dan hati mulai saat ini,jgn keras kepala dan ngenyel,Wisnu suruh brenti kerja gak mau,Eisnu itu pria normal,ingat itu,jgn nyesel kamu nanti..
2023-03-24
0
Dewi Sri Marlina
kasian Fifi, cuman karena kurang asyik si Wisnu dg bgtu mudahnya mencari yg lebih asyik az di luaran, parah emg,
2022-05-20
0