Brian menatap Amira yang baru masuk kekamar dengan diam.
Hubungan keduanya juga baru sebatas hungging dan kissing, belum ada perkembangan lebih lanjut.
Selayaknya sedang pacaran tetapi tidak mengapa, lama lama sampai juga ke tujuan.
" Besok bisa temani aku ? "
Brian meletakkan ponselnya di atas meja, ia segera menurunkan kakinya ke bawah, semula ia berselonjor diatas sofa.
" Kemana ? "
Amira ikut duduk di sebelah.
" Temanku istrinya baru melahirkan bayi kembar perempuan, aku belum melihatnya "
" Ali dan Wisnu juga ? "
" Tidak semua teman kami sama "
Amira hanya ber O saja.
" Mi, duduk sini ! " Brian menepuk nepuk sofa disebelahnya.
Amira menuruti kemauan Brian untuk duduk di sebelahnya, tangan Brian meraih pundak Amira, mendekapnya erat.
" Aku akan bicara tapi jangan dipotong ! "
" Kau dan Fifi pasti sudah kasak kusuk mengetahui Riella yang sudah berhenti bekerja karena permintaan Ali bukan ? "
Amira mengangguk
" Itulah perbedaannya Mi, kami bisa dikatakan menjerat kalian dengan janji palsu atau tidak, kami sendiri tidak tahu "
Brian melihat ke arah Amira yang masih tidak menunjukkan reaksi apa pun dari wajahnya.
" Ketika itu kami berbicara sebagai seorang teman, tetapi setelah menikah, pemikiran itu berbeda lagi.
Mungkin kami khususnya aku, belum bisa memberikan penghidupan yang mewah seperti yang ada dalam bayangan mu, tapi uang yang kami hasilkan halal tanpa korupsi.
Mi, kami juga tidak banyak tahu ilmu agama, seorang istri yang bekerja, Alloh akan memberikan rezeki buat dirinya sendiri, tetapi seorang suami yang mencari nafkah, Alloh memberikan rezeki bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk semua keluarga yang ditanggungnya, maaf jika aku keliru "
Brian diam ia menunggu reaksi dari Amira.
" Kau menyuruh aku berhenti juga ? "
" Kau keberatan ? "
Jari tangan Brian menjepit ujung dagu Amira, mengarahkan muka Amira sejajar dengan wajahnya , kedua manik mata itu saling mengunci.
Brian mendekatkan bibirnya, mengesap beberapa saat dan melepaskannya kembali.
" Aku ...Aku "
Amira selalu seperti itu, jika Brian sudah mulai membelai atau menciumnya, langsung gugup dan badannya menegang.
Jadi Brian belum berani mengambil langkah selanjutnya.
" Kau masih belum terbiasa juga Mi ? Kita tetap seperti teman yang bisa mengutarakan apa pun tanpa takut, tapi kita juga suami istri sekarang Mi "
" Bri, aku sedang berusaha ! "
Amira menunduk, sejak malam pernikahan, Brian sudah mulai memberikan sentuhan sentuhan kemesraan, tetapi Amira masih terus terlihat belum terbiasa dan tidak bisa rileks.
" Apa yang aku kerjakan jika aku berdiam dirumah saja Bri ? Kecuali ada yang aku urus "
" Mungkin kalau kita punya anak, kau bisa mengurus anak kita saja dan tentunya mengurus aku juga. Biarkan aku yang mencari nafkah, kan tidak perlu mewah yang penting berkah. Apakah kau bersedia ? "
Beuh .... Gaya bicara Brian ...
Brian mulai melancarkan rayuan gombalnya, ujung jari jempolnya mengusap bibir Amira yang terbuka karena gerakan yang dilakukannya.
Tatapan mata Brian sudah menggelap berkabut gairah.
Seminggu sudah ia menahannya, ia ingin mendapatkan malam ini, ia akan terus merayu dan membujuk sampai Amira mau.
Pernah terlintas di pikiran Brian untuk memberikan sedikit obat perangsang pada Amira, tapi sisi hatinya yang lain menolaknya.
Mungkin mereka akan melakukannya tetapi tanpa kesadaran dari Amira, apa enaknya.
Dan kalau sampai ketahuan, tentu Amira akan membenci Brian.
Wanita wanita itu sudah dewasa tetapi untuk hal yang itu, terlalu polos.
Entah bagaimana mereka menjalani hidup selama ini.
" Bri "
" Hemmm "
" Bukan aku tidak mau dan tidak siap "
" Berarti kita bisa "
Brian memotong cepat, ia sudah bersiap untuk berdiri, tangannya sudah menarik tangan Amira.
" Aku baru datang bulan Bri , maaf ! "
Amira sangat menyesal tapi apa mau dikata.
Brian kembali tertunduk lesu di sofa.
Ia memejamkan matanya agar gairah yang tadi sudah tersulut bisa redup kembali.
Setelah Amira resmi menjadi istrinya, Brian sudah sangat bernafsu melihat Amira.
Hallah, dari kemarin kemarin memang semuanya pada melihat dengan sorot mata nafsu, cuma sebisa mungkin di tekan saja, nafsu mana bisa membedakan mana teman dan mana lawan.
" Kita tadi kan sholat Maghrib sama sama Mi, kau tidak sedang membohongi aku kan ? "
Brian kembali membuka matanya, menatap secara intens ke arah Amira mencari cari jejak kebohongan disana.
" Baru datang tadi, kita akan memulainya seminggu kedepan, aku janji "
Amira terlihat bersungguh sungguh.
Brian hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kuat.
Lain lagi dengan Fifi dan Wisnu.
Segala do'a sudah Wisnu hapal, tapi Fifi masih takut takut.
setiap Wisnu mulai membelainya, Fifi tertawa cekikikan.
Ia merasa geli, yang ada Wisnu menjadi jengkel, makanya Wisnu lebih terlihat uring uringan.
Bagaimana mau bermesraan jika baru di pegang saja sudah tertawa terus.
Tentu saja memadamkan gairah Wisnu.
" Kalau begitu, kau saja yang membelaiku, Fi "
Permintaan Wisnu sungguh konyol.
" Yang benar saja Nu, memangnya aku perempuan penggoda ? "
Sembur Fifi memperbaiki piyamanya yang sedikit berantakan akibat ulah nakal tangan Wisnu.
" Jadi bagaimana dong ? Kau terus saja tertawa geli, sudah hampir seminggu Fi "
Wisnu kelihatan kesal.
" Sabarlah Nu, kan baru seminggu "
" Mungkin Brian dan Ali sudah mau jadi calon anak mereka, nah kita ? "
Wisnu terlihat cemberut.
" Tahu dari mana ? Memang mereka mengatakan padamu ? "
Fifi tidak percaya jika hal seperti itu mereka perbincangkan juga.
Karena baik dirinya, Amira maupun Riella tidak pernah membicarakan urusan dalam kamar masing masing, rahasia ranjang harus tetap dijaga.
" Ya enggak, aku bisa menduganya "
Sok tahu Wisnu ah.
" Kalian benar benar tidak pernah punya pacar ? " Wisnu mengalihkan pembicaraan.
Ia memperbaiki posisinya menjadi setengah berbaring menyandar di kepala ranjang.
" Kalau suka sukaan, pernalah....Tapi tidak pernah berkencan atau jalan bareng, hanya berbalas pesan saja.
Setelah itu.... Entalah kok bisa kami tidak punya pacar ya ? "
Fifi terkekeh.
" Kami kan tidak jelek jelek sekali "
Wisnu tersenyum lucu.
" Kalian sendiri ? "
Fifi berbaring menghadap ke arah Wisnu.
" Sama saja, hanya sekedar suka tetapi kami lebih fokus membicarakan dan mengkonsep secara matang usah yang akan kami jalani.
Kami belajar dan berlatih menghitung bahan, upah dan semuanya, juga belajar banyak menggambar.
Ya... seperti yang kalian lihat sekarang, waktu kami habis hanya untuk usaha patungan ini "
Tanpa sadar Fifi mempermainkan jari jemari tangan Wisnu, dan Wisnu hanya membiarkannya saja, siapa tahu selanjutnya Fifi berani melakukan hal yang lebih lagi.
Tapi itu hanya harapan Wisnu karena Fifi yang capek terus bercerita, akhirnya tertidur pulas dengan jemari Wisnu yang terus berada dalam genggaman tangan Fifi.
Pelan Wisnu melepaskan jemari tangannya yang berada dalam genggaman tangan Fifi, mematikan lampu, lalu ikut tertidur hanya bisa memeluk Fifi seperti malam malam sebelumnya, tetapi jangan coba coba untuk meraba raba, Fifi akan berteriak karena terkejut.
******
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nabil Az Zahra
jdi penasaran siapa yg bkal gol duluan,,ihh gumush
2023-02-26
0
Edah J
kasian 3 serangkai belum dapat jatah juga😁😁😁
2023-02-04
0
Dwi setya Iriana
heeemmmm fifi fifi
2021-12-31
0