Melihat Fifi yang keluar kamar dengan rambut yang masih basah, ibunya Wisnu tersenyum manis.
" Bu, sehabis sarapan kami langsung pindah ya ! " Wisnu menggeser kursi untuk dirinya dan Fifi duduk di meja makan.
Fifi cepat duduk di sebelahnya.
" Kenapa buru buru ? "
" Ali saja dari malam tadi sudah pindah kesana Bu, kami kan mau bulan madu, iya gak sayang "
Wisnu memegang tangan Fifi yang berada di atas meja.
Mbak Ana dan Pak Adi melirik perbuatan Wisnu.
Uhuk uhuk uhuk
Fifi terbatuk batuk, mendengar kata ' bulan madu ' bulu bulu halus dipermukaan kulit Fifi meremang, badannya mendadak panas dingin.
" Kaya' artis saja pakai bulan madu segala, lebay. Memangnya kalau dirumah dulu kenapa ? Kalian berdua mau meninggalkan ibu sama bapak ? "
Suasana mendadak melow.
" Kemarin waktu kami belum menikah, ibu sibuk mencarikan jodoh buat kami, sekarang...."
" Terserah kalian, setelah disana yang rajin kerja kerasnya biar cucu ibu cepat jadi "
Ujar Mbak Ana sembari menyendok nasi goreng dan di letakkan dalam piring untuk pak Adi.
" Membuat cucu apa membuat patung Bu ? "
Wisnu menjawab sambil memasukkan kerupuk ke dalam mulutnya.
Mbak Ana tidak menanggapi omongan Wisnu.
Dan Wisnu sendiri kalau terlalu lama berada di rumah ibunya, pasti Fifi tidak akan nyaman dengan ibunya yang menggedor pintu di pagi buta hanya menyuruh mereka mandi dan mengingatkan mandi wajib, yang benar saja ? Belum apa apa sudah di suruh mandi wajib, apa lagi jika sudah mengapa ngapa, mungkin disuruh ganti kulit.
Selesai sarapan Wisnu dan Fifi berkemas untuk segera pindah.
" Tidak apa apa kan Fi jika kita pindah hari ini ? "
Fifi membantu Wisnu memasukkan barang barang pribadinya.
Fifi menggeleng.
" Aku terserah kamu saja "
" Coba kamu tadi malam ngomongnya begitu "
Wisnu mencebikkan bibirnya.
Fifi cuma melengos.
" Fi, kamu berbohong padaku kan ? "
Wisnu memiringkan kepalanya agar sejajar dengan wajah Fifi yang saat ini sedang merapikan bawaan mereka.
" Berbohong apa ? "
" Kau tidak datang bulan, tadi sholat "
Fifi terkekeh.
" Sabarlah Nu ! Kenapa harus buru buru, tidak akan lari gunung dikejar "
Tangannya menarik reseleting, beres.
" Gunung itu didaki Fi, bukan di kejar "
" Terserah padamu lah Nu, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Amira dan Riella "
" Mereka tidak sempat bertemu denganmu "
Wisnu mengangkat tas, keluar dari kamar untuk dimasukkan ke dalam mobilnya.
" Nu, maksud ucapan mu apa mereka tidak sempat bertemu denganku "
Keduanya sudah berada di dalam mobil menuju ke tempat tinggal mereka.
" Apa lagi, kan pengantin baru ? Memangnya aku ? "
Wisnu memasang wajah memelas seakan dia sedang di dzolimi.
Fifi melongo setelah itu mencebik, bagaimana mungkin kedua temannya bisa secepat itu menyerah , bukankah mereka mengatakan jika mereka dan termasuk dia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri agar terbiasa.
Fifi melirik ke arah Wisnu yang fokus dengan kemudinya.
Jangan jangan ini akal bulus Wisnu agar aku bersedia memenuhi permintaannya
*****
" Rie, masih lama nasi goreng nya jadi ? Ini bukan sarapan pagi namanya tapi makan siang "
Ali berbaring malas malasan diatas sofa.
Ini akhir pekan, kantor dibawah libur otomatis Ali dan kedua pria lainnya juga libur, ya libur karena jadi pengantin juga libur akhir pekan.
" Sebentar lagi, siapa suruh kalian tidak menyetok bahan bahan dapur, beras, telur mie instan, harusnya ada Li "
Tangan Riella masih mengaduk aduk nasi goreng yang hampir jadi.
" Mana ada kepikiran ke sana "
" Ya sudah jangan merengek seperti anak kecil, seharian puasa saja kau mampu bukan ? masa hanya telat sarapan seperti yang sudah tiga hari tidak makan saja "
Nasi goreng ala Riella dengan telur dadar gulung tipis, siap terhidang di meja makan lengkap dengan segelas teh hangat.
Sehabis sholat subuh tadi, Riella mengajak Ali ke pasar tradisional yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka tinggal, berbelanja bahan bahan dapur.
Ali enggan, dan menawarkan gofood saja tapi Riella menolak.
" Mulai sekarang berhemat Li, tidak mungkin selamanya kita tinggal sama sama dengan Brian dan Wisnu seperti sekarang, kalau saat ini okelah, kelak sudah punya anak....Mau diletakkan di mana ? Tidak mungkin tidur bareng kita kan ? "
" Cieee....Yang sudah mikirkan anak ? Baru juga pegang tangan, memangnya cuma pegangan tangan, kamu bisa hamil ? "
Goda Ali kala mereka berdua siap siap pergi ke pasar.
Riella baru sadar jika dia sudah terlalu jauh berbicara.
" Bisalah "
" Ah masa "
" Aliiii....." Riella gemes digodain terus
Ali terkekeh-kekeh.
" Rie, kau sudah seperti istri benaran lho, pagi tadi kau menyuruh aku berhemat, pergi ke pasar, memasak sarapan buat kita, hanya satu yang belum "
Ali menghabiskan cepat nasi gorengnya.
Masakan yang dibuat Riella entah memang enak atau Ali yang sudah kelaparan, Ali juga tidak tahu.
" Apa ? "
Riella penasaran menunggu kelanjutan ucapan Ali yang sedang menunggu pria itu menghabiskan teh nya.
" Kau pasti tahu "
Ali mengedipkan matanya genit, bangkit dari duduknya lalu berjalan ke sofa kembali menonton TV.
Riella diam saja, dia tahu apa yang Ali maksudkan.
Membereskan sisa sarapan dan mencuci peralatan dapur yang kotor.
Sembari mencuci piring dan yang lainnya, Riella terus berpikir, kapan ia akan siap menyerahkan dirinya pada Ali.
" Rie, kalau aku berbicara sebagai suami boleh ? "
Ali mengecilkan volume suara televisi, Riella sudah duduk di sebelahnya karena urusan beres beres di dapur sudah selesai.
" Apa ? "
Jantung Riella berdebar kencang ketika Ali menyebut kata suami, teringat ucapan ibunya malam sebelum acara pernikahan.
" Rie, kami tahu jika kalian ber enam tidaklah mempunyai hubungan apa pun selain berteman, kami orang tua tidak gampang dibohongi, entah apa yang kalian rencanakan dan tiba tiba memutuskan menikah, hanya kalian yang tahu, tapi ada yang harus kalian ingat, khususnya kau Rie, walaupun Ali temanmu, mungkin belum ada perasaan cinta diantara kalian, tapi jangan pernah berpikiran untuk mempermainkan pernikahan, kalian cuma orang biasa, bukan publik figur atau orang penting.
Dan....Jika Ali tidak suka akan sesuatu, walaupun kau berat untuk mematuhinya, tetap harus kau turuti.
Dulu dia temanmu, besok setelah selesai akad nikah, statusnya sudah berubah dan dia punya hak seluruhnya atas dirimu "
" Rie, kau harus mempersiapkan mentalmu dari sekarang. Pria yang kau kenal sebagai temanmu akan berubah setelah menjadi suamimu "
Inikah perubahan yang dimaksud ibu malam kemarin ?
" Kalau aku tidak lagi mengizinkan mu bekerja lagi bagaimana ? "
Wajah Ali serius menatap kemanik mata Riella.
Riella sedikit terkejut dengan ucapan Ali.
" Bukankah waktu kalian mengajak kami untuk diperkenalkan sebagai calon istri kalian, kalian mengatakan jika kalian masih mengizinkan kami bekerja ? "
" Iya... Tapi maaf Rie ! Ketika kau sudah menjadi istriku, aku jadi sedikit tidak ikhlas melihatmu harus berdandan untuk orang lain, berapa jam dan berapa banyak wajah istriku dilihat oleh orang lain ? Aku hanya ingin kau disini "
Riella terkejut.
Benar kata Ibu, aku seperti tidak mengenal Ali.
" Kau bisa memikirkannya dahulu oke ! Kalau kau keberatan....."
" Assalamualaikum "
Suara Fifi dan Wisnu yang mengucapkan salam memotong ucapan Ali yang belum selesai.
*****
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Edah J
Ada nasihat yg baik disini😊👍
2023-02-04
0
L4
suami yg bagus ini prinsipnya 👍
2022-02-25
0
Dwi setya Iriana
heeeemmmm
2021-12-31
0