Seperti yang dikatakan malam tadi, Brian dan Amira sudah sampai di depan rumah temannya.
Teman nongkrong ketika mencari pengalaman dan ilmu saat mulai memulai usaha.
Ilmu bukan didapatkan dari bangku sekolahan saja bukan?
Semula ia hanya berteman dengan adik dan temannya yang satu instansi, lama lama berteman juga dengan kakak laki-lakinya.
Keduanya juga mengenal Ali dan Wisnu, tetapi lebih dekat dengan Brian.
Tidak perlu menunggu pagar rumah dibukakan karena pagar rumah selalu terbuka kecuali menjelang magrib.
Selepas Ashar Brian sudah berjanji dengan temannya jika ia akan datang selesai sang teman pulang dinas.
" Assalamualaikum "
Sapa Brian di depan pintu.
" Waalaikumussalam " Sahut temannya yang sudah menunggu, lalu keduanya saling berpelukan.
" Beuh....Yang pengantin baru beda penampilan sekarang, lebih segar dan semakin tambah muda, seperti anak remaja yang baru selesai dikhitan "
Goda temannya menatap penampilan Brian dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Brian meninju pelan lengan temannya seraya memperkenalkan Amira.
Brian hanya bisa tersenyum lebar, iya dong...Tidak mungkin diberitahukan jika ia belum belah duren, apa lagi sekarang.... Landasan pacu sedang banjir, masih musim penghujan.
" Maaf aku tidak bisa hadir ke pernikahan kalian, baru dua hari aku pulang dari dinas luar daerah, inilah nasib prajurit....Siap menjalankan perintah "
Temannya memberikan alasan.
" No problem, mana kedua putri cantikmu ? "
Temannya membawa Brian dan Amira ke ruang keluarga, ada tiga bayi perempuan disana
" Ini putriku, Bri, namanya Nadya dan Nayra.
Nah kalau yang ini putri ke dua Jo, Tasya "
Ken memperkenalkan ketiga mahluk mungil yang berada di dalam masing masing Box bayi.
Nah Lho .... Mas Ken ada disini kan ?
" Yang ini pasti putra pertama Jo ya ? "
Brian menunjuk Joi yang baru datang dari dapur bersama Raisa dengan botol susu yang berada ditangannya.
" Yup, dia menang jauh dari kita, sebentar lagi dia pulang "
Ucap Ken mengajak Brian duduk di ruang tamu, meninggalkan Amira, Raisa dan Niken berbincang bincang tentang perempuan.
" Kalian ini memang konyol ya, buka usaha patungan, nikah juga sama, tinggal juga bareng bareng.
Aku curiga, kalian kompak atau penghematan ekonomi "
Ken berucap pelan agar istrinya Brian tidak mendengar.
" Sekalian Ken, yang penting istrinya satu satu "
Ken dan Brian tergelak.
Membuat ketiga wanita menoleh bersamaan.
" Bagaimana caranya bisa mendapatkan anak sekalian dua Ken ? Aku juga mau "
Brian semakin asal bicara.
" Satu dulu Bri, jangan langsung dua, nanti tidak sempat kau pakai celana saking repotnya mengurus dua anak sekaligus "
Ujar Jo yang baru pulang mendengar ucapan Brian.
Jo dan Brian terkekeh.
Ken mencebikkan bibirnya kala Jo bercerita bagaimana repotnya Ken dan Niken tanpa bantuan pengasuh mengurus kedua bayi kembar mereka.
Penghasilan Ken sebagai prajurit tidak cukup untuk menggaji pengasuh bayi karena untuk memenuhi kebutuhan kedua bayi kembarnya saja sudah cukup banyak menghabiskan biaya.
" Bisa kau bayangkan saat Ken membujuk bayinya yang menangis, sementara dia hanya menggunakan handuk saja setelah habis mandi " Jo mengangguk anggukkan kepalanya lucu.
Brian cekikikan.
" Untung saja tidak melorot, kalau saja handuknya lepas, maka burung jalaknya akan terbang dan tidak akan kembali "
Brian dan Jo semakin senang mentertawakan Ken yang kesal karena di bully.
" Teruslah kalian mentertawakan aku, semoga kau akan mengalami nasib yang sama seperti aku, Bri "
Umpat Ken dengan senyum terpaksa nya.
" Rumah mu, kau biarkan kosong Jo ? "
Brian beralih ke Jo yang duduk di sebelahnya.
" Untuk sementara iya, anak ku yang pertama sedang lasak lasaknya, jadi istriku cukup kerepotan.
Mencari asisten rumah tangga tidak gampang, lagi pula istriku tidak mau "
Jo mendudukkan Joi yang mendatangi Ayahnya yang baru pulang dari kantor di atas pangkuan.
" Menyenangkan jika sudah punya anak ya ? "
Wajah Brian mendadak sendu.
Ketika melihat teman yang seusia dengan dirinya sudah memiliki anak, naluri kebapakannya timbul dengan sendirinya.
" Sabarlah Bri, kau kan baru seminggu, masa langsung mau punya anak ? Aneh kan ?
Aku saja menunggu dua tahun Bri, Kalau Jo tentu beda, dia duluan menikah dan usianya juga diatas kita "
Ken menepuk bahu Brian yang menatap iri ke arah Jo yang sedang memangku Joi.
" Iya, Anak itu selagi masih kecil adalah mainan atau perhiasan, pulang kerja capek, melihat anak akan hilang capeknya.
Tetapi melihat ibunya akan bertambah capek "
Ujar Jo santai.
Ken dan Brian melongo sesaat mencerna ucapan Jo, lalu tergelak berbarengan.
Si kecil Joi menatap wajah ayahnya, perkataan ibu membuatnya tertarik dan Jo sadar jika menyangkut ibu, Joi cepat merespon.
Mungkin pengaruh ketika berada di dalam kandungan, saat musibah yang menimpa Jo, membuat Joi lebih sensitif.
" Sssttt.... Rahasia sesama pria " Bisik Jo dengan meletakkan jari telunjuknya diantara dua bibirnya ke pada Joi.
Dengan patuh seakan mengerti, Joi kecil mengangguknya kepalanya.
" Kereeeeen anak Ayah " Jo mengusap kepala anaknya.
Ken dan Brian terkikik geli.
" Putramu masih kecil sudah bisa kau ajak Kong kalikong ya Jo "
Brian berdecak antara kagum dan mengejek.
" Nanti kalau adiknya sudah besar juga akan memihak kepada ibunya, biar imbang....Kasihan Ken, dia belum dapat kawan " Jo memajukan bibir bawahnya ke depan.
" Aku akan menambah anggota lagi Jo, semoga yang berikutnya laki laki "
Ken tidak mau kalah.
" Dua anak sudah membuatmu tidak sempat pakai celana Ken, masih mau nambah lagi ? "
Jo mengejek.
" Untuk apa aku pakai celana ? Kan mau nambah anak, menghemat waktu " Sarkas Ken lalu tertawa sendiri.
Jo menutup kedua telinga Joi dengan telapak tangannya agar omongan yang aneh tidak didengarnya.
" Ken....Berikan kesempatan padaku dulu, Jangan kau menambah dulu ! "
Rengek Brian seperti anak kecil, melihat Jo dan Ken yang masing masing sudah memiliki anak dua, keinginan Brian untuk memiliki anak tiba tiba sangat besar.
Mereka terus mengobrol kesana kemari hingga menjelang magrib Brian dan Amira pamit pulang.
" Sampaikan salam pada Wisnu dan Ali ya "
Pesan Jo didepan teras mengantarkan Brian ke depan rumah.
" Kau nikmati saja dahulu pernikahan kalian, bukan hanya materi yang harus dipersiapkan untuk memiliki seorang anak, karena Alloh sudah menjamin rezeki setiap makhluknya bukan ? Yang utama adalah mental.
Seperti yang kita bicarakan tadi, tidak sempat pakai celana "
Ucap Ken terkekeh mengantar Brian sampai kedepan pintu pagar, Brian jadi ikut tertawa lagi.
Didalam perjalanan menuju pulang Brian sekilas melirik Amira yang banyak diam.
Brian sangat tidak sabar menunggu seminggu lagi, agar segera melaksanakan apa yang sudah Amira janjikan dan memiliki anak seperti Ken dan Jo.
Tidak jauh berbeda dari Brian, Amira berpikir, Raisa dan Niken yang usianya jauh lebih muda dari dirinya saja sudah memiliki dua anak.
Tanpa sadar tangan Amira mengelus perutnya yang belum berisi benih dari Brian.
Mendadak ingin hamil dan memiliki anak, tetapi bagaimana bisa hamil jika disentuh saja belum, mana sekarang sedang perboden lagi.
Brian bukannya tidak melihat gerakan tangan Amira dan Brian juga tahu apa yang Amira rasakan.
Jiwa keibuannya sudah muncul dan sepertinya ia sudah siap.
Gumam Brian dalam hati, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman.
******
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk aku yg ngakak membayangkan nya,Astaga 🤣🤣🤣
2023-03-24
0
Edah J
Ternyata lihat temennya Brian punya bayi Amira jg terketuk ingin punya juga semoga yaa
2023-02-04
0
rodiah
dari pas baca temannya bry ada yang punya anak cewe kembar... pikiran langsung melanglang ke yang mana ini cerita... baru ketemu ini.. ternyata jo dan ken 🤭🤭
2022-05-19
0