Seperti yang sudah di sepakati via telepon tadi pagi, keenamnya memilih makan siang di salah satu food court di Mal tempat Riella, Fifi dan Amira bekerja sebagai SPG kosmetik merk tertentu.
Wisnu menceritakan keinginan ibu mereka bertiga yang hendak menjodohkan mereka bertiga dengan anak temannya.
Ali menambahkan dengan mengutarakan rencana mereka untuk menjadikan ketiga gadis yang merupakan teman sekaligus tetangga satu komplek perumahan sebagai calon istri yang akan diperkenalkan kepada orang tua mereka masing-masing.
Ketiga gadis saling menatap satu sama lain.
" Hanya sandiwara kan ? Ntar kalau ketahuan bisa berabe lho "
Riella memberi tatapan memperingatkan pada ketiga pria.
" Selama inikan orang tua kita tahunya kita cuma berteman, tidak ada hubungan apapun "
Fifi merasa ide Brian cs tidak masuk di akal.
" Memang kita berteman, teman spesial, TTM " Sahut Ali.
" TTM ? Teman tapi mesra ? "
Amira menjawab.
" Pinter, itu yang akan kita jawab "
Wisnu memberi pujian ala kadarnya.
" Iya, gampang lah itu, mau TTM, ATM ,TMII, intinya kita cuma bersandiwara kan ? " Riella kembali bertanya.
" Ya enggak Rie, kami bertiga menawarkan benaran, bukan sekedar sandiwara, kalian kan belum punya pacar, kami juga, apa salahnya jika kita kita yang yang menjadi pasangan kalian ? " Ali berucap santai.
" Betul "
Brian sekedar nyeletuk.
" Kalian gila ? Kalian pikir menawarkan kerjasama untuk penyatuhan sebuah usaha ? yang benar saja "
Sembur Fifi sewot.
" Memang kerjasama kan ? Kerjasama dalam membina rumah tangga "
Wisnu menjawab konyol lalu terkekeh.
" Rumah tangga gundul mu " Amira melempar Wisnu dengan gumpalan tissue bekas.
" Benar kata Wisnu, rumah tangga adalah juga bentuk kerjasama, coba pikirkan baik baik, kita semua kelak akan menikah, berkenalan dulu, mencoba memahami karakter masing masing, lalu jatuh cinta, punya anak, tua, kalau panjang umur, begitu terus lingkaran hidup.
Dan kita juga harus mengenal pasangan kita seperti apa, karakter orangnya bagaimana, belum lagi keluarga calon pasangan kita, aduh....Repot dan menghabiskan waktu "
Brian angkat bicara.
" Kalau kalian yang menjadi pasangan hidup kami, kalian dapat makan dan minum gratis, uang bedak dan handbody, dapat uang bulanan, kalian masih boleh bekerja juga " Ali memberikan penawaran seperti pada calon karyawannya.
" Tapi kita gak tidur bareng kan ? "
Amira bertanya mulai berpikir panjang.
Dia tidak bisa membayangkan punya suami teman mereka sendiri.
" Itu nanti bisa kita bicarakan lagi, kalau yang itu tergantung keadaan "
Brian senyum senyum.
" Maksudnya ? "
Riella curiga dengan jawaban Brian.
" Sekarang, kalian mau tidak ? Dari pada kalian nanti dibohongi oleh pria lain ? Ngakunya saja masih jomblo tidak tahunya anaknya sudah tiga, mendingan kita ? Sudah jelas dan transparan "
Ujar Wisnu percaya diri.
" Biar kami pikirkan baik baik "
Fifi menengahi.
" Waktunya tiga hari "
Brian memberikan.
" Malam Minggu kami akan membawa kalian kerumah "
Ali berdiri dari duduknya.
" Kami sholat istikharah dulu, biar tidak salah mengambil keputusan "
Amira menyakinkan.
" Oke " Jawab Brian, Wisnu dan Ali kompak.
*****
Sembari menunggu pelanggan, Ketiga gadis cantik itu mulai memikirkan tawaran ketiga pria saat makan siang tadi
" Bagaimana menurut kalian "
Riella membuka pembicaraan
Sejujurnya ia mulai tertarik dan setuju dengan pendapat Wisnu CS.
Memilih salah satu dari mereka bukan hal yang buruk, keluarga ? Bukan sesuatu yang asing dan mereka semua saling kenal.
Pekerjaan ? Mereka punya usaha patungan, tidak perlu juga memikirkan harus hidup mewah, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa harus banting tulang peras keringat saja sudah patut di syukuri.
" Sepertinya tidak buruk, kalau kita menjadi istri mereka, kita perlu capek kaya' gini, muka setiap hari sudah seperti memakai topeng "
Bibir Fifi mengerucut.
" Betisku sudah seperti padi bunting, lihat nich ! Setiap hari pakai hak tinggi, berdiri berjam jam "
Amira memperlihatkan kakinya.
" Memang kalau kita menikahi mereka, kita tidak berkerja lagi ? "
Riella menatap ke arah Fifi dan Amira.
" Tergantung, mungkin kita bisa membantu mereka mengecat rumah ? Lalu kita meminta upah " Fifi tergelak.
" Mata duitan "
Ejek Riella.
" Eh, terus siapa pilih siapa nich ceritanya ? Adakah diantara kalian menyukai satu dari ketiganya ? "
Amira terlihat berpikir lalu mencibir, dia tidak menaruh perhatian spesial pada salah satunya.
Riella dan Fifi juga menggeleng
" Cabut undian saja ! "
Usul Amira.
Itu memilih pasangan hidup atau memilih pasangan untuk kerja kelompok ya ?
Ternyata bukan para gadis saja yang siapa harus memilih siapa, para pria juga tidak ada bedanya.
Masing-masing mencoba menghadirkan di dalam pikiran mereka, bayangan siapa yang bisa hadir dalam khayalan mereka.
Semuanya nihil, tidak ada satupun.
Belum sampai tiga hari dari waktu yang telah disepakati, para wanita menyetujui ajakan dari ketiganya.
Ketiganya terpaksa mencabut undian, nomor siapa yang sama itulah pasangan mereka.
Sepulang dari berkerja, para gadis menyambangi mereka ke kantor ketiga pria.
" Kalau ibuku tahu aku memilih jodoh dengan cara mengundi seperti ini, bisa di cekik aku "
Riella mengomel sebelum mengambil nomor yang terlipat dua diatas meja agar tiap orang tidak mengetahui nomor berapa yang tertulis didalam kertas.
" Apa lagi aku ? Anaknya yang cantik ini seakan tidak laku saja melakukan hal yang memalukan begini "
Amira mengambil kertas dengan mengutuk.
" Kalau kalian mengkhianati kami, kami racun kalian ! " Fifi memberikan tatapan mengancam.
Wisnu, Brian dan Ali Terkekeh.
" Akhirnya calon istri kita sudah ready "
Ali tersenyum lucu.
Riella mendengkus sebal
Kertas sudah berada di tangan masing masing, saatnya membuka.
Mereka saling menatap lalu tergelak, merasa lucu.
Bagaimana bisa menentukan pasangan hidup dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya sangat konyol.
Riella memiliki nomor yang sama dengan milik Ali.
Fifi berpasangan dengan Wisnu.
Dan Amira tentu saja dengan Brian.
Brian, Wisnu dan Ali menatap secara intens ke gadis yang mempunyai nomor yang sama dengan mereka, mencoba membangun chemistry, yang ada justru merasa lucu
" Jangan sok sok an menatap natap mesra gitu, yang ada menakutkan tau ? "
Riella menegur Ali yang sedang menatapnya sembari tersenyum.
" Belajar Rie, agar saat bertemu ibuku, kita tidak ketahuan "
Ali berjalan mendekati Riella.
Fifi duduk mendekati Wisnu, membahas hal yang aneh aneh.
Begitu juga dengan Brian, dia mengajak Amira menyamakan jawaban jika ibunya bertanya secara terpisah.
" Nu, kita tidur tidak sekamar kan ? "
Fifi berbisik takut kedengaran oleh yang lain.
" Jauh sekali mikirnya Fi ? Sandiwara saja belum dimulai, kau sudah mikir kesitu, apa kamu sudah kepengen ? "
Bentuknya saja Wisnu kalem, tetapi sama saja tengil ketiganya.
Fifi mencubit pinggang Wisnu, Wisnu menjerit jerit.
Melihat kedekatan Fifi dan Wisnu yang tidak seperti biasanya, keempat pasang mata menatap mereka melongo.
" Beuh, sudah mesra saja kalian berdua, atau jangan jangan ..."
Brian menyipitkan matanya menatap kembarannya.
" Apa ? "
Tantang Wisnu.
" Kalian berdua ? "
Ali terkekeh.
" Kami berdua sedang merencanakan punya anak berapa, iya kan sayang "
Wisnu ngakak, kembali mendapat cubitan dari Fifi, lalu Fifi cuek menanggapi ketengilan Wisnu.
" Kami justru mau menyicilnya dari sekarang "
Ali mencoba meraih tangan Riella, Riella menepisnya dan memutar bola matanya jengah
" Ayo kita pulang, sebentar lagi petang "
Amira berdiri dari duduknya.
Brian mengikutinya dari belakang.
Sudah seperti suami sungguhan saja melihat Brian dan Amira.
*
*
*
🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Siti Sofia
aneh memang tapi kadang hidup sebecanda itu sih ...🤦♀️
2025-01-25
0
Junnie Huang
🤗🤗🤗🤗🤗
2024-09-03
0
Mryn
😍😍😍
lanjut baca 😊
2024-04-08
0