Pagi hari setelah membuat sarapan, berlanjut dengan sarapan bersama, setelah itu kembali memasak untuk makan siang, membereskan dapur, berdandan cantik lalu duduk diam menunggu Ali naik ke atas untuk makan siang.
Itulah kegiatan rutin Riella setelah berhenti bekerja,
Brian dan Wisnu....Makan siang mereka masih harus keluar karena baik Fifi maupun Amira belum ada tanda tanda untuk berhenti bekerja.
Ali dan Riella masih terus berpacaran, mereka sepakat memutuskan untuk tidak mau terburu-buru.
Mindset Ali pun berubah, ia tidak ingin Riella maupun dirinya melakukannya karena nafsu semata tetapi juga ada rasa, jadi jika kelak benih yang tertanam bertumbuh dan berkembang menjadi calon anak mereka, harus terjadi karena perasaan yang sudah tumbuh dihati kedua orang tuanya.
Agar keduanya mengasuh dan mendidik anak mereka penuh cinta dan kasih sayang, bukan semata karena tanggung jawab.
Hampir setiap malam menjelang tidur Ali selalu menciumi Wajah Riella , ya...Hanya sebatas wajah belum melewati yang lain dan mengecup bibirnya lama sembari mengajari Riella bagaimana menjadi pencium yang handal.
Laki laki jangan ditanya....Sudah kodratnya untuk hal hal semacam itu, mereka selalu lebih unggul.
Sampai Riella terbawa arus dan sudah memasrahkan dirinya, Ali berhenti lalu mengajaknya tidur.
Kesannya Ali jahat yang mempermainkan Riella, tetapi Ali ingin mereka mempunyai kenangan terindah saat sama sama baru pertama kali melakukan pada pasangan halal dan ada cinta pastinya.
Keinginan yang wajar, tetapi Ali harus berani tersiksa.
" Bagaimana ? Sudah mulai berproses calon cucu ibu ? "
Jeng Wati mengusap pelan perut rata Riella.
Sore itu Ali berkunjung ke rumah ibunya dan kerumah mertuanya untuk mengambil barang barang pribadi yang masih banyak tertinggal
Riella terlihat canggung lalu menatap Ali yang terlihat santai.
" Baru jari saja Bu, belum tangan, kaki, badan, kepala...."
" Plok "
Bahu Ali dipukul kuat oleh ibunya.
" Proses terjadinya seorang bayi tidak seperti itu, kau dulu waktu ujian mencontek siapa ? Brian dan Wisnu " Semprot ibunya sembari melototi anaknya.
" Bu, Ali sudah menikah jangan sering kau pukuli dia, nanti bertambah bodoh "
Pak Wendi menimpali dengan santai sembari duduk di hadapan Riella yang terlihat serba salah.
Jeng Wati mendengkus
" Percuma ngomong sama kamu Li, bikin ibu jengkel "
Jeng Wati menarik tangan Riella dan membawanya ke dapur.
Ali mengikutinya dari belakang, ia tahu ibunya pasti mau bertanya macam macam dengan Riella.
" Kenapa kau mengikuti kami ? "
Tanya ibunya judes.
" Kenapa ibu bawa istriku ? Aku tidak bisa jauh dari dirinya Bu, aku akan merindukannya "
Ucap Ali alay.
" Jangan lebay Li, memangnya kalau dia berkerja, kau juga akan mengikutinya ? " Ibunya berdecak sebal, ia ingin bertanya pada menantunya apakah rumah tangga mereka baik baik saja.
Tetapi Ali mengekor terus.
" Dia sudah berhenti bekerja Bu, menuruti apa mauku, dia istri yang baik "
Ali merengkuh bahu Ibunya, memberikan kedipan genit pada Riella.
Wajah Riella memerah malu.
" Benar Rie ? "
Tanyanya pada Riella, Jeng Wati masih kurang percaya.
Riella mengangguk meyakinkan.
" Bagus Rie, banyak istirahat ! Jika selesai campur jangan banyak bergerak atau ke kamar mandi dulu, berbaringlah dengan tenang, biar cepat jadi, kalau perlu ganjal bokong mu dengan bantal "
Jeng Wati memberikan tips yang sudah turun temurun didapatkan dari bisik bisik yang tidak jelas sumbernya dari mana.
Tanpa sungkan jika ucapannya sedikit frontal.
Uhuk uhuk uhuk
Riella terbatuk batuk.
Ali bengong, tetapi otaknya segera mencerna kemana pembicaraan ibunya.
" Itu mitos Bu, kalau memang terbukti, kenapa anak ibu cuma aku ? "
Ali duduk di kursi makan.
" Terus kalau tiba-tiba ada gempa dan tsunami, istriku tetap harus berbaring tenang di tempat tidur agar cucu ibu segera jadi, begitu ? "
Ali mencomot kerupuk emping yang ada di dalam toples, lalu memasukkannya ke dalam mulut.
krauk krauk krauk
Bunyinya.
" Pakai baju ! lalu lari sekencang-kencangnya "
Jeng Wati menjawab santai.
" Ingat ingat kata ibu ya Rie, bener atau tidak, tidak ada salahnya di coba, berikan ibu cucu yang banyak, biar kami yang mengurus kalian cukup mencetak sebanyak banyaknya.
Rumah ini terlalu lama sepi "
Jeng Wati menatap penuh pengharapan pada Riella.
Riella menelan salivanya.
Bagaimana bisa segera memberikan cucu, dia dengan Ali saja masih baru memulai.
Ia menatap ke arah Ali yang sedang meliriknya, Ali tahu jika Riella membutuhkan bantuan untuk menjawab pengharapan Ibunya, Ali cuek.
Ali ingin tahu apa yang akan di jawab oleh Riella.
" I iya Bu "
Sahut Riella tergagap tidak mau mengecewakan ibu mertuanya.
Ali nyengir.
*****
" Li, besok pagi kita bersiap siap pergi "
Sambut Wisnu yang melihat Ali masuk setelah pulang dari rumah ibunya.
" Kemana ? "
Ali menurunkan tas yang berisi barang barang pribadi dirinya dan Riella.
Riella membawanya naik ke atas, membiarkan ketiga pria membahas pekerjaan.
" Ini, tadi ada calon klien seorang pensiunan, ia ingin merubah rumah di perkebunan agar terlihat lebih modern klasik.
Ia berencana membawa pulang Cucu dan cucu menantunnya tinggal di perkebunan yang lebih sehat dan tenang, meninggalkan hiruk pikuk kota yang sudah membosankan katanya.
Ini foto foto rumah yang ada di perkebunan "
Wisnu memberikan berkas berkas dari calon klien.
Ali melihat dengan seksama.
Berbeda dengan Brian yang diam saja, ada keengganan sedikit mengingat ia akan meninggalkan Amira.
Apalagi setelah ia menghitung hari, hari hari menstruasi Amira sudah enam hari dan besok hari ke tujuh.
Seharusnya malam hari ia dan Amira bisa memulai malam pengantin mereka sesuai dengan kesepakatan.
Tetapi ini justru hendak pergi, perjalanan ke perkebunan membutuhkan waktu delapan jam
lebih dan entah berapa hari juga tidak tahu.
Proyek ini sangat penting, disamping untuk pengembangan usaha jika sampai ke luar propinsi, keuntunganya juga tidak sedikit.
" Aku boleh membawa Riella ? "
Ali menatap kepada dua temannya.
" Untuk apa ? Kau mau berbulan madu disana ? " Sembur Brian.
Ia sedang resah karena harus memilih mana yang lebih dulu ditambah dengan permintaan Ali untuk membawa istrinya turut serta.
" Tengang Bri ! Setelah dia berhenti bekerja, aku melatihnya menggambar atau merancang sebuah taman, kolam, dapur atau apapun seperti yang diimpikannya, siapa tahu kelak akan berguna untuk usaha kita dengan terus mengasah kemampuan terpendamnya.
Dengan membawanya ke sana, itu akan mengembangkan daya imajinasi serta melatihnya "
Brian dan Wisnu saling menatap.
" Oke " Jawab keduanya kompak.
" Sekalian membuat kedua Istri kalian berpikir untuk segera meninggalkan pekerjaan mereka "
Ujar Ali
Wisnu dan Brian sama sama terdiam dan berpikir, apa yang dikatakan Ali benar.
Amira sudah diminta berhenti bekerja oleh Brian, tetapi Amira masih berpikir.
Begitu juga dengan Fifi.
Membawa Riella pergi mengikuti mereka ke luar propinsi, bukanlah ide yang buruk.
Brian dan Wisnu sama sama masuk kekamar mereka masing masing untuk memberi tahukan keberangkatan mereka besok pagi ke daerah perkebunan teh.
*****
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ninit Sugiarto
ih ini dokter Boyke juga bilang gt kq 🤭
2022-03-19
0
Dwi setya Iriana
ide yg bagus tu ali,siapa tahu para istri bisa jadi arsitek dlm.perusahaan mereka ber 3.
2021-12-31
0
Kmoe Cllu Di Hati'qoe
😍😍😍😍
2021-08-25
0