Seminggu setelah pernikahan.
Selesai makan malam bersama sama, ketiga istri membersihkan peralatan makannya masing masing.
Riella juga sudah resmi berhenti dari tempatnya bekerja, tindakan Riella otomatis mendapatkan banyak pertanyaan dari Amira dan Fifi.
Riella hanya menjawab bawah itu permintaan dari Ali.
Sebenarnya Amira dan Fifi sedikit keberatan dengan keputusan Riella yang tidak sesuai dengan perjanjian awal tetapi tekad Riella yang memenuhi keinginan Ali sebagai suaminya membuat kedua temannya hanya bisa diam.
" Kita ini sebenarnya berumah tangga benaran atau main rumah rumahan sih ? "
Fifi duduk di meja makan.
" Seperti kos kos an, semuanya serba berbagi tiga, hanya TV, sofa dan meja makan tidak "
Riella ikut berkomentar.
" Untung saja kita tidak dibagi tiga "
Amira terkikik.
" Rie,...."
Panggilan Ali di ujung anak tangga, membuat ketiganya menoleh.
" Kau dipanggil Rie, Ali kelihatan serius sekali "
Amira berbisik.
Tanpa mengatakan apa-apa pada Amira dan Fifi, Riella mendatangi Ali dan mengikutinya naik keatas, kelantai tiga tempat kamar mereka.
" Mi, kenapa aku lihat mereka tidak se asik ketika menjadi teman kita ya ? "
Fifi mulai mengeluh.
" Apakah Wisnu juga sedikit lebih serius dari ketika awal awal menikah ? "
Amira bertanya hati hati.
" Brian seperti itu ? " Fifi balik bertanya.
" Enggak juga, kadang kadang ia berkata sedikit ketus, aku juga bingung, apalagi ketika menyinggung Riella yang sudah berhenti bekerja "
Amira menelungkupkan wajahnya di atas meja makan.
" Kau menyesal menikah dengan Brian ? Apakah keputusan kita kemarin sudah tepat ? Kenapa kita mau saja aish...."
Fifi ikut menundukkan wajahnya menatap ke meja makan.
" Fi, kau disuruh berhenti bekerja juga gak ? "
" Enggak, kau ? "
Fifi menggelengkan kepalanya.
Brian dan Wisnu sama sama sudah masuk ke dalam kamar mereka tidak lama setelah Ali dan Riella yang sudah masuk terlebih dahulu.
" Kau bisa menggambar ? "
Ali meletakkan pensil warna dan kertas kosong di atas meja, keduanya duduk di Sofa.
" Menggambar apa ? "
" Apa saja, taman, rumah impian, kolam renang, apa pun "
Ali menatap Riella secara intens, diantara Amira dan Fifi, Riella dibilang lumayan penurut pada Ali yang biasanya santai dan cengengesan, tetapi tidak setelah menikah.
Ali berubah menjadi lebih tegas.
Terlihat Riella mengerucutkan bibirnya lucu, Ali sebenanya gemas dan sangat ingin memasukkan bibir itu kedalam mulutnya, tapi itu hanya sebatas angan.
Hubungan mereka bukan semakin dekat dalam artian yang sebenarnya tetapi justru merasa semakin jauh.
Saat tidur saling memunggungi, Ali tidak pernah lagi menyinggung untuk meminta hak nya, Riella sendiri sebagai perempuan yang belum pernah mempunyai hubungan spesial dengan pria manapun menganggap Ali fine fine saja , jadi Riella beranggapan kalau Ali masih memberinya waktu.
padahal sebenarnya bukan Ali memberinya waktu sehingga membuat jarak dengan Riella, Ali tidak mau saja kepalanya pusing dan harus berendam lama lama dalam bak mandi di tengah malam untuk menurunkan gairahnya.
Siapa juga yang bisa tahan melihat perempuan yang sudah halal baginya, tapi tidak bisa disentuh, mana Riella kalau sudah tertidur nyenyak posenya sesuka hati.
Riella kalau tidur suka menendang selimut, dan satu lagi.... Riella paling hobi jika tidur menggunakan baju perjuangan emak emak, daster.
Dasternya akan naik sampai ke pangkal pahanya.
Makanya Ali tiap malam tersiksa.
Kalau tidak memikirkan Riella yang bakal ketakutan, Ali sudah menerkamnya, dan menelannya bulat-bulat.
Seminggu sudah cukup bagi Ali untuk merasa sayang pada Riella.
Gadis itu lumayan penurut, rajin masak dan sudah berhenti bekerja sesuai dengan permintaan Ali.
" Tapi untuk apa ? "
Riella menatap ke wajah Ali yang juga sedang menatapnya.
Ali tetap diam, manik mata Ali terus menatap ke arah bibir Riella.
Apa rasanya ya ?
" Li "
" Hmm "
Tanpa sadar Ali mendekatkan wajahnya, Riella tahu Ali melihat ke bibirnya terus, wajah Ali juga sudah terlihat aneh. Riella ingin menjauhkan wajahnya tetapi otak dan tubuhnya tidak sinkron.
Ia hanya diam menunggu apa yang ingin Ali lakukan, Riella memejamkan matanya karena cemas.
Bibir Ali menyunggingkan senyum.
" Kau takut ya ? "
Ali terkekeh.
Riella membuka matanya.
" Aku..."
Ali menghembuskan napas kuat.
" Aku masih menunggu mu Rie, tetapi jika aku tidak lagi kuat untuk menahannya, jangan salahkan aku jika aku akan melakukannya dengan atau tanpa persetujuan dari mu "
Setelah mengatakan itu, Ali naik ke atas tempat tidur, dan memeluk bantal guling dengan erat.
Bayangan Bibir Riella yang mengerucut menggemaskan, Riella yang memejamkan matanya dengan takut, terus berputar di kepala Ali.
Riella juga tahu jika Ali sering berlama lama di kamar mandi, kalau pun Ali memintanya sekarang, Riella juga akan memberikannya tetapi Ali suka menarik kesimpulan sendiri.
Apakah Ali tidak tahu jika bentuk kepatuhan atas permintaan Ali, semua layanan yang Riella lakukan selama seminggu ini, itu sudah membuktikan bahwa Riella benar benar siap jadi istri Ali.
Masalah perasaan, itu akan tumbuh dengan sendirinya.
Riella berjalan hilir mudik di dekat ranjang sembari menatap punggung Ali yang menghadap dinding.
Ragu ragu ia naik ketempat tidur.
" Li "
Riella memanggil pelan.
Ali pura pura tidak mendengar.
Apa dia sudah tidur ? Ah tidak mungkin, baru juga jam sembilan, itu juga masih kurang.
Riella yakin Ali belum tidur.
" Li, aku bukan belum siap "
Suara Riella tercekat di tenggorokan, dia sangat malu mengatakan itu, seolah olah dia juga sama menginginkan seperti Ali.
Bagaimana dia bisa kepengen jika dia sendiri juga tidak tahu rasanya.
Membaca berbagai artikel yang berhubungan dengan sentuhan dan yang berhubungan ke arah sana, sudah sering dibacanya tapi tetap tidak bisa membayangkan rasanya bagaimana.
Ali memasang telinganya lebar lebar menunggu ucapan Riella selanjutnya.
" Tapi bisakah secara perlahan, bukan bukan, maksud aku bertahap, eh.... Bagaimana ya ? "
Riella bingung sendiri menyusun kata katanya.
Sudah payah Ali menahan agar tawanya tidak meledak.
Ia membalikkan badannya menatap Riella.
" Kamu mau ngomong apa ? Maksudnya kamu sudah siap jika kita melakukannya ? "
Ali melihat Riella yang meremas jemari tangannya sendiri.
Ali mengambilnya dan menepuk nepuk punggung tangannya.
" Maksudku, bisakah kita memulai dengan flirting,petting, hugging, kissing terlebih dahulu ?
Setelah kita sudah terbiasa, baru kita ke tahap selanjutnya "
Riella membuang muka kearah lain.
" Seperti yang dilakukan oleh orang orang yang sedang berpacaran ? "
Ali sebisa mungkin menahan rasa senangnya, ia berusaha bersikap biasa.
Riella mengangguk anggukkan kepalanya dengan bodoh.
" Matikanlah lampu, bang Ali akan mengajarimu pacaran "
Senyum mesum Ali mulai terlihat lagi.
Riella beranjak, lalu mematikan lampu.
Begitu Riella naik ke atas ranjang, Ali langsung memeluknya dan selanjutnya.....
( Penasaran ya ? Hahahaha...Sabar, kan pacaran dulu ).
Makanya jadi istri penurut, bang Ali saja yang biasanya cengengesan sudah sayang sama Riella.
******
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Edah J
selalu suka dengan setiap alurnya👍
2023-02-04
0
Dwi setya Iriana
belajar apa bang ali aku boleh jadi muridnya nambah 1 aja murid.
2021-12-31
0
Kmoe Cllu Di Hati'qoe
😍😍😍
2021-08-21
0