Jeng Wati menatap tidak percaya pada Ali, berbeda dengan suaminya pak Wendi.
Dia terlihat santai walaupun dia sudah curiga jika Ali dan Riella bersandiwara.
Seperti waktu yang sudah ditentukan oleh ibunya dan ibu Wisnu atau Brian, malam akhir pekan Wisnu, Brian dan Ali harus membawa calon istri untuk diperkenalkan ke ibu mereka.
" Kalian beneran punya hubungan spesial ? " Kali ini bukan hanya menatap Ali saja, tetapi juga pada Riella yang sedikit salah tingkah.
Mencoba bersikap senormal mungkin, tetapi tetap tidak bisa.
" Iya ibuku, masa enggak percaya sama anak sendiri "
" Benarkan sayang ? " Ali mengedipkan matanya kearah Riella, yang mendapat kerlingan melotot sesaat dan itu ditangkap oleh penglihatan pak Wendi.
" Begini saja, katakan pada orang tuamu Rie, kapan kami boleh datang kerumah untuk meminangmu "
Pak Wendi membuat siasat, jika mereka berdua bersandiwara, pasti baik Ali mau pun Riella akan mengutarakan seribu alasan untuk menunda.
" Nanti saya akan mengabari lewat Ali kapan bisa Om "
Jawaban yang pas.
Ali senyum senyum.
Jeng Wati masih terlihat tidak percaya.
Ia segera menarik suaminya masuk ke dalam ruangan tengah, sengaja meninggalkan Ali dan Riella di ruang tamu.
Jika keduanya memang berpacaran pasti akan ada bisik bisik mesra tapi jika tidak akan kelihatan.
" Kedua orang tuaku mengintip, kita bisa bersandiwara mesra " Bisik Ali.
Mengangkat tangannya, lalu menyelipkan beberapa surai yang menutupi tulang pipi Riella ke belakang telinga Riella.
Riella merasa sangat geli, seluruh permukaan kulitnya meremang.
" Li, aku geli, hentikan ! "
Riella menggeram pelan dengan merapatkan giginya.
" Baru begini saja sudah geli, apa lagi yang lain " Ali terkekeh usil.
Segera Ali mendapatkan cubitan di pinggangnya, lumayan panas tetapi Ali menahannya.
Serasa di cubit pacar beneran ya bang Ali.
Saat Riella ingin melirik keruang tengah, apakah benar kedua orang tua Ali mengintip.
Ali segera mencegahnya.
" Jangan melirik ! nanti katahuan "
Ali menggenggam tangan Riella, mengusap pelan punggung tangan Riella.
Dengan terpaksa Riella membiarkan apa yang dilakukan Ali, melihat Riella yang diam menunduk, Ali menjadi gemas sendiri.
Entah ada dorongan dari mana, ingin sekali Ali mengecup pipi temannya itu.
Jangan Li ! bisa kena gampar ntar.
Hatinya memperingatkan.
" Ekhem "
Pak Wendi dan Jeng Wati keluar lagi, penyelidikan sepertinya sudah usai.
" Baiklah ibu percaya jika kalian memang benar berpacaran, jangan lupa Rie, beritahukan orang tuamu segera ! Tante ingin kalian segera menikah dan beri kami cucu "
Jeng Wati tiba tiba merasa bahagia.
Riella menelan salivanya, ini sudah diluar prediksinya.
" Sabar Bu ! Nikah saja belum kok sudah minta cucu "
Ali menjawab santai.
Pak Wendi menyeringai.
Ali segera mengantarkan Riella pulang yang rumahnya hanya berada di jalan sebelahnya.
" Li, Bagaimana ngomong dengan ibu ? " Riella menghentikan langkah kakinya didepan rumah.
" Kau mau aku yang bicara kepada kedua orang tuamu ? "
Ali memiringkan kepalanya menatap Riella yang terlihat berpikir.
Aish Aish, kenapa aku baru menyadari kalau dia lebih cantik dari kemarin kemarin ? atau aku yang tidak terlalu memperhatikan.
" Ali " Riella sedikit berteriak.
" Ops, apa sayang ? Jangan berteriak ! "
Ali terkekeh sendiri, kenapa bibirnya jadi fasih betul mengucapkan kata ' sayang '
Riella juga tidak protes.
" Kau saja yang mengatakan pada orang tuaku, terserah mau ngomong apa, kan kalian yang punya masalah "
Riella lalu meninggalkan Ali begitu saja di depan rumah.
*****
Beda lagi dengan Fifi dan Wisnu, mereka lebih memilih bertemu dengan ibu dan ayahnya diluar rumah, tepatnya pas makan siang.
Mbak Ana melotot tidak percaya melihat siapa yang dibawa oleh Wisnu.
" Ini kan Fifi, anak jalan sebelah ? Yang ibu suruh bawah calon istri Nu, bukan teman ? Aduh.....Kamu ini mengerti gak bahasa Ibu "
Mbak Ana berdecak sebal.
Pak Adi suaminya hanya mengelus punggung istrinya pelan.
" Ini calon istriku Bu, benarkan Fi sayang ? "
Cek, gak Wisnu...Gak Ali....Lentur sekali bibirnya mengucap kata sayang.
Fifi hanya memberikan senyum terindahnya sebagai jawaban
" Benar kamu pacarnya Wisnu ? Sejak kapan ? "
Keempatnya ngobrol sembari makan.
" Iya Tante, sejaknya tidak tahu kapan, kami jalan begitu saja " Jawab Fifi menatap sekilas ke arah ibunya Wisnu, agar tidak tahu kebohongan dari mata Fifi.
Bukankah mata adalah jendela jiwa ?
" Kenapa Tante tidak pernah melihat kalian jalan bareng ? "
Mbak Ana masih terus menginterogasi.
" Ibu, memangnya kalau kami pacaran harus membuat pengumuman ? Enggak kan ? "
Wisnu ikut meyakinkan.
Segala macam di tanya oleh Mbak Ana, Fifi yang sudah kompakan sebelumnya dengan Wisnu, sukses membuat mbak Ana tidak curiga.
Makan siang yang berjalan dengan lancar.
Sama dengan yang terjadi pada pasangan Riella dan Ali.
Ibunya Wisnu minta mereka segera menikah.
Brian berencana memperkenalkan Amira malam harinya agar tidak bentrok dengan Wisnu.
Mbak Ana masih berharap jika calon istri yang akan di bawa Brian dari orang luar bukan sekompleks juga.
Karena kalau sekompleks juga, tidak ada perkembangan hubungan kekeluargaan.
Muter saja disitu seperti gasing.
Sebelum makan malam, Mbak Ana jalan hilir mudik di ruang tamu tidak sabar menunggu kedatangan Brian.
" Assalamualaikum "
Salam Brian ceria
" Waalaikumussalam "
Sahut mbak Ana dan Pak Adi berbarengan.
Amira bersembunyi di belakang punggung Brian.
" Keluarlah Beb ! calon mertuamu tidak menggigit "
Brian menaik tangan Amira agar keluar dari persembunyiannya.
Mata mbak Ana melotot.
Pak Adi apa lagi.
Kedua orang tua Brian merasa ada yang tidak beres, kenapa kedua anak kembarnya mempunyai calon istri tinggalnya berdekatan.
" Kita ikuti permainan anak-anak " Bisik Pak Adi pada istrinya.
Sedikit tersamar mbak Ana mengangguk agar tidak terlihat oleh Brian maupun Amira.
" Sepertinya Ibu dan Ayah tidak percaya jika Amira kekasih ku ? Apa karena dia dan orang tuanya tinggal di sini ?
Bu, cinta kan tidak mengenal tempat dan siapa, aku mencintai temanku sendiri apa salah ? "
Amira melongo mendengar apa yang diucapkan Brian, itu diluar skenario.
Gila....Total sekali dia bersandiwara
Amira berbisik dalam hati.
" Uhuk uhuk uhuk "
Wisnu yang baru datang dari luar sampai terbatuk batuk mendengar perkataan Brian.
" Kau pantas mendapatkan piala Citra, aktingmu sempurna "
Bisik Wisnu di belakang kepala Brian lalu ikut duduk di meja makan.
" Enggak, enggak salah, Ibu dan Ayah hanya kaget saja, tahu kalau kalian berpacaran, tidak perlu kami pusing dan berprasangka yang tidak tidak "
Mbak Ana berusaha berakting juga sebaik baiknya.
Awas kalian ya ! Akan Ibu nikahkan kalian benar benar, biar tahu rasa kalian.
Mbak Ana membuat ancaman di dalam hati.
Sampai acara perkenalan dan makan malam selesai, kedua orang tua Brian tidak banyak bertanya.
Wisnu dan Brian untuk sementara waktu boleh bernapas lega.
Mereka berdua tidak tahu jika jebakan yang sama sudah dirancang oleh kedua orang tua mereka.
*
*
*
🌼🌼🌼🌼🌼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Mryn
😍😍😍
kocak nih
2024-04-09
0
Qaisaa Nazarudin
Bagus dong..kalo hari lebaran gak jauh2 mudik nya🤣🤣🤣😜😜
2023-03-24
0
Edah J
Ngakak bacanya hadeuuuuh😁👍
2023-02-04
0