Yuri ...
Namaku Natsumi Yuri. Aku memiliki kedua orang tua yang sangat sayang sekali denganku. Ibuku Hikari Yumeko merupakan sosok yang inspiratif bagiku, selain ia menjadi ibu rumah tangga, ia juga melakukan bisnis jual tanaman bunga yang sangat indah, sedangkan ayahku Natsumi Oga merupakan seorang pembisnis handal di perusahaan yang sedang ia geluti sekarang ini, meskipun ia keturunan mantan Pemimpin Yakuza, hatinya tidak terbesit sedikit pun untuk terjun ke dunia mafia itu. Ya, itu lah ayahku. Ia memilih jalannya sendiri untuk hidup.
Hari ini adalah hari pertama aku bersekolah di Tanah Air. Jika sebelum nya aku bersekolah di Jepang, sejak pindah ke sini, aku berpikir bahwa aku harus benar-benar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda dan bahasa yang berbeda pula, aku berharap aku betah tinggal di sini.
Alasan utama kenapa kami pindah ke Tanah Air adalah karena keluarga kami diincar oleh pemimpin yakuza untuk dibunuh, jika kami masih tinggal di Jepang mungkin aku tidak akan ada lagi dalam bagian cerita ini. Aku ingin tetap hidup untuk membalaskan dendam kakekku, Natsumi Hiro. Suatu saat aku akan menjadi kuat dan membunuh pemimpin yakuza itu. Aku yang memilih takdirku sendiri, mati di tangannya atau berhasil membunuhnya.
Trisakti High School
(Dua Hari sebelum Eric di penjara)
...
Bel Istirahat berbunyi.
Ardhias tak memalingkan wajahnya dari Yuri, ia terus memandangi kecantikan Yuri di sebelahnya, Yuri yang merasa risih pun memutuskan mengajak seseorang yang pendiam di sebelahnya berbicara.
"Bisakah kamu menemaniku ke kantin! aku belum memiliki teman yang bisa dipercaya, kamu kelihatan nya orang yang baik!" sebut Yuri kepada Eric
Wajah Eric langsung memerah padam, ini pertama kalinya ia jatuh hati pada seorang gadis, dan kali ini ia dihadapkan dengan gadis yang ia sukai sampai gadis itu mengajaknya bicara. Diri Eric benar-benar belum siap untuk dihadapkan dengan hal seperti ini karena dia bukan f*ckboy atau seseorang yang berpengalaman soal percintaan, dengan suara yang sulit dikeluarkan Eric pun bicara dan tetap stay cool.
"Baiklah, aku akan menemanimu ke kantin,"
ucap Eric tenang, namun memaki di dalam hati
"Apa yang baru saja aku katakan?" kesalnya dalam Hati
Ardhias yang melihatnya tak terima dan pergi meninggalkan mereka.
Tak lama kemudian di sisi lain Gea dan Helvi terkejut saat Alena berteriak, tepatnya saat sedang makan di kantin.
"Apa? mereka makan bareng ...!!? "
"Uhuk ... uhuk ..." Gea tersedak dan langsung meminum air.
"Ini ...! ini ... gak bisa dibiarin! cewek anime itu harus kita kasih tau! berani-beraninya dia merebut suamiku," gerutu Alena kesal.
Helvi yang memberitahukan itu kepada Alena melanjutkan hal lain yang ingin disampaikannya.
"Atau kita susun rencana yang bagus! Ardhias pemimpin dari WolfStreet juga naksir sama tuh cewek. Gimana kalau kita hasut Ardhias?" usul Helvi kepada Alena.
"Iya, ide itu bagus juga! kita harus berhasil bikin Eric dan Ardhias berantem, supaya hubungan Eric dan Yuki keganggu sampai Eric pun nyerah, terus selebihnya, kita tinggal urus Yuri deh, kan simpel!" usul Gea
"Iya bener, kalian ada pinternya juga! yaudah habis makan ini kita temuin WolfStreet!" ujar Alena sebagai keputusan akhirnya.
.................................
KANTIN SEBELAH
"Wah ..., makanan di sini enak, ya ... aku jadi suka sama makanan di sini." Ucap Yuri dengan senyumannya yang khas kepada Eric
Jantung Eric langsung berdebar, namun ia berusaha tetap stay cool dan bertahan untuk menjaga image.
"Makanan di tanah air itu enak karena dimasak, terus yang pastinya racikan bumbunya komplit," jelas Eric
"Kok kamu tiba-tiba bilang dimasak, menurut kamu semua makanan di Jepang gak dimasak?"
"Setau aku sih gitu," untuk pertama kalinya Eric memberikan senyuman kepada seorang gadis, Eric sekarang merasa sedikit nyaman dan dekat dengan Yuri.
"Gak semua makanan di Jepang itu gak dimasak! sekali-kali kamu juga harus cobain masakan Jepang! kamu boleh berkunjung ke rumahku!" usul Yuri kepada Eric
"Ok, makasih ya buat tawarannya"
"Sama-sama, oh ... iya, aku lupa, kita belum kenalan. Kenalin aku, Yuri!"
Yuri mengarahkan tangannya untuk bersalaman ke Eric. Dari sekian banyaknya gadis yang melakukan ini ke Eric, tak satupun Eric hiraukan dan membalas salamannya, kecuali untuk kali ini.
Eric merasa tidak bisa mengelak dari salaman tangan Yuri, sekali lagi untuk pertama kali nya Eric menerima sungkeman tangan seorang gadis.
Tanpa mereka sadari, murid-murid lain sedang menonton mereka layak nya film romantis. Eric dan Yuri benar-benar persis seperti sedang berada di dalam drama. Melihat ketampanan Eric dan Kecantikan Yuri, banyak murid yang merasa mereka cocok hingga mereka terbawa perasaan. Beberapa dari mereka juga ada yang iri dan kesal baik yang laki-laki ataupun perempuan. Namun, mereka hanya memendam rasa cemburu mereka itu.
"Eric. Namaku, Eric Pratama. Aku udah tau namamu dan masih ingat klau gak salah Yuki Kato"
"Hahaha, kamu harus ingat nama aku yang benar, Yuri apa?"
"Kato"
"Itu nama belakang siapa?" tanya kesal Yuri
"Gak tau, tiba-tiba kepikiran nama itu," jawab Eric
"Ingat ya baik-baik! kamu harus ingat! namaku N-A-T-S-U-M-I Y-U-R-I" jelas Yuri
"Tentu saja aku ingat (Natsumi Yuriii)" ujar Eric menyebutkan akhiran " i " menampilkan warna giginya yang putih.
"Nah ... gitu! kamu harus ingat, Ya. Karena kamu teman pertama aku di tanah air," ucap Yuri
"Ok!" jawab Eric singkat dan melanjutkan makannya
Setelah selesai makan, mereka berdua pun berjalan keluar dari kantin, mereka sedang memikirkan setelah dari kantin mereka akan kemana, tiba-tiba WolfStreet muncul di depan mereka, tampak Ardhias berada di kerumunan paling depan berjalan kearah Eric
"Datang ke atas gedung sekolah sekarang!" tuntut Ardhias seolah memerintah serta mengancam Eric
WolfStreet pun melewati mereka kearah yang berlawanan.
Yuri heran melihatnya dan bertanya
"Mereka mau ngapain?"
"Entahlah, yang pasti mungkin aku menyinggungnya,"
"Apakah kalian akan berkelahi?" tanya Yuri khawatir
"Kamu tenang saja, aku akan menyelesaikannya dengan cepat," ujar Eric menenangkan Yuri
"Kamu tunggu aja di kelas! nanti aku bakalan balik." Pinta Eric
Yuri pura-pura menuruti perkataan Eric. Tentu saja Yuri berencana ingin mengikuti Eric diam-diam. Aksi Yuri pun dimulai saat Eric berjalan menelusuri tangga gedung sekolah. tak lama kemudian tampak sekumpulan WolfStreet memegang senjata Bisbol berukuran cukup besar. Yuri yang melihatnya diam-diam terkejut. Ia benar-benar khawatir jika Eric kenapa-kenapa.
Eric berjalan sendiri tanpa gentar melihat wajah-wajah WolfStreet. Ardhias yang melihatnya dengan tatapan menindas pun angkat bicara, wajahnya yang tidak terlalu tampan mengangkat sebelah alisnya berkata
"Aku minta kau jauhi gadis itu!"
"Gadis yang mana?"
"Tentu saja gadis yang bersamamu akhir-akhir ini"
"Ya, emangnya siapa?" tanya Eric
"Aku tidak ingat namanya,"
"Terus kau siapanya dia hingga berani melarangku untuk menjauhinya, bahkan kau tidak mengingat namanya"
"Aku telah jatuh hati padanya, dan aku ingin kau jauhi dia dan memberikannya padaku!"
"Apa? aku tidak salah dengar? bukan nya Alena Trio Beauty telah mengisi kekosongan hatimu!"
"Kau ..., bahkan dia tidak ingin denganku dan memilihmu, kali ini aku tidak akan biarkan gadis yang aku sukai jatuh di tanganmu "
"Apa ...? seorang Ardhias jatuh cinta? " teriak Eric dengan keras
Yuri menahan mulutnya untuk histeris atau pun mengeluarkan suara. Ia takut ketahuan dari balik tiang tembok atas gedung. Tanpa Yuri sadari Trio Beauty sudah berada di belakangnya.
"Wah ...! sepertinya kita akan menonton film!"
ucap Gea.
Yuri terkejut dan melihat ke belakang, serempak Trio Beauty menyapa "Hai...!"
"Ini adalah pertarungan one by one, siapa yang kalah harus menjauhi gadis itu! tidak boleh sekalipun menyentuhnya" tutur Ardhias.
Ucapan Ardhias tentu Eric tidak percayai, pasal nya Ardhias adalah seorang yang licik. Tentu tak dapat dipercaya ketika melihat bawahannya WolfStreet memegang Tongkat Bisbol seolah bersiap menghajar Eric kapan saja. Eric memiliki insting kewaspadaan yang tinggi. Ia sudah tahu betul watak Ardhias, jika Ardhias menginginkan sesuatu, berbagai macam cara akan Ardhias lakukan guna mendapatkan keinginannya tersebut.
"Baiklah, aku akan memberimu poin, kau boleh memukulku duluan, tapi hanya di bagian perut, aku tidak akan memberi wajah tampanku untuk kau pukul" ucap Eric santai
"Wah, rasa percaya dirimu tinggi juga" sahut Ardhias
Tanpa basa-basi, Ardhias pun memukul Eric. sekilas tatapan licik Ardhias Eric sadari bahwa Ardhias akan memukul wajah Eric, namun dengan cepat Eric menangkap pukulan tersebut, dengan kerennya Eric berkata
"Kan sudah ku bilang, jangan di wajahku,"
senyum Eric sinis
Eric pun langsung meninju-ninju Ardhias dibagian perut
Buk ...!
Buk ...!
Buk ...!
Buk ...!
Bakkk ...!!!
Pukulan kelima yang begitu keras terdengar sedikit menggema di atas gedung sekolah
Kini Ardhias terjatuh berlutut lemas.
WolfStreet pun tak tinggal diam, mereka berlari mengejar Eric serta menyerbu Eric menggunakan Tongkat Bisbol di tangan mereka,
"Aaaaaaaaaaaaaa." Teriak WolfStreet maju ke arah Eric.
Seakan mereka sedang menjalani medan perang bersenjatakan pedang.
.........
Di Ruang Guru, salah satu guru bertanya.
"Suara apa itu?"
"Ahh ..., palingan murid-murid sedang latihan drama," jawab Kepala sekolah, Pak Suryo.
"Wah, murid-murid sangat bersemangat, Ya. untuk mengikuti pentas drama minggu depan," ucap salah satu guru
"Iya ya, jadi salut sama murid-murid yang berpartisipasi," ucap guru yang lain
.........
Di sisi lain, murid-murid yang lain terkejut mendengar suara teriakan menggema WolfStreet.
"Sepertinya ada yang berkelahi di atas gedung,"
"Ayo kita lihat kesana, ayo."
"Kalian yang lain jangan memberi tahukan kepada guru, ya."
"Iya tenang saja, kita akan menonton mereka berkelahi."
Para murid berbondong-bondong memasuki tangga ke atas gedung sekolah dan mereka pun sampai di rooftop gedung kelas 11.
Yuri, Alena, Helvi, dan Gea yang melihat murid-murid berdatangan keheranan, mereka semua langsung menyaksikan pertarungan Eric melawan WolfStreet.
Terlihat sekarang WolfStreet terbaring lemas di atas lantai atap gedung sekolah, mereka mengeluh kesakitan akibat pukulan yang Eric lontarkan barusan.
Eric berdiri sendiri di atas seluruh tubuh WolfStreet yang terbaring kesakitan, Eric berhasil mengalahkan mereka meski Eric sendiri.
"Inilah akibatnya jika kalian menghalangiku, tidak akan ada yang bisa menghalangiku dari cinta pertamaku." Ucap Eric penuh makna.
Murid-murid yang melihat dan mendengar berbisik-bisik,
"Mereka berkelahi karena memperebutkan seorang gadis?"
"Apa ...? gak mungkin ... setauku Eric tidak tertarik soal percintaan,"
"Mungkin saja Eric benar-benar jatuh cinta. Kenapa bukan aku yang Eric cintai?"
"Wah Eric, tampannya ..." ucap salah satu gadis di dalam kerumunan.
Ucapan para murid tidak terlepas dari pendengaran Trio Beauty dan Yuri. Yuri kini merasa bersalah kepada Eric akibat masalah yang Eric hadapi saat ini. Yuri khawatir bila Eric dihukum oleh guru yang mengetahui tentang hal ini.
Ardhias yang masih berlutut pun berusaha berdiri
"Kau ... aku akan mengalahkanmu sekarang juga!" ancam Ardhias
Ardhias mengeluarkan sebuah pil dari balik kantong bajunya, kemudian ia memakan pil tersebut.
Tiba-tiba tubuh Ardhias terlihat 10 kali lebih kuat, luka-luka di tubuhnya pulih dengan cepat, Eric keheranan dan bingung dengan pil apa yang dimakan oleh Ardhias, sepertinya suatu hal yang tidak biasa.
"Kali ini aku akan memenangkan pertarungan ini, dan mendapatkan apa yang aku inginkan." Ucap Ardhias.
Eric memasang sikap siaga, instingnya kali ini tidak main-main, ia tidak bisa menganggap sepele dengan apa yang ada di depannya sekarang ini.
Dengan wajah yang fokus, Eric melakukan kuda-kuda beladiri.
"Sepertinya sekarang aku harus serius."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-05
2
Aldi Jhon
Iya, kalau adu jotos itu hrus srius👊👊🤜
🤔🤔🤔 😂😂😂
2021-02-02
1