SANG YATIM
Semua orang yang hidup di dunia ini memiliki mimpi yang bahagia. Mimpi yang mereka yakini akan terwujud tanpa pernah membayangkan hal buruk akan terjadi dalam proses untuk mencapainya.
Kita semua adalah manusia yang positif yang selalu optimis akan apa yang kita mimpikan. Namun apabila kau menemui proses berliku dan amat sangat sulit dalam hidupmu, yakin lah bahwa kau akan mampu keluar melawan waktu.
Pagi itu kulihat ayah dan mama mempersiapkan segala yang di perlukan untuk membawa aku dan kedua adik ku jalan-jalan. Tempat favorite kami adalah kebun binatang.
Ayah yang sudah siap dengan pakaian rapi nya segera menghidupkan mesin mobil. Ia memanaskan nya sebelum roda empat itu di kendarai. Aku dan adik ku yang bernama Amira begitu antusias melihat ayah menyalakan mesin mobil.
Sementara mama ku mondar-mandir menyiapkan bekal. Aku dan Amira terus sibuk mengoceh sambil memutar-mutar stang bulat milik mobil berwarna silver itu.
Ketika melihat mama membawa barang-barang kedepan rumah, ayah dengan sigap membantu dan memasukan nya ke bagasi belakang. Aku dan adikku semakin antusias melihat semua nya sudah beres.
Ayah mulai memutar arah ketika mama sudah masuk kedalam mobil. Kami begitu bahagia tertawa riang, serasa hidup ini benar-benar memihak kepada kami.
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 20 menit akhirnya kami sampai di sebuah kebun binatang. Karena memang jarak antara rumah kami dengan kebun binatang itu tidak lah jauh.
Setelah ayah turun memarkirkan mobilnya dengan mantap, ia pun bergegas membeli tiket. Aku dan adikku yang melihat berbagai jenis hewan kegirangan bukan main. Ayah dan mama saat itu hanya tertawa melihat kami begitu antusias.
Seperti biasa, kami tidak lupa untuk berfoto mengabadikan moment. Walau saat itu tahun 1998 tetapi kami sudah memiliki kamera dan ayah ku juga memiliki sebuah alat komonukasi yang bernama Pejer berbentuk persegi empat berwarna hitam.
Aku dan adik ku yang memakai baju kembar berwarna navy, ada gambar kartun katak berwarna pink di depannya terlihat sangat menggemaskan saat di foto.
Adik ku yang selalu banyak gaya ketika di foto, melipat semua jarinya sehingga terlihat seperti capit kepiting. Aku tertawa melihat tingkah nya tapi aku tak bisa mengikuti gayanya itu walau aku telah berusaha.
Hingga akhirnya aku berfoto seperti biasa, tersenyum dan tertawa riang dengan adikku yang banyak gaya itu. Hasil foto-foto kami selalu terlihat menggemaskan dan sangat cantik.
Karna aku dan adikku seperti anak kembar yang tidak terpisahkan. Kami selalu memakai apapun dari baju, celana, aksesoris semua terlihat sama terkadang sepatu aja yang berbeda tapi lebih sering sama.
Jarak antara aku dan adikku begitu dekat hanya satu tahun satu. Ya ketika aku lahir tiga bulan, mama ku hamil adikku. Mungkin orang berfikir kasian aku yang masih kecil sudah memiliki adik di usia satu tahun.
Namun aku justru bersyukur, rasanya aku tidak perlu siapapun lagi untuk ku ajak bermain, tertawa dan berlari-lari. Karna aku memiliki adik yang selalu ada bersamaku menghabiskan masa kecil kami bersama.
Saat itu kami yang masih kecil tidak mengerti dengan pembicaraan kedua orang tuaku. Tidak mengerti pula apa yang mereka rasakan juga tidak mengerti masalah apa yang akan kami hadapi.
Saat itu aku hanya mendengar kata tender, ditipu dan pindah. Aku melihat mama ku diam dan meneteskan air mata. Sementara ayahku duduk diam menatap ku dan amira dengan wajah sedih seorang ayah seolah membayangkan bagaimana masa depan anak-anak nya.
Aku dan amira memandangi mereka dengan raut wajah tidak mengerti. Mama bangkit dari duduk nya, membawa kami ke kamar. Mama menyanyikan lagu yang biasa ia lantunkan untuk menidurkan kami. kk
Malam pun berlalu dengan mimpi yang indah berharap semua akan menjadi nyata. Namun keesokan pagi nya aku dan adikku diam memperhatikan ayah dan teman nya mengangkat barang-barang ke atas sebuah mobil pick up.
Mama menyulangkan kami makan, aku memberanikan diri bertanya.
"ma, barang-barang kita kok diangkat?" tanyaku dengan wajah polos
"iya nak, kita mau pindah dari rumah ini" ucap mama sedikit tersenyum namun diliputi raut sedih yang harus ia tutupi di depan anak-anaknya.
Aku dan adik ku saling memandang, melihat ekspresi mama yang tidak riang seperti biasa saat menyulangkan kami makan.
" nanti mbak zahra dan mira bakal punya banyak teman baru disana ya nak." ucap mama sambil mencium lembut pipi kedua gadis kecilnya.
Mama sengaja menuturkan mbak kepada ku, agar mira terbiasa memanggil kakaknya dengan tutur yang seharusnya.
Kami yang mendengar ucapan mama kembali riang, karna memang aku dan amira hanya memiliki satu teman saja itu pun anak tukang cuci dirumah kami yang bernama heni.
Aku dan amira diajak ayah melangsir barang ke rumah yang akan kami tempati. Sesampainya dirumah itu, kami yang tengah makan lolipop merasa tak percaya bahwa rumah ini akan menjadi tempat kami menghabiskan waktu.
Rumah yang berbanding terbalik dengan rumahku yang sebelumnya. Dimana rumah itu terdapat 3 kamar, ruang tamu, ruang tv, dapur yang luas, 2 kamar mandi yang luas dan halaman yang luas.
Rumah ini begitu kecil bahkan aku yang baru berumur lima tahun saat itu menyadari perbedaan itu. Rumah yang hanya ada satu kamar, satu ruang tamu, kamar mandi terletak di luar rumah.
"mbak rumah kita kok jadi gini" ucap amira mengungkapkan apa yang dia rasa. Dia bukan anak yang banyak bicara seperti ku, ia hanya akan mengatakan hal-hal yang penting saja.
"gak tau" hanya itu yang ku ucapkan sambil melihat adik ku yang gembul dengan rambut lurus namun ikal dibawah nya.
Kami kembali memperhatikan ayah dan teman nya mengangkat empat guci keramik besar, kursi dan meja jepara juga rak tv. Baru beberapa barang itu saja, rumah itu sudah terlihat sesak seolah kehabisan ruang.
Sesampainya di rumah, kulihat ayah dan mama menjual beberapa pekakas rumah. Karna memang tidak akan muat jika semua barang yang ada di rumah itu, di bawa ke rumah yang akan kami tempati nantinya.
Kulihat mama memandangi kamar kosong yang biasa kami tiduri. Dia berjalan pelan sambil tangan nya menyusuri dinding kamar, seolah ingin merasakan kembali semua kenangan indah dikamar itu.
Kenangan dimana dia memulai hidup berumah tangga, merasakan kesempatan menjadi seorang ibu hingga memiliki dua orang putri yang sangat menggemaskan.
Air mata nya menetes, mengingat kembali ketika ia menyusui anak nya dengan penuh cinta. Menenangkan anak nya ketika menangis lalu memeluknya penuh cinta.
Ia juga mengingat saat bermain bersama anak-anak nya sebelum mereka tertidur. Tawa anak-anak nya yang begitu riang masih terngiang jelas di telinga nya. Seketika itu kaki nya lemas, ia terduduk sambil menangis di sudut kamar itu.
Kedua gadis kecil nya datang segera memeluk mama nya dengan wajah cemas, karna melihat ibunya menangis.
"ma, mama kenapa? " ucap zahra sambil memegang pipi mama nya yang basah karena air mata.
Sementara Amira hanya diam dengan raut wajah sedih sambil memeluk boneka beruang berwarna coklat milo miliknya.
"mama gak papa nak. Mama hanya teringat saat anak-anak mama masih kecil dan sekarang sudah besar, bentar lagi sudah sekolah." Ucap mama berusaha menghadirkan senyum diwajahnya.
Lagi-lagi mama harus berbohong agar anak-anaknya tetap tenang dan bahagia, tanpa harus tau masalah apa yang orang tua mereka hadapi dalam perjuangan nya membesarkan anak-anak mereka.
Mereka bertiga berpelukan dengan begitu hangat. Seolah ingin membuat kenangan terakhir di rumah itu, sebelum memulai kenangan dan cerita baru di rumah yang akan mereka tempati nantinya.
Setiap keluarga memiliki perjuangan nya masing-masing. Kita semua akan dihadapkan pada fase tersulit dalam kehidupan ini.
Namun kita tidak punya pilihan lain, selagi kita masih bernafas. Kita harus bangkit dari keterpurukan dan kesulitan yang ada, karna kesempatan waktu yang di berikan adalah untuk kita berjuang dan bertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Q Dleva
kk aku mampir 😊
2021-04-29
0
₵ⱨɽł₴ ø₭₮₳vł₳
ku tunggu feedback mu thor di novel aku.
CEWEK CULUN BERUBAH MENJADI CEWEK CANTIK.
SALING DUKUNG 🤗😉
2021-03-21
0
Family flow
waaah thor kali ini karya mu mengandung bawang ya 😢
2021-01-09
2