Ayah dan mama sangat bahagia melihat rumah yang sudah di naikan batu bata walau baru setinggi lutut orang dewasa. Melihat denah rumah yang di tunjukan ayah kepada mama, rumah itu ada lah rumah yang memang kami mimpikan.
Ayah selalu bilang bahwa ia akan membuat kolam renang di rumah nya untuk anak-anaknya bermain. Mama tersenyum bahagia melihat denah rumah itu nanti nya akan menjadi seperti apa.
"Nak, kalian nanti bisa mandi sepuasnya di kolam renang rumah kita" ucap mama tertawa mencubit lembut pipi amira
Kami kegirangan bukan main, mengetahui bahwa ayah benar-benar akan mewujudkan semua mimpi kami. Mama pulang karna ia harus kembali menjaga kedai, tinggal lah ayah, aku dan amira saja dengan berbagai cemilan yang tadi di bawa mama.
Seperti biasa setelah para tukang pulang, ayah lagi-lagi menyuruh aku dan amira untuk mengumpulkan batu-batu putih kedalam goni yang belum terisi setengah.
Kami menurut dan malah kami sudah menjadi hapal. Saat orang tidak ada disana selain kami bertiga, kami antusias mengumpulkan batu-batu putih itu.
Ayah dan mama salah satu orang yang dihargai di daerah itu. Banyak orang-orang datang meminta tolong kepada ayah dan mama agar meminjamkan mereka uang. Orang tua ku menolong mereka.
Ketika itu ada pembangunan jembatan yang rusak, perangkat desa mengajukan proposal bantuan kepada orang tua ku. Mereka menyumbang lima juta rupiah pada masa itu, sekitar tahun 2003 yang sudah pasti sangat banyak nominal nya pada saat itu.
Komplek itu sudah begitu ramai dan mereka semua mengenal orang tuaku. Aku mempunyai apapun yang sedang tren saat itu. Saat teman-teman ingin memakai tas roda seperti koper yang bisa di tarik kesana kemari saat itu juga aku sudah memiliki nya.
seminggu berlalu, batu-batu putih yang kami kumpulkan sudah penuh satu goni. Wajah ayah mulai sedih bahkan terlihat pilu ketika memberikan goni kedua berwarna putih itu.
"masih kurang yah? " ucap amira menatap ayah.
"kumpulkan saja nak, selagi masih ada waktu. Daripada kurang nanti." ucap ayah yang sudah terlihat raut kesedihan di wajahnya.
Kami pun menuruti ayah seperti biasa. Sementara goni yang sudah penuh berisi batu-batu putih itu, ayah ikat lalu menyembunyikan nya di sudut pondasi dan menutup nya dengan seng. Karena batu bata itu baru naik selutut sementara bagian tembok belakang sudah setengah badan orang dewasa.
Setelah selesai, ayah membelai lembut kepala kami yang sedang mengumpulkan batu putih itu. Sesekali kami melihat wajahnya, seketika itu ia merubah raut sedih menjadi senyum sambil terus mengelus-elus kepala kami yang tunduk mengumpulkan batu.
Batu itu terkumpul seperempat goni, namun aneh nya ayah langsung mengikat goni itu dan menyembunyikannya dibawah seng penutup goni batu sebelumnya.
"Yah, sudah cukup? " tanya ku ingin tahu.
Ayah tersenyum manis kepada kami yang menatapnya.
"Udah nak, nanti kalian sering-sering main kerumah ayah ya" ucap ayah yang sudah jongkok dihadapan kami.
"yah, memang nya rumah ayah dimana? ayah gak mau tinggal sama kami dan mama?" ucap ku yang entah kenapa bisa bertanya seperti itu.
"Ayah nanti bakal punya rumah besar nak, kalian boleh datang kok" ucap ayah senyum lalu memeluk kami cukup lama seolah ia tak ingin melepaskan nya.
Hari sudah mau magrib kami pun kembali bersama ayah. Ayah melahap semua makanan yang mama masak dengan antusias. Karna ayah selalu menyukai makanan apapun yang mama masak.
Hanya saja hari itu, ia makan seolah sangat lapar sehingga menambah nasi nya sampai dua kali. Padahal biasanya ayah tidak ingin nambah, karena ia merasa perutnya sudah buncit. Namun hari itu ia melahapnya dengan semangat.
Mama bahagia melihat suaminya begitu lahap memakan masakannya. Setelah makan, tiga jam kemudian sekitar pukul sembilan malam, ayah menyuruh zahra dan mira untuk memijitnya.
Zahra dan mira menaiki badannya ayah, memijak pelan sesuai perintah ayah. Setelah merasa cukup kami pun diajak mama untuk tidur.
Kami pun terlelap tidur. Sementara itu ayah meminta izin bahwa nanti sekitar jam 12 malam, ia akan pergi bersama adik Girun tetangga kami.
Ayah langsung menyuruh mama untuk ikut tidur bersama kami. Sehingga mama langsung ikut terlelap bersama kami yang sudah lebih dulu terlelap.
...****************...
Mama
"Kak,kak Lisa, kak lisa" ucap Evi istri dari girun
"kenapa vi ? "ucap lisa dari balik jendela kamar kami yang langsung mengarah ke luar. Saat itu jam menunjukan pukul 1.30 malam.
"kak, bang ilham kecelakaan sama yadi kak? " ucap evi tergesa-gesa
" Astaqfirullah " Lisa langsung keluar menjumpai evi yang berdiri dengan wajah cemas bercampur sedih.
" Dimana vi, di depan gang kita kak? "ucap evi dengan sigap.
Lisa lemas seketika, air matanya bercucur deras. Fikirannya kalut saat itu memikirkan suami yang sudah hidup bersamanya 10 tahun membina rumah tangga sedang tak berdaya.
Tanpa berfikir panjang Lisa mengunci anak-anaknya yang sedang tertidur pulas, ia berlari bersama evi ke depan gang yang tidak jauh dari rumah nya.
Kaki nya semakin kencang berlari saat melihat beberapa orang berkerumun menunggui tubuh ilham yang tengah terpejam.
" Yah, yah bangun bangun, bangun. " teriak lisa sambil menangis agar suaranya itu mampu membangunkan ilham yang kini sudah ada di pangkuannya.
Orang bilang ilham telah tiada. Karena walau badan nya tidak ada lecet sedikitpun tetapi kepala bagian belakang nya terbentur di sisi aspal, sehingga mengeluarkan darah di hidung dan telinga nya.
"Aku gak percaya bang, tolong bantu aku pinjamkan kendaraan untuk membawa mas ilham dan yadi" lisa menangis memohon bantuan.
Beberapa warga membangun kan salah satu warga yang bersedia meminjamkan angkotnya untuk disewa.
Sementara menunggu angkot itu datang, mata lisa yang sudah bercucuran air mata sambil memeluk tubuh suaminya itu mendadak liar melihat kesana kemari.
"Yadi, siapa yang nabrak kalian dek?" tanya lisa mencari siapa pelaku yang sudah tega membuat suaminya terbaring tak berdaya.
"tiga orang anak lajang kak. Mereka naik kereta king dalam keadaan mabuk. Sehingga ketika abang memasang lampu tangan untuk berbelok menuju gang ini mereka tidak melihat." ucap yadi yang sekujur tubuh nya di penuhi dengan luka.
Girun memegangi adiknya sementara evi di samping lisa, mencoba memberi kekuatan kepadanya. Ia sesekali memanggil ilham yang sudah di anggapnya seperti abang kandungnya. Namun mata ilham terus terpejam.
"sekarang mereka dimana? "ucap lisa sambil matanya mencari-cari kesana kemari di mana tiga orang yang udah menabrak suami dan adik tetangga nya itu.
"Mereka udah kabur kak" ucap girun dengan wajah sedih.
Mobil angkot itu datang lisa segera masuk agar ketika ilham di bawa masuk, ia sudah siap memangku badan suaminya. Lalu di susul girun yang memapah yadi yang sudah berlumuran darah karena luka yang cukup parah.
Sementara evi tidak ikut, karna ia memegang kunci rumah lisa untuk menjaga anak-anak lisa dan menyiapkan apa-apa yang perlu di siapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Della Annisa
mulai ada bawang ni disini😁😁😁
2021-02-06
2