Episode 19

POV Lisa

Lisa membayangkan anak-anaknya memakai seragam putih abu-abu yang telah ia beli. Ia tersenyum ada rasa bangga dalam hatinya bisa berjuang dari mereka masih memakai pakaian putih merah hingga memakai putih abu-abu itu.

Pagi ini lisa bergegas jalan ke tempat pekerjaan barunya. Ia begitu yakin bahwa semangat nya juga sama dengan anak-anaknya. Matahari yang cerah pun mengiringi langkahnya yang sedikit ngos-ngosan.

Ketika sampai lisa bertegur sapa dengan beberapa pekerja indonesia yang juga kerja di bank office bank tersebut. Ia pun mulai bekerja ketika salah seorang wanita memberikannya alat sapu dan pel.

Ada rasa renyuh dalam hatinya memegang alat tersebut. Terkadang ia bertanya dalam hatinya kenapa takdir menggiringnya hingga menjadi seperti ini. Namun lagi-lagi wajah sang anak hadir untuk menyemangatinya saat ingin mengeluh pada keadaan.

Peluhnya menetes membasahi baju yang ia kenakan. Beberapa kali ia menyeka peluh itu dengan tangannya. Saat sudah selesai menyapu dan mengepel ruangan yang ada ia kembali di ajak temannya untuk membersihkan kamar mandi.

Seumur-umur lisa tidak pernah melakukan ini, namun ia harus tetap mencobanya. Semakin lama ia merasa tak nyaman pada perutnya, ia seolah ingin muntah. Dan benar saja lisa langsung muntah sedikit, kali ini dia benar-benar tak sanggup melakukan nya.

Lisa keluar sambil menangis, air matanya membasahi pipi. Ia ingin menolak namun tidak punya pilihan semua harus ia biasakan demi anak-anaknya. Tangisnya semakin pilu di depan toilet itu hingga terdengar ke supervisiornya.

" Lisa you oke ke? Apa hal dengan you? " tanya SPV nya dengan cemas.

" Akak, saya gak bisa bersikan toilet ini saya gak sanggup. " ucap lisa sambil menangis.

" Oh macam tuh ye, okelah you tak payah bersihkan itu. just bantu die orang siram air je. " ucap SPV nya yang iba melihat lisa

Ia cukup mengerti, orang yang memilih bekerja ke negaranya pasti karna keterpaksaannya terhadap maslah ekonomi. Mereka terkadang meninggalkan sanak saudaranya, suami dan anak-anaknya demi mencukupi kebutuhan mereka.

" Lisa, punya anak ke? " SPV itu menatap lisa dengan lekat.

" punya kak, dua orang putri yang terpaksa harus saya tinggalkan di sana. " air mata lisa menetes dengan tatapan kosong kedepan.

" Mereka disana sama siapa? suami ke ibu bapak? " ucap SPV wanita itu yang mulai merasakan renyuh di air mata lisa.

" Mereka hanya tinggal berdua, suami saya sudah meninggal dan ibu saya juga sudah tua jadi tidak mungkin beliau merawat anak-anak saya." ucap lisa menatap sebentar wajah cantik khas wanita melayu dengan hijab hijau itu.

" Oh maafkan saya, tak sangka suami lisa dah tak de. So safety ke anak-anak lisa macam tuh, tak ade sesiapa pun orang dewasa yang menjaga die orang." ucap nya yang kini dengan raut wajah cemas.

" Saya pasrah sama Allah saja, berharap anak-anak saya selalu di berikan perlindungan dan kesehatan. Saya disini berjuang demi mereka agar bisa terus sekolah." ucapan lisa mulai terdengar ikhlas.

" Yang sabar ye, saye harap lisa ni sihat terus dan nantinya berjaya. Insya Allah " ucapnya sambil mengusap-usap lembut pundak lisa.

" Insya Allah " lisa tersenyum dirinya seolah mendapat support berharga di perantauannya.

Jam sudah pukul 4 sore office sudah berkemas untuk tutup. Lisa yang ramah cepat mendapatkan teman baru di lingkungannya bekerja. Setelah saling berpamitan ia pulang lagi-lagi harus berjalan kaki yang lumayan jauh.

Langkahnya terhenti di sebuah kedai hindia. Lisa melihat menu yang ada harganya memang murah 5 ringgit saja namun lisa harus benar-benar menghemat.

Akhirnya lagi-lagi ia mengambil nasi lemak berukuran kecil yang dibungkus dengan daun pisang. Besarnya hanya setumpuk tangan saja dengan harga 1 ringgit.

Sudah beberapa hari ini dia makan nasi lemak itu, ia menahan lapar dan seleranya demi mengirit uangnya yang ada. Sampi dirumah ia melihat ijum yang habis belanja kebutuhan dapur. Ia pun terlihat sedang masak merebus daging di panci.

" mau masak apa kak? " tanya lisa saat meletakkan sepatunya di dapur.

" ini kepengen daging rendang " ucap ijum sambil terus fokus menyiapkan bumbu.

" oh, apa yang bisa di bantu kak ? biar lisa peraskan santannya. " ucap lisa yang hendak mengambil mangkuk untuk memeras santan.

" Gak usah, kakak gak bisa masak di bantu-bantu orang, bagus kamu istirahat aja dek " ucapnya kepada lisa.

Lisa langsung menghentikan niat baiknya, lisa menawarkan ijum makan sekedar basa basi. Setelah makan, lisa mandi dan merebahkan badannya yang begitu terasa letih.

Kini ia mulai terbiasa tidur beralaskan kain saja, semua keadaan ini membiasakan nya untuk melakukan dan menjalani problematika hidupnya. Lisa tertidur dalam lelahnya...

Tak lama ia terbangun mendengar kebisingan yang ada di luar kamar. Lisa membuka pintu sedikit melihat apa yang terjadi di luar sana. Ternyata ijum dan temannya sedang kumpul ketawa-ketawa makan bersama.

Lisa kembali masuk kedalam kamar tidak ingin mengganggu mereka. Namun aroma wangi rendang dan beberapa makanan lainnya begitu menusuk ulu hati lisa. Rasa lapar itu kembali meronta di dalam perut lisa.

Andai saja ia tidak terbangun mungkin ia tidak akan merasa lapar lagi. Lisa menonton tv agar fokusnya hanya ke tv saja. Jam sudah menujukkan pukul 12 malam, saat itu mulai terdengar kawan-kawan ijum berpamitan pulang.

Lisa memutuskan untuk keluar kekamar mandi. Ia melihat ijum di depan meja makannya dengan lauk pauk yang sangat banyak,

" loh sa belum tidur ya " ucap ijum sambil tersenyum.

" udah kak tapi terbangun " ucap lisa sambil tersenyum.

" oh iya maaf ya, biasa lah kalo udah kumpul jadi ribut." ucap ijum dengan santai sambil memasukan cemilan nuget ke mulutnya.

" iyaa kak gak apa kok " ucap lisa lagi-lagi tersenyum.

Lisa pun pamit lagi ke kamarnya. Ia lagi-lagi menahan laparnya, semua uang yang ada harus ia bisa di hemat-hemat agar cukup sampai nanti gajian.

Lisa mengambil foto anak-anaknya yang ada di dalam tasnya. Ia memandangi foto itu hingga membuat air matanya menetes.

" Nak mama janji akan kuat demi kalian " matanya yang mengalirkan butiran bening itu terus memandang wajah dua gadis kecilnya yang tertawa riang.

" Kalian juga harus kuat di sana demi mama ya nak " lisa memeluk foto itu dan memejamkan matanya hingga dirinya terlelap.

Keesokan paginya seperti biasa lisa segera siap-siap untuk bekerja. Ia melihat ijum lahap sekali makan, namun tidak ada itikad untuk menawari nya walau sekedar basa-basi.

Lagi-lagi ia harus membeli nasi lemak itu untuk mengisi perutnya. Lisa harus terbiasa makan nasi lemak itu untuk bertahan di perantauan. Terkadang air matanya berderai saat makan nasi lemak itu.

Lagi-lagi ia harus menarik diri untuk sabar dan ikhlas dalam perjuangannya untuk anak-anak.

Terpopuler

Comments

Nour Ratna

Nour Ratna

keterlaluan banget si ijum... manusia kikir

2021-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!